Selamat Datang Di Website Lawupost.com (Menyatukan Inspirasi Dan Motivasi) Sekolah Pendidikan Lapis Kedua, Kenakalan Remaja Tanggungjawab Bersama | Lawu Post

Sekolah Pendidikan Lapis Kedua, Kenakalan Remaja Tanggungjawab Bersama

Jumat, 18 Desember 20150 comments

Ciamis (LawuPost) Kejengahan masyarakat semakin memuncak terhadap tingkah laku remaja saat ini yang semakin nekad dan berani. Kenakalan remaja akhir-akhir ini sedang merajalela, banyak kasus yang terjadi di sekitar kita. Mulai dari geng motor, hubungan seks pranikah, tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan sebagainya. Kondisi itu muncul karena mereka yang sudah melampaui masa kanak-kanak, tapi belum matang untuk dikatakan dewasa. Adapun penyebabnya, bisa muncul dari dirinya sendiri, lingkungan, maupun keluarga. Adapun salah satu contoh penyebab dari diri sendiri, antara lain kebiasaan memendam masalah sendiri dan kurangnya pengetahuan agama. Orang tua yang sibuk, kurang komunikasi, kurangnya pengawasan dari orang tua, kurang kasih sayang, kebebasan yang berlebihan atau perceraian merupakan faktor keluarga.

Kondisi seperti itu tak bisa kita anggap sebagai hal yang wajar, tetapi perlu penanggulangan yang efektif. Salah satu cara penanggulangannya dengan memperdalam ajaran-ajaran agama, moral dan pemahaman terhadap Undang-undang. Dengan demikian orang tua memegang peranan penting terhadap tumbuh kembang anaknya, terutama perkembangan secara spiritual.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Provinsi Jawa Barat, Dr. Neni Kencanawati, pada acara sosialisasi Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) di Kampus SMPN 1 Ciamis beberapa waktu lalu. Menurutnya, tak hanya orang tua yang memperhatikan perkembangan spiritual, Pemkab Ciamis beserta stake holder terkait harus ikut bertanggungjawab. “Setiap hari berdasarkan data yang masuk ke BP3AKB dari Polrestabes dari P2TP2A Kabupaten/Kota grafik kekerasan terhadap perempuan dan anak terus meningkat,” kata Dr. Neni.

Apapun bentuk dan modelnya sebuah sekolah, tandas Dr. Neni, entah itu sekolah umum, sekolah terpadu, boarding school, sekolah alam ataupun itu bukanlah nama lembaga pendidikan yang utama. Secara teori sekolah merupakan pelimpahan tanggung jawab orangtua akan pendidikan anak-anaknya. Kewajiban memberikan pendidikan pada dasarnya merupakan tanggung jawab orang tua tetapi karena berbagai keterbatasn, diantaranya keterbatasn waktu, kemampuan serta fasilitas, sekolah diberikan tanggung jawab penuh untuk pendidikan anak-anak.

“Yang menjadi institusi pendidikan utama adalah keluarga. Institusi keluarga merupakan sumber belajar pertama bagi anak-anak untuk mendapatkan berbagai pengetahuan, etika, tata krama, ahlakul karimah, sifat terpuji dan lain sebagainya. Keluarga juga merupakan sarana yang paling efektif dalam melakukan internalisasi nilai, pewarisan pelestarian dan budaya leluhurnya. Oleh karena itu penguatan institusi keluarga merupakan titik awal dalam mewujudkan generasi penerus yang tangguh. Tanpa adanya keluarga yang kuat sulit untuk mewujudkan generasi muda yang kuat. Seiring dengan kemajuan zaman keluarga modern yang disibukkan dengan berbagai aktivitas kerja, membuat pendidikan keluarga menjadi lemah. Sehingga banyak keluarga modern menengah ke atas banyak menitipkan sebagian kewajiban mendidiknya kepada sekolah,” kata Dr. Neni.

Sebagai lembaga yang diberi amanat oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya, seyogyanya sekolah harus memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan hakekat sebuah pendidikan. Sekolah harus mampu mengembangkan segala potensi anakan, mengembangkan kreativitasnya dan mendapatkan pengalaman berbagai macam pelajaran. “Sekolah harus diciptakan selayaknya taman belajar, sehingga anak-anak menjadi betah untuk berlama-lama disekolah. Sehingga sekolah dapat menjadi rumah kedua bagi anak-anak. Seperti yang dikatakan Imam Tolkhah lingkungan sekolah layaknya menjadi taman berlibur bagi peserta didik. Sekolah jangan sampai membuat anak terpasung kreativitasnya, ataupun mengekang daya motoriknya. Sekolah harus menjadi lebih humanis lagi serta sarana bagi pengembangan bakat dan potensi siswa,” katanya.

Pada akhirnya keluarga walaupun telah memberikan kepercayaan terhadap anak didiknya untuk tidak lepas tangan dalam mengembangkan kejeniusan anak. Keluarga harus memberikan dukungan pendidikan anak dengan selalu bekerjasama dalam memantau anaknya. Jangan sampai keluarga akan menghambat perkembangan kejeniusan anak, tandas Dr. Neni. (mamay/dian/tika)
Share this article :

Posting Komentar

NUSANTARA BERSATU

EDISI TABLOID CERDAS

EDISI TABLOID CERDAS
 
Support : Creating Website | Lawupost | Lawupost Template
Copyright © 2011. Lawu Post - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Lawupost Template
Proudly powered by Lawupost