Wajo (LawuPost) Semenjak dilaksanakan pelatihan modul II Manajemen Berbasis Sekolah, sekolah-sekolah mitra USAID aktif mengembangkan budaya baca. Mereka berbagi berbagi metode yang mereka ciptakan sendiri untuk membiasakan anak membaca lewat berbagai media sosial seperti facebook, bbm, line dan sebagainya. Diantara yang aktif mengembangkan budaya baca adalah SMPN 4 Tanasitolo. Berikut beberapa langkah program budaya baca yang dikembangkan sekolah tersebut.

Pertama, mendirikan taman baca “Tomacca”; selain di setiap kelas didirikan perpustakaan kecil “sudut baca”, SMPN 4 Tanasitolo juga mendirikan sebuah taman baca “Tomacca,” (pintar atau cendekia) : sebuah taman baca kecil di depan sekolah yang diisi rak buku dibuat dari bambu berisi buku-buku cerita dan anak-anak bebas membaca disitu. “Waktu istirahat siswa banyak yang membaca disitu,” ujar Amkayus, pengajar di sekolah tersebut.
Kedua, membuat Buku Kontrol Membaca; buku berfungsi sebagai alat mengontrol keterlibatan
siswa dalam budaya membaca. Secara fisik buku, ini mirip buku tulisan (catatan) pada umumnya. Bedanya, isinya didesain dalam bentuk kolom yang berisi 4 kolom. Kolom pertama, hari dan tanggal kegiatan membaca. Kolom kedua, identitas buku, yang meliputi judul, penulis, penerbit, dan tahun terbit. Kolom ketiga uraian singkat (ikhtisar/resume) hasil bacaan. Kolom keempat, pengesahan (nama dan tanda tangan/paraf). Buku ini wajib dimiliki siswa. Setelah membaca buku matematika, ia wajib membuat resume dan bertemu dengan guru matematika, untuk mendapatkan tanda tangan, memberi kesempatan padanya untuk berdiskusi dengan guru tersebut tentang buku yang dibacanya. “Buku kontrol ini menjadi bagian penilaian tiap mata pelajaran. Buku ini nilainya setara dengan satu kali nilai harian dan bahan remedial,” terang Amkayus.

Pertama, mendirikan taman baca “Tomacca”; selain di setiap kelas didirikan perpustakaan kecil “sudut baca”, SMPN 4 Tanasitolo juga mendirikan sebuah taman baca “Tomacca,” (pintar atau cendekia) : sebuah taman baca kecil di depan sekolah yang diisi rak buku dibuat dari bambu berisi buku-buku cerita dan anak-anak bebas membaca disitu. “Waktu istirahat siswa banyak yang membaca disitu,” ujar Amkayus, pengajar di sekolah tersebut.
Kedua, membuat Buku Kontrol Membaca; buku berfungsi sebagai alat mengontrol keterlibatan

Ketiga, menobatkan yang rajin membaca sebagai raja dan ratu baca: sebagai bentuk penghargaan kepada siswa yang aktif membaca, sekolah menyelenggarakan kontes Raja dan Ratu Baca. Siswa yang memiliki frekuensi membaca paling banyak akan dinobatkan menjadi Raja dan Ratu Baca, dengan indikator; jumlah buku yang dibaca, ragam buku yang baca, dan pemahaman tentang buku yang telah baca. Semua indaktor bersumber dari Buku Kontrol Membaca. Selain itu, bagi siswa yang berhasil membuat karya ilmiah dari hasil membaca akan diberikan hadiah berupa buku dan alat tulis. Pemilihan Raja dan Ratu Baca berlangsung setiap bulan.(red)