Selamat Datang Di Website Lawupost.com (Menyatukan Inspirasi Dan Motivasi) “Membaca Kulit Kerupuk” Unik Cara SD Ini Percepat Literasi Anak | Lawu Post

“Membaca Kulit Kerupuk” Unik Cara SD Ini Percepat Literasi Anak

Jumat, 21 Agustus 20150 comments


Wajo (LawuPost) Sementara Indonesia mengalami krisis literasi, karena kemampuan dan minat baca yang kurang, banyak sekolah dengan kreatif  menginisiasi program percepatan literasi anak.  Salah satunya di SDN 190 Ballere, Kecamatan Kera, Kabupaten Wajo ini.  

Ada yang unik yang dipraktekkan  di SD ini untuk mempercepat kemampaun literasi siswa di SD tersebut. Praktik itu mereka namakan “Membaca Kulit Kerupuk,” yaitu membaca bungkus makanan atau snack sebelum pembelajaran dimulai. Untuk memotivasi siswa membaca semua benda-benda yang ada di  lingkungannya, sekaligus sadar akan kebersihan, para siswa diminta mengambil sampah berupa bungkus snack atau makanan lainnya yang seringkali terdapat di lingkungan sekolah.

Pagi-pagi Andi Auliya berangkat jalan kaki dari rumah. Sekitar jam 7.00 dia sampai di sekolah dan langsung mencari-cari bungkus snack bekas buangan teman-temannya. Guru mewajibkan padanya membawa lima bungkus. Karena sekolahnya terbiasa bersih, seringkali dia tidak mendapatkannya di dalam lingkungan sekolah. Dia mencarinya keluar halaman sekolah. Bahkan untuk mensiasatinya, kadang-kadang  sembari jalan kaki berangkat sekolah, dia juga memungut sampah bungkus snack, ditaruhnya di plastik dan dia masukkan di tas.

Pukul 7.15 pagi Wita  anak-anak sudah berbaris dengan rapi di depan kelas,  di tangan masing-masing sudah ada bungkusan snack, minuman, mi dan lain lain. Guru berdiri tepat di depan pintu. Secara bergiliran, Auliya  bersama teman-temannya menunjukkan bungkus snack ke guru dan membaca apa-apa yang tertulis disana.  Selesai dibaca, bungkus snack tersebut Auliya buang ke tempat sampah plastik yang sudah ditentukan,  masuk kelas, duduk di bangku masing-masing dan  memulai pelajaran baru dengan berdoa.

“Praktik membaca seperti ini kita laksanakan untuk anak kelas kelas satu dan dua. Namun untuk kelas dua dilaksanakan cuma satu semester. Semester berikutnya mereka sudah harus membaca buku cerita,” ujar Dahlia, Kepala Sekolah.

Berkat kegiatan seperti ini, Auliya sering berusaha membaca tulisan di semua kemasan produk makanan, baik waktu belanja sama ibunya, atau waktu berjalan-jalan sama teman-temannya. Mereka bahkan sering saling belajar mengeja atau berusaha memberi tahu temannya nama huruf dan bacaannya.

“Mereka tidak hanya membaca tulisan di snack saja, tapi terpancing juga untuk membaca yang lain, dan  menjadi positif bagi percepatan peningkatan kemampuan  membaca dan kesadaran mereka terhadap kebersihan lingkungan sekitar,” ujar Dahlia.

“Namun kami juga selalu ingatkan bahwa mereka tidak boleh suka jajan,” tegas Dahlia.

Pada semester awal kelas satu, Auliya dan teman-temannya cuma diminta  gurunya membaca apa yang tertera di pembungkus snack. Enam bulan pada semester dua,  mereka mulai diminta  menuliskan apa-apa yang terdapat atau berkaitan  dengan pembungkus di situ. Mereka boleh bercerita secara bebas;  rasanya, harga, warna, bumbu dan sebagainya. Mereka sendiri yang mengembangkan idenya.
“Sembari belajar membaca, mereka telah mempraktikkan moto Lihat Sampah Ambil yang sebenarnya menjadi motto gerakan kebersihan ibukota provinsi kita, Makassar,” ujar Dahlia. (red)

Share this article :

Posting Komentar

NUSANTARA BERSATU

EDISI TABLOID CERDAS

EDISI TABLOID CERDAS
 
Support : Creating Website | Lawupost | Lawupost Template
Copyright © 2011. Lawu Post - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Lawupost Template
Proudly powered by Lawupost