Puspen
TNI (LawuPost) Kita
mempunyai modal yang sangat kuat dalam menghadapi ancaman global, yaitu harus bersatu
bersama pemerintah, kembalikan jiwa nasionalisme kita, jangan hanya berwacana
apalagi saling menyerang, jangan ada lagi egosentris, mari bersatu bergandeng
tangan membangun dan mengutamakan karya nyata untuk NKRI. Demikian dikatakan
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat memberikan ceramah Ketahanan
Nasional kepada peserta Lokakarya Nasional Partai Amanat Nasional (PAN) di Aula
Hotel Red Top, Jl. Pecenongan, Jakarta Pusat, Kamis (3/11/2016).
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam ceramahnya yang mengangkat
tema tentang wujudkan Indonesia sebagai bangsa pemenang, mengatakan bahwa dalam menghadapi
perkembangan global dan regional saat ini diperlukan sikap waspada terkait
kekayaan alam yang dimiliki Indonesia.
“Presiden pertama Bung Karno pernah mengingatkan bahwa kekayaan alam
Indonesia nanti akan membuat iri bangsa-bangsa di dunia, demikian juga Presiden
Ir. H. Joko Widodo dalam amanatnya pada saat disumpah menyampaikan bahwa, kekayaan
sumber daya alam Indonesia justru akan menjadi petaka buat kita, tujuannya
adalah agar kita waspada,” ujar Panglima TNI.
Lebih lanjut Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
mengatakan bahwa, pergeseran budaya ekonomi terus terjadi dalam masyarakat
sehingga melahirkan krisis ekonomi yang menjadi pemicu terjadinya
kompetisi global dan terjadi secara ketat serta cenderung tidak sehat.
“Budaya kita saat ini hampir tersapu dengan budaya ekonomi dari luar
yang eksis masuk siang dan malam, inilah yang menyebabkan resesi ekonomi dan
depresi ekonomi, hal ini mengakibatkan krisis ekonomi dan kompetisi global, yakni
anonim dengan meningkatnya tingkat kejahatan dan yang paling penting adalah
hancurnya tatanan masyarakat,” tutur Panglima TNI.
Panglima TNI menekankan ulang bahwa berbagai pola proxy war dalam bentuk aksi terorisme
berpotensi tumbuh subur di Indonesia, hal ini dikarenakan landasan hukum yang
menjeratnya masih merupakan tindak pidana, dimana penindakan baru dapat
dilakukan setelah aksi teorisme terjadi.
“Di Indonesia Undang-Undang terorisme memanjakan teroris, karena definisi
terorisme adalah kejahatan pidana, jadi kalau Undang-Undang kita seperti
sekarang ini, kita tinggal tunggu saja, kapan Negara kita di cap teroris,” imbuh
Panglima TNI.
Menyikapi pemberantasan aksi terorisme di Indonesia, Jenderal TNI
Gatot Nurmantyo menyampaikan bahwa diperlukan landasan konstitusional yang
menjadi dasar dalam mengambil langkah preventif untuk menjaga keutuhan dan
kedaulatan Negara dari bahaya terorisme.
“PBB sudah mengingatkan kepada kita bahwa teroris adalah kejahatan
negara, karena beberapa negara rusak karena teroris, kepada tim perumus revisi
UU terorisme, saya hanya minta satu saja, definisi terorisme adalah kejahatan
terhadap negara tidak usah masukkan satu kata pun TNI tidak apa-apa,” jelas Panglima
TNI.
Panglima TNI juga mengatakan bahwa, demokrasi Indonesia
adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, dimana MPR sebagai tempat untuk merumuskan kesejahteraan dan
keadilan bagi rakyat Indonesia.
“Bung Hatta mengatakan bahwa berdiskusi adalah tempat bernaung dan
mengambil keputusan dan perwakilan dari semuanya adalah MPR. Jika sila pertama,
kedua, ketiga dan keempat tidak kita lakukan dengan konsisten dan konsekuen,
jangan harap apa yang menjadi tujuan nasional dapat tercapai, yaitu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” terang Panglima TNI.
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo kembali
menekankan pentingnya penanaman nilai-nilai kebangsaan dan ketahanan nasional kepada
para elit politik partai di Indonesia dalam menjaga keutuhan dan nasionalisme sebagai
modal dalam menghadapi berbagai ancaman global.
“Sekarang ini kita hidup dalam kompetisi global, dimana tempat
harapan hidup masa depan semua bangsa adalah Indonesia, kita bisa menjadi bangsa
pemenang jika semua elit bersatu hanya untuk NKRI,” pungkas Panglima TNI.
Autentikasi : Kabidpenum
Puspen TNI, Kolonel Inf Bedali Harefa, S.H.