Maros (LawuPost) Sebuah taman baca yang indah baru didirikan di SDN Inpres 105 Alatengae Maros. Taman baca itu terletak menjorok di tengah kolam yang banyak ikan hiasnya. Di pinggir kolam mengalir sungai besar Bantimurung yang airnya bening dan disamping-sampingnya pohon rimbun melindungi pembaca dari panas terik matahari. Agar sampai di taman baca, sebuah jembatan kecil didirikan di atas kolam.
Melihat dari taman itu ke kolam di bawahnya, menjadi pengalaman indah tersendiri, ikan-ikan hias berwarna-warni bersliweran menanti ditaburi makanan.
Airnya pun cukup jernih, tidak bau dan tidak pernah surut walau kemarau panjang, karena berasal langsung dari mata air yang mengalir di pinggir kolam.
“Biar sungai di depan kering, mata air kolam ini tidak pernah mati, karena dulu disini bukit yang ada mata airnya dan kemudian diratakan untuk pendirian sekolah ini,” ujar Kepala Sekolah Kaharuddin.
Amelia, salah seorang siswa sangat suka membaca di taman baca baru di sekolah tersebut. “Saya sering membaca disini, tempatnya nyaman, segar dan asyik untuk berteduh,” ujar Amelia, salah satu murid sekolah yang asyik membaca buku cerita bersama teman-temannya sambil duduk di atas karpet dan menyandar di pagar kayu taman tersebut.
Saat istirahat atau waktu jam membaca yang telah diprogramkan oleh sekolah tersebut, adalah waktu Amelia membaca di tempat tersebut. Luas taman itu 4 x 7 meter kelihatan mengapung di atas kolam yang panjangnya 37 x 82 meter. Sekolah menyebutnya “Taman Baca Apung” walau sebenarnya tidak mengapung, tapi didirikan diatas beton yang ditegakkan di tengah kolam.
Taman baca apung tersebut dibangun dari usaha dan sumbangan beberapa orang tua siswa dan tokoh-tokoh masyarakat di Maros. Tegel dari kepala desa Alatengae, paving blok, seng dan kayu untuk rangka taman berasal dari dua anggota DPRD Maros lewat dana aspirasi sedangkan semen berasal dari Camat Bantimurung menyalurkan bantuan dari perusahaan Semen Bosowa. Buku-buku yang dipajang berasal dari sumbangan USAID PRIORITAS, Badan Lingkungan Hidup Daerah dan dari sekolah. “Saya melobi tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh agar bisa membangun taman ini. Mereka tergerak dan ikut berusaha menggali sumber-sumber dana dan daya yang memungkinkan,“ ujar kepala sekolah.
Sebelum jam pelajaran dimulai, selama 15 menit siswa-siswi tiap kelas bergiliran membaca disitu. Mereka juga bisa membaca di sudut baca dan perpustakaan. Tiap hari Sabtu, sekolah juga mengadakan program membaca wajib selama 35 menit.
Taman baca itu tidak hanya diperuntukkan untuk siswa, tapi juga orang tua siswa dan penduduk setempat. “Kami juga sediakan bacaan, terutama koran dan majalah, sampai sore. Ternyata aman dan tidak ada yang pernah mengambilnya. Beberapa penduduk setempat sering menghabiskan waktu disitu sambil membaca. Mereka merasa nyaman bersantai-santai disitu,” ujar Kaharuddin.
Melihat dari taman itu ke kolam di bawahnya, menjadi pengalaman indah tersendiri, ikan-ikan hias berwarna-warni bersliweran menanti ditaburi makanan.
Airnya pun cukup jernih, tidak bau dan tidak pernah surut walau kemarau panjang, karena berasal langsung dari mata air yang mengalir di pinggir kolam.
“Biar sungai di depan kering, mata air kolam ini tidak pernah mati, karena dulu disini bukit yang ada mata airnya dan kemudian diratakan untuk pendirian sekolah ini,” ujar Kepala Sekolah Kaharuddin.
Amelia, salah seorang siswa sangat suka membaca di taman baca baru di sekolah tersebut. “Saya sering membaca disini, tempatnya nyaman, segar dan asyik untuk berteduh,” ujar Amelia, salah satu murid sekolah yang asyik membaca buku cerita bersama teman-temannya sambil duduk di atas karpet dan menyandar di pagar kayu taman tersebut.
Saat istirahat atau waktu jam membaca yang telah diprogramkan oleh sekolah tersebut, adalah waktu Amelia membaca di tempat tersebut. Luas taman itu 4 x 7 meter kelihatan mengapung di atas kolam yang panjangnya 37 x 82 meter. Sekolah menyebutnya “Taman Baca Apung” walau sebenarnya tidak mengapung, tapi didirikan diatas beton yang ditegakkan di tengah kolam.
Taman baca apung tersebut dibangun dari usaha dan sumbangan beberapa orang tua siswa dan tokoh-tokoh masyarakat di Maros. Tegel dari kepala desa Alatengae, paving blok, seng dan kayu untuk rangka taman berasal dari dua anggota DPRD Maros lewat dana aspirasi sedangkan semen berasal dari Camat Bantimurung menyalurkan bantuan dari perusahaan Semen Bosowa. Buku-buku yang dipajang berasal dari sumbangan USAID PRIORITAS, Badan Lingkungan Hidup Daerah dan dari sekolah. “Saya melobi tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh agar bisa membangun taman ini. Mereka tergerak dan ikut berusaha menggali sumber-sumber dana dan daya yang memungkinkan,“ ujar kepala sekolah.
Sebelum jam pelajaran dimulai, selama 15 menit siswa-siswi tiap kelas bergiliran membaca disitu. Mereka juga bisa membaca di sudut baca dan perpustakaan. Tiap hari Sabtu, sekolah juga mengadakan program membaca wajib selama 35 menit.
Taman baca itu tidak hanya diperuntukkan untuk siswa, tapi juga orang tua siswa dan penduduk setempat. “Kami juga sediakan bacaan, terutama koran dan majalah, sampai sore. Ternyata aman dan tidak ada yang pernah mengambilnya. Beberapa penduduk setempat sering menghabiskan waktu disitu sambil membaca. Mereka merasa nyaman bersantai-santai disitu,” ujar Kaharuddin.
Program membaca yang dijalankan di sekolah SD Inpres 105 Alatengae, menurut kepala sekolah, telah menampakkan hasil yang signifikan. Semenjak didirikan taman baca, sudut baca dan diadakan jam membaca khusus, anak-anak menjadi lebih sering menghabiskan waktunya membaca. “Saya juga melihat kemajuan membaca anak kelas satu luar biasa. Mereka sekarang lebih cepat dan lancar membaca dibanding siswa-siswa tahun-tahun sebelumnya,” ujar Kaharuddin. (red)
+ comments + 1 comments
kereeen bangett yaa foto fotonyaaa ..
Posting Komentar