Puspen TNI (LawuPost.Com) Waspadai benih-benih yang ingin membuat perpecahan antar dan inter agama, dengan cara mengadu domba sesama umat beragama. Benih-benih seperti itu sudah mulai muncul, maka jangan sampai negeri ini menjadi kancah konflik antar agama dan antar kelompok agama.
Hal tersebut disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pada acara Simakrama Kebangsaan Perisada Hindu Darma dengan tema “Wawasan kebangsaan”, yang dihadiri oleh 2.800 Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat, bertempat di Taman Bhagawan, Jalan Pratama Tanjung Benoa Denpasar, Bali, Jumat malam (4/8/2017).
“Jangan sampai ada pertikaian dan konflik antar agama yang dapat merusak, menghancurkan bangsa dan negara, jangan sampai itu terjadi, hal ini yang membuat perpecahan antar masyarakat, antar kelompok agama dan antar saudara-saudara kita sendiri,” tegas Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Pada kesempatan tersebut, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengutip pernyataan Presiden RI Ir. Joko Widodo bahwa Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang memiliki 17 ribu pulau, 1.340 ribu suku dan 1.150 ribu bahasa daerah. Untuk mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara Republik Indonesia sepanjang masa, kita harus menguatkan persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
“Itulah yang harus tetap kita jaga dan bina. Kuncinya adalah Pancasila sebagai dasar negara sekaligus ideologi bangsa Indonesia, karena Pancasila dirumuskan dengan nilai-nilai Ketuhanan yang sudah disepakati oleh para pemuka agama pada awal kemerdekaan,” katanya.
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan, Bung Karno pernah mengingatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berideologi Pancasila bukan milik satu golongan, bukan milik satu agama, bukan milik satu suku, tetapi milik kita semuanya dari Sabang sampai Merauke. Demikian juga Presiden RI Ir. Joko Widodo pernah mengingatkan bahwa Pancasila harus diamalkan, dikonkritkan, diimplementasikan, dikerjakan secara kehidupan berbangsa dan bernegara serta dalam kehidupan sehari-hari.
“Bila tidak ada Islam bukan Indonesia, bila tidak ada Kristen bukan Indonesia, bila tidak ada Khatolik bukan Indonesia, bila tidak ada Hindu bukan Indonesia, bila tidak ada Buddha bukan Indonesia dan bila tidak ada Khonghucu bukan Indonesia. Itulah Indonesia kita yang indah,” ujar Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Di sisi lain Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa, bangsa Indonesia adalah bangsa patriot yang berjiwa ksatria. Bila ada yang mengusik rasa kebangsaannya, mereka akan melawan karena di tubuhnya mengalir darah ksatria yang dibuktikan dengan setiap suku bangsa Indonesia memiliki tarian perang dan senjata perang untuk mempertahankan diri.
Panglima TNI mengungkapkan bahwa perjuangan rakyat yang beratus-ratus tahun lamanya tidak membuahkan hasil karena masih bersifat kedaerahan. Para pejuang, tokoh agama dan pemuda menyadari hal itu, maka muncul rasa persatuan dan kesatuan dalam perjuangan hingga lahir Sumpah Pemuda tahun 1928, maka hanya memerlukan waktu 17 tahun kemerdekaan bisa direbut. “Bangsa ini bergotong royong dipelopori oleh para pahlawan dan rakyat, sehingga dapat merebut kemerdekaan dengan senjata apa adanya,” pungkasnya.
Autentikasi : Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Inf Bedali Harefa, S.H.
Hal tersebut disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pada acara Simakrama Kebangsaan Perisada Hindu Darma dengan tema “Wawasan kebangsaan”, yang dihadiri oleh 2.800 Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat, bertempat di Taman Bhagawan, Jalan Pratama Tanjung Benoa Denpasar, Bali, Jumat malam (4/8/2017).
“Jangan sampai ada pertikaian dan konflik antar agama yang dapat merusak, menghancurkan bangsa dan negara, jangan sampai itu terjadi, hal ini yang membuat perpecahan antar masyarakat, antar kelompok agama dan antar saudara-saudara kita sendiri,” tegas Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Pada kesempatan tersebut, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengutip pernyataan Presiden RI Ir. Joko Widodo bahwa Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang memiliki 17 ribu pulau, 1.340 ribu suku dan 1.150 ribu bahasa daerah. Untuk mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara Republik Indonesia sepanjang masa, kita harus menguatkan persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
“Itulah yang harus tetap kita jaga dan bina. Kuncinya adalah Pancasila sebagai dasar negara sekaligus ideologi bangsa Indonesia, karena Pancasila dirumuskan dengan nilai-nilai Ketuhanan yang sudah disepakati oleh para pemuka agama pada awal kemerdekaan,” katanya.
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan, Bung Karno pernah mengingatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berideologi Pancasila bukan milik satu golongan, bukan milik satu agama, bukan milik satu suku, tetapi milik kita semuanya dari Sabang sampai Merauke. Demikian juga Presiden RI Ir. Joko Widodo pernah mengingatkan bahwa Pancasila harus diamalkan, dikonkritkan, diimplementasikan, dikerjakan secara kehidupan berbangsa dan bernegara serta dalam kehidupan sehari-hari.
“Bila tidak ada Islam bukan Indonesia, bila tidak ada Kristen bukan Indonesia, bila tidak ada Khatolik bukan Indonesia, bila tidak ada Hindu bukan Indonesia, bila tidak ada Buddha bukan Indonesia dan bila tidak ada Khonghucu bukan Indonesia. Itulah Indonesia kita yang indah,” ujar Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Di sisi lain Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa, bangsa Indonesia adalah bangsa patriot yang berjiwa ksatria. Bila ada yang mengusik rasa kebangsaannya, mereka akan melawan karena di tubuhnya mengalir darah ksatria yang dibuktikan dengan setiap suku bangsa Indonesia memiliki tarian perang dan senjata perang untuk mempertahankan diri.
Panglima TNI mengungkapkan bahwa perjuangan rakyat yang beratus-ratus tahun lamanya tidak membuahkan hasil karena masih bersifat kedaerahan. Para pejuang, tokoh agama dan pemuda menyadari hal itu, maka muncul rasa persatuan dan kesatuan dalam perjuangan hingga lahir Sumpah Pemuda tahun 1928, maka hanya memerlukan waktu 17 tahun kemerdekaan bisa direbut. “Bangsa ini bergotong royong dipelopori oleh para pahlawan dan rakyat, sehingga dapat merebut kemerdekaan dengan senjata apa adanya,” pungkasnya.
Autentikasi : Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Inf Bedali Harefa, S.H.
Posting Komentar