Ciamis(LawuPost)Dalam mencegah melebarnya konflik antara pemeluk agama kristen dan muslim di Tolikara Jayapura 17 Juli lalu, Forum komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Ciamis bertemu dengan perwakilan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda serta perwakilan ormas di Aula Kodim 0613/Ciamis, Selasa 27/7/15.
Mereka menandatangani deklarasi damai dalam acara bertajuk silaturahmi dan halal bihalal diwilayah Kodim 0613, Turut Hadir Bupati Ciamis, H Iing Syam Arifin, Walikota Banjar Hj. Uu Ade Sukaesih, perwakilan Kabupaten Pangandaran, Kepala Kejari Ciamis Handoko Setyawan, ketua forum kerukunan umat beragama (FKUB) KH. Koko Komarudin, Ketua MUI KH. Ahmad Hidayat dan Kapolres Ciamis AKBP Hari Santoso.
Mengingat Kejadian 17 Juli 2015 saat Idul Fitri di Tolikara telah mengganggu kehidupan beragama di indonesia. Menyikapi hal tersebut, warga Kabupaten Ciamis, Pangandaran dan Kota Banjar untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dan tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang menginginkan kekacauan di daerah” ujar Dandim 0613/Ciamis Letkol Inf Rudi Jan Pribadi.
Rudi juga mengingatkan konflik di Tolikara tidak lepas dari konstalasi internasional yang menginginkan Indonesia lemah dan hancur. Indonesia dengan kekayaan alam dan kesuburannya saat ini menjadi rebutan negara-negara di dunia.
“Penguasaan terhadap kekayaan alam, energi menjadi sumber konflik negara di dunia. Termasuk Irian Jaya yang menjadi incaran dunia internasional karena kekayaan alamnya. Jika kita lemah akibat konflik horisontal, mereka akan mudah masuk untuk menguasai indonesia” Ujarnya.
Konflik antar umat beragama, menurut Rudi, bagian dari proxy war (perang Proxy). Sebuah konfrontasi dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung agar tidak mengeluarkan biaya besar. Sasaran proxy war diantaranya politik, sosial, agama, budaya, pertahanan dan keamanan. (Pendam III/Slw/Rega/Mamay)
Mereka menandatangani deklarasi damai dalam acara bertajuk silaturahmi dan halal bihalal diwilayah Kodim 0613, Turut Hadir Bupati Ciamis, H Iing Syam Arifin, Walikota Banjar Hj. Uu Ade Sukaesih, perwakilan Kabupaten Pangandaran, Kepala Kejari Ciamis Handoko Setyawan, ketua forum kerukunan umat beragama (FKUB) KH. Koko Komarudin, Ketua MUI KH. Ahmad Hidayat dan Kapolres Ciamis AKBP Hari Santoso.
Mengingat Kejadian 17 Juli 2015 saat Idul Fitri di Tolikara telah mengganggu kehidupan beragama di indonesia. Menyikapi hal tersebut, warga Kabupaten Ciamis, Pangandaran dan Kota Banjar untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dan tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang menginginkan kekacauan di daerah” ujar Dandim 0613/Ciamis Letkol Inf Rudi Jan Pribadi.
Rudi juga mengingatkan konflik di Tolikara tidak lepas dari konstalasi internasional yang menginginkan Indonesia lemah dan hancur. Indonesia dengan kekayaan alam dan kesuburannya saat ini menjadi rebutan negara-negara di dunia.
“Penguasaan terhadap kekayaan alam, energi menjadi sumber konflik negara di dunia. Termasuk Irian Jaya yang menjadi incaran dunia internasional karena kekayaan alamnya. Jika kita lemah akibat konflik horisontal, mereka akan mudah masuk untuk menguasai indonesia” Ujarnya.
Konflik antar umat beragama, menurut Rudi, bagian dari proxy war (perang Proxy). Sebuah konfrontasi dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung agar tidak mengeluarkan biaya besar. Sasaran proxy war diantaranya politik, sosial, agama, budaya, pertahanan dan keamanan. (Pendam III/Slw/Rega/Mamay)
Posting Komentar