Sidrap, Sulawesi Selatan (LawuPost) Namanya Zakila. Siswi SD terpencil yaitu SDN 1 Rappang, Sidrap. Usianya baru 11 tahun, atau menginjak kelas lima SD. Namun ia memiliki kebiasaan luar biasa; sangat suka membaca buku. Per bulan rata-rata ia habiskan 50 judul buku. Tak hanya itu, ia mampu menceritakan dengan baik buku-buku yang telah dibacanya. Berikut ini adalah kisah tentangnya .
Pada waktu baru masuk sekolah, menurut Hidayah ibu kepala sekolah yang juga mengajar kelas 1, Zakila paling cepat menguasai membaca, dan selalu ranking pertama. Namun saat menginjak kelas tiga, prestasinya sedikit menurun, walau tanda-tanda kesukaan membacanya mulai kelihatan.
Keluarga Zakila adalah keluarga besar. Orang tuanya yang hanya bekerja sebagai tukang bangunan harus menghidupi 11 anaknya. Kehidupan itulah yang membuat Zakila, anak ke 8, lebih suka tinggal sama tantenya. Namun saat kelas tiga, tantenya menikah dan Zakila tak bisa lagi tinggal bersamanya. Ia harus kembali pada keluarganya.
Diantara kehidupannya yang penuh warna karena harus tinggal dalam keluarga besar, Zakila lebih sering menghabiskan waktunya membaca buku. Bahkan sering sampai jam 12 malam.
“Ia jarang menonton televisi. Jarang juga bermain. Waktunya dihabiskan untuk membaca,” kata Hartina, ibunya, Kamis, 13 April 2017.
Zakila memang hobi membaca buku, bahkan sebelum Pemda dan USAID PRIORITAS gencar mendorong program budaya baca di Kabupaten Sidrap. Karena harus menghidupi banyak anak, ia belum pernah mendapatkan sokongan buku cerita dari orang tuanya. Untung sekolahnya memiliki cukup banyak buku cerita. Ada kurang lebih 6000 buku fiksi dan non fiksi di sekolahnya yang cukup membuatnya bisa menghabiskan waktu kesendiriannya dengan membaca.
Pada tahun 2015, atas inisiasi Dinas Pendidikan Sidrap, SDN 1 Rappang mulai mengenalkan program budaya baca. Sama seperti sekolah lain, sekolah ini juga berinisiatif untuk mendokumentasikan jumlah buku yang dibaca siswa per bulannya dengan buku kontrol membaca. Buku tersebut berisi kolom hari/tanggal, judul buku yang dibaca, halaman yang dibaca dan tanda tangan guru kelas. Buku ini adalah buku motivasi, karena dengan buku tersebut, anak-anak berlomba agar tercatat sebagai yang membaca paling banyak buku. Untuk memotivasi lebih jauh, sekolah juga memberikan hadiah bagi yang tercatat membaca buku terbanyak, paling baik merangkumnya dan menceritakan kembali isi buku yang telah dibaca. Lomba merangkum dan menceritakan buku biasa diadakan pada hari Sabtu selama 35 menit.
Adanya program budaya baca ini telah membuat Zakila semakin gandrung membaca. Bahkan Zakila adalah siswa pertama yang menceritakan hasil membaca bukunya pada lomba hari Sabtu itu. Walaupun Zakila cukup pemalu dan kadang agak terbata-bata, namun hanya dengan sekali membaca, dia mampu bercerita dengan runut jalinan kisah buku yang dibaca.
Ia mampu bercerita dengan detail buku cerita tentang nabi Ibrahim; dari mulai Nimrod yang bermimpi tentang bayi-bayi, sampai Ibrahim menghancurkan patung-patung.
Demikian juga saat diminta menceritakan buku “Lukisan Kenangan, “ karya Pipit Senja. Buku yang tebalnya 159 halaman itu, menurutnya, dihabiskan tiga jam saja.
Karena rajin membaca buku, buku kontrolnya sudah penuh catatan padahal masih satu bulan saja, yaitu bulan Januari 2017. Menurut Hidayah setelah menghitung catatan buku kontrol membacanya dengan teliti, pada Bulan Januari itu, Zakila membaca 74 buku dan Maret 2017, 52 buku. Rata-rata Zakila menghabiskan sebulan 50-an buku. “Buku yang tebal-tebal saya bisa habiskan dalam waktu setengah hari atau satu hari. Tapi kebanyakan buku cerita di sekolah tipis-tipis, sehingga paling butuh satu jam sampai dua jam saja,” ujarnya sambal sedikit menunduk.
Zakila, sebagaimana Aisyah, merupakan benih – benih kecil diantara puluhan siswa-siswa di Sidrap yang sekarang ini banyak membaca buku. Mereka tidak hanya membaca, tapi memahami cerita dan mampu menceritakan kembali bacaan dengan baik.
Pemerintah Kabupaten Sidrap merupakan salah satu penerima Anugerah Literasi PRIORITAS dari Kemendikbud. Anugerah tersebut dicapai setelah Dinas Pendidikan Sidrap dengan asistensi USAID PRIORITAS dan berkolaborasi dengan stakeholder dan masyarakat menerapkan program budaya baca di kabupaten tersebut. Salah satu program budaya baca di sekolah berupa membaca 15 menit sebelum pembelajaran dan menceritakan hasil bacaan selama 35 menit setiap hari Sabtu. Sementara di luar sekolah, kabupaten Sidrap juga mencanangkan untuk membangun taman-taman baca di ruang-ruang publik.
Pada waktu baru masuk sekolah, menurut Hidayah ibu kepala sekolah yang juga mengajar kelas 1, Zakila paling cepat menguasai membaca, dan selalu ranking pertama. Namun saat menginjak kelas tiga, prestasinya sedikit menurun, walau tanda-tanda kesukaan membacanya mulai kelihatan.
Keluarga Zakila adalah keluarga besar. Orang tuanya yang hanya bekerja sebagai tukang bangunan harus menghidupi 11 anaknya. Kehidupan itulah yang membuat Zakila, anak ke 8, lebih suka tinggal sama tantenya. Namun saat kelas tiga, tantenya menikah dan Zakila tak bisa lagi tinggal bersamanya. Ia harus kembali pada keluarganya.
Diantara kehidupannya yang penuh warna karena harus tinggal dalam keluarga besar, Zakila lebih sering menghabiskan waktunya membaca buku. Bahkan sering sampai jam 12 malam.
“Ia jarang menonton televisi. Jarang juga bermain. Waktunya dihabiskan untuk membaca,” kata Hartina, ibunya, Kamis, 13 April 2017.
Zakila memang hobi membaca buku, bahkan sebelum Pemda dan USAID PRIORITAS gencar mendorong program budaya baca di Kabupaten Sidrap. Karena harus menghidupi banyak anak, ia belum pernah mendapatkan sokongan buku cerita dari orang tuanya. Untung sekolahnya memiliki cukup banyak buku cerita. Ada kurang lebih 6000 buku fiksi dan non fiksi di sekolahnya yang cukup membuatnya bisa menghabiskan waktu kesendiriannya dengan membaca.
Pada tahun 2015, atas inisiasi Dinas Pendidikan Sidrap, SDN 1 Rappang mulai mengenalkan program budaya baca. Sama seperti sekolah lain, sekolah ini juga berinisiatif untuk mendokumentasikan jumlah buku yang dibaca siswa per bulannya dengan buku kontrol membaca. Buku tersebut berisi kolom hari/tanggal, judul buku yang dibaca, halaman yang dibaca dan tanda tangan guru kelas. Buku ini adalah buku motivasi, karena dengan buku tersebut, anak-anak berlomba agar tercatat sebagai yang membaca paling banyak buku. Untuk memotivasi lebih jauh, sekolah juga memberikan hadiah bagi yang tercatat membaca buku terbanyak, paling baik merangkumnya dan menceritakan kembali isi buku yang telah dibaca. Lomba merangkum dan menceritakan buku biasa diadakan pada hari Sabtu selama 35 menit.
Adanya program budaya baca ini telah membuat Zakila semakin gandrung membaca. Bahkan Zakila adalah siswa pertama yang menceritakan hasil membaca bukunya pada lomba hari Sabtu itu. Walaupun Zakila cukup pemalu dan kadang agak terbata-bata, namun hanya dengan sekali membaca, dia mampu bercerita dengan runut jalinan kisah buku yang dibaca.
Ia mampu bercerita dengan detail buku cerita tentang nabi Ibrahim; dari mulai Nimrod yang bermimpi tentang bayi-bayi, sampai Ibrahim menghancurkan patung-patung.
Demikian juga saat diminta menceritakan buku “Lukisan Kenangan, “ karya Pipit Senja. Buku yang tebalnya 159 halaman itu, menurutnya, dihabiskan tiga jam saja.
Karena rajin membaca buku, buku kontrolnya sudah penuh catatan padahal masih satu bulan saja, yaitu bulan Januari 2017. Menurut Hidayah setelah menghitung catatan buku kontrol membacanya dengan teliti, pada Bulan Januari itu, Zakila membaca 74 buku dan Maret 2017, 52 buku. Rata-rata Zakila menghabiskan sebulan 50-an buku. “Buku yang tebal-tebal saya bisa habiskan dalam waktu setengah hari atau satu hari. Tapi kebanyakan buku cerita di sekolah tipis-tipis, sehingga paling butuh satu jam sampai dua jam saja,” ujarnya sambal sedikit menunduk.
Zakila, sebagaimana Aisyah, merupakan benih – benih kecil diantara puluhan siswa-siswa di Sidrap yang sekarang ini banyak membaca buku. Mereka tidak hanya membaca, tapi memahami cerita dan mampu menceritakan kembali bacaan dengan baik.
Pemerintah Kabupaten Sidrap merupakan salah satu penerima Anugerah Literasi PRIORITAS dari Kemendikbud. Anugerah tersebut dicapai setelah Dinas Pendidikan Sidrap dengan asistensi USAID PRIORITAS dan berkolaborasi dengan stakeholder dan masyarakat menerapkan program budaya baca di kabupaten tersebut. Salah satu program budaya baca di sekolah berupa membaca 15 menit sebelum pembelajaran dan menceritakan hasil bacaan selama 35 menit setiap hari Sabtu. Sementara di luar sekolah, kabupaten Sidrap juga mencanangkan untuk membangun taman-taman baca di ruang-ruang publik.
Mustajib, Communication Specialist USAID PRIORITAS Sulsel berharap Pemerintah Sidrap menjaga trend peningkatan kesukaan membaca siswa-siswa di Sidrap. “Kesukaan membaca siswa yang sudah mulai tumbuh itu harus dijaga terus menerus. Salah satunya dengan menjamin ketersediaan banyak buku menarik di sekolah. Jangan sampai semua sudah dibaca dan tidak ada lagi buku yang lain. Pemerintah Kabupaten Sidrap bisa mendukung hal ini dengan menyediakan anggaran lebih banyak untuk pembelian buku sekolah dan segera membangun perpustakaan wilayah dengan kelengkapan buku yang memadai,” ujarnya. (Red)
Posting Komentar