Sidoarjo (LawuPost) – Anak-anak zaman sekarang sudah sangat mahir memainkan gadget. Sayangnya, banyak hal-hal negatif yang malah sering mereka temukan saat menggunakan gadget. Keresahan ini dirasakan oleh Sundari S.Pd, Guru SDN Kemantren 1 Tulangan Sidoarjo. Padahal dengan perkembangan teknologi dan informasi saat ini, mau tak mau ank-anak akan bersentuhan dengan gadget dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi saat ini, ujian nasional pun sudah menggunakan teknologi online.
Berdasarkan hal inilah, Sundari memiliki ide memanfaatkan gadget untuk kegiatan positif, salah satunya dengan membuat Ulangan Harian (UH) dengan menggunakan aplikasi Google Form. “Saat saya tanya kepada siswa, khususnya siswa Kelas VI apakah mereka punya ponsel di rumah, ternyata rata-rata mereka memiliki meskipun ponsel itu punya orangtua atau kakak mereka,” ungkap Sundari.
Dibantu suaminya yang ahli dalam bidang IT, Sundari kemudian mulai membuat aplikasi ulangan harian menggunakan Google Form yang diberi nama ‘UH Daring’. Ia mulai merancang soal-soal ulangan harian IPA sebagai persiapan siswa Kelas VI menghadapi UNBK. Dulu awalnya Sundari sangat gaptek, jangankan membuat aplikasi. “Membuka laptop saja saya takut kesetrum,” kelakarnya. Namun sejak sering mengikuti pelatihan dari USAID PRIORITAS, Sundari dituntut untuk melek teknologi dan piawai menggunakan laptop.
Setelah aplikasi UH Daring selesai dibuat, ia mulai menerapkan kepada siswa Kelas VI. Sundari mulai menyosialisasikan kepada wali murid. Apabila ponsel yang sudah terinstal dibawa ke sekolah, maka harus seizin orangtua masing-masing. Apabila UH Daring ini akan dimanfaatkan di rumah, orangtua wajib mendampingi anak.
Sundari kemudian melakukan ujicoba di sekolah. Hari itu seluruh siswa Kelas VI membawa ponsel. Apabila siswa tidak memiliki ponsel, dapat juga menggunakan laptop. Selama 1 jam, siswa secara online mengerjakan soal-soal IPA. Apabila siswa telah selesai mengerjakan soal, nilainya akan langsung muncul di laptop milik Sundari. “Sehingga saya langsung bisa mengetahui, mana siswa yang sudah lulus dalam UH Daring dan mana yang masih harus belajar lagi. Apabila siswa belum mencapai nilai Kriterias Ketuntasan Minimal (KKM) 85, siswa bisa mengulang kembali dengan model soal yang berbeda,” ujarnya.
Usai ujicoba UH Daring, Sundari kemudian menampilkan hasil nilai siswa di kelas. Siswa yang nilainya masih rendah, langsung terpacu untuk bisa mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari teman-temannya. Hasil nilai siswa ini kemudian oleh Sundari diolah dalam dashboard sehingga dapat terlihat hasil nilai tiap siswa, grafik nilai secara keseluruhan, analisis kesulitan soal keseluruhan, dan analisis kesulitan soal per siswa. Sundari membuat soal-soal IPA dalam berbagai model. Sehingga siswa yang satu dengan yang lain kemungkinan besar tidak akan sama meskipun mereka duduk sebangku. Sehingga mereka benar-benar bekerja secara mandiri dan tidak bisa saling menyontek. Usai mengikuti UH Daring, ponsel kemudian harus dikumpulkan kepada guru kelas agar tidak disalahgunakan oleh siswa.
Hasil penilaian UH Daring untuk mata pelajaran IPA ini kemudian diberikan kepada wali murid. “Mereka senang sekali menerima hasil UH Daring. Bahkan mereka antusias mendampingi anak menggunakan UH Daring di rumah,” terangnya. Melalui aplikasi ini, siswa juga tak perlu lagi mengikuti les tambahan. Guru juga bisa terus menerus meng-update soal, sehingga soal-soal yang dikerjakan oleh siswa selalu fresh.
Sukses dengan UH Daring IPA, Sundari mulai membuat UH Daring untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika.
UH Daring ini juga dipresentasikan oleh Sundari kepada kepala sekolah dan Dinas Pendidikan Kab Sidoarjo. Kepala SDN Kemantren 1 Tulangan sangat mendukung inovasi yang dilakukan oleh Sundari. Bahkan ia meminta Sundari mengajarkan guru-guru kelas lainnya untuk mengembangkan UH Daring untuk kelas tinggi (Kelas IV, V, dan VI).
“Dinas Pendidikan Kab Sidoarjo juga sangat mendukung inovasi saya. Apabila UH daring ini berhasil dikembangkan di seluruh kelas di SDN kemantren 1, kedepan akan dikembangkan juga di sekolah-sekolah lain di Sidoarjo,” ungkapnya.(***)
Berdasarkan hal inilah, Sundari memiliki ide memanfaatkan gadget untuk kegiatan positif, salah satunya dengan membuat Ulangan Harian (UH) dengan menggunakan aplikasi Google Form. “Saat saya tanya kepada siswa, khususnya siswa Kelas VI apakah mereka punya ponsel di rumah, ternyata rata-rata mereka memiliki meskipun ponsel itu punya orangtua atau kakak mereka,” ungkap Sundari.
Dibantu suaminya yang ahli dalam bidang IT, Sundari kemudian mulai membuat aplikasi ulangan harian menggunakan Google Form yang diberi nama ‘UH Daring’. Ia mulai merancang soal-soal ulangan harian IPA sebagai persiapan siswa Kelas VI menghadapi UNBK. Dulu awalnya Sundari sangat gaptek, jangankan membuat aplikasi. “Membuka laptop saja saya takut kesetrum,” kelakarnya. Namun sejak sering mengikuti pelatihan dari USAID PRIORITAS, Sundari dituntut untuk melek teknologi dan piawai menggunakan laptop.
Setelah aplikasi UH Daring selesai dibuat, ia mulai menerapkan kepada siswa Kelas VI. Sundari mulai menyosialisasikan kepada wali murid. Apabila ponsel yang sudah terinstal dibawa ke sekolah, maka harus seizin orangtua masing-masing. Apabila UH Daring ini akan dimanfaatkan di rumah, orangtua wajib mendampingi anak.
Sundari kemudian melakukan ujicoba di sekolah. Hari itu seluruh siswa Kelas VI membawa ponsel. Apabila siswa tidak memiliki ponsel, dapat juga menggunakan laptop. Selama 1 jam, siswa secara online mengerjakan soal-soal IPA. Apabila siswa telah selesai mengerjakan soal, nilainya akan langsung muncul di laptop milik Sundari. “Sehingga saya langsung bisa mengetahui, mana siswa yang sudah lulus dalam UH Daring dan mana yang masih harus belajar lagi. Apabila siswa belum mencapai nilai Kriterias Ketuntasan Minimal (KKM) 85, siswa bisa mengulang kembali dengan model soal yang berbeda,” ujarnya.
Usai ujicoba UH Daring, Sundari kemudian menampilkan hasil nilai siswa di kelas. Siswa yang nilainya masih rendah, langsung terpacu untuk bisa mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari teman-temannya. Hasil nilai siswa ini kemudian oleh Sundari diolah dalam dashboard sehingga dapat terlihat hasil nilai tiap siswa, grafik nilai secara keseluruhan, analisis kesulitan soal keseluruhan, dan analisis kesulitan soal per siswa. Sundari membuat soal-soal IPA dalam berbagai model. Sehingga siswa yang satu dengan yang lain kemungkinan besar tidak akan sama meskipun mereka duduk sebangku. Sehingga mereka benar-benar bekerja secara mandiri dan tidak bisa saling menyontek. Usai mengikuti UH Daring, ponsel kemudian harus dikumpulkan kepada guru kelas agar tidak disalahgunakan oleh siswa.
Hasil penilaian UH Daring untuk mata pelajaran IPA ini kemudian diberikan kepada wali murid. “Mereka senang sekali menerima hasil UH Daring. Bahkan mereka antusias mendampingi anak menggunakan UH Daring di rumah,” terangnya. Melalui aplikasi ini, siswa juga tak perlu lagi mengikuti les tambahan. Guru juga bisa terus menerus meng-update soal, sehingga soal-soal yang dikerjakan oleh siswa selalu fresh.
Sukses dengan UH Daring IPA, Sundari mulai membuat UH Daring untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika.
UH Daring ini juga dipresentasikan oleh Sundari kepada kepala sekolah dan Dinas Pendidikan Kab Sidoarjo. Kepala SDN Kemantren 1 Tulangan sangat mendukung inovasi yang dilakukan oleh Sundari. Bahkan ia meminta Sundari mengajarkan guru-guru kelas lainnya untuk mengembangkan UH Daring untuk kelas tinggi (Kelas IV, V, dan VI).
“Dinas Pendidikan Kab Sidoarjo juga sangat mendukung inovasi saya. Apabila UH daring ini berhasil dikembangkan di seluruh kelas di SDN kemantren 1, kedepan akan dikembangkan juga di sekolah-sekolah lain di Sidoarjo,” ungkapnya.(***)
Posting Komentar