Selamat Datang Di Website Lawupost.com (Menyatukan Inspirasi Dan Motivasi) Masih Lemah, Paguyuban Kelas di Sulsel Perlu Diperkuat | Lawu Post

Masih Lemah, Paguyuban Kelas di Sulsel Perlu Diperkuat

Kamis, 12 November 20150 comments

Lumajang (LawuPost) Enam puluh dua pendidik Sulsel dari kabupaten Toraja, Bone, Takalar dan Parepare yang melakukan kunjung belajar (study visit) ke sekolah-sekolah di Lumajang, mencatat banyak praktik baik  yang bisa diterapkan di sekolah-sekolah di Sulawesi Selatan. Para pendidik belajar tentang bagaimana cara memperkuat budaya baca di sekolah,  partisipasi masyarakat, metode-metode belajar yang inovatif dan sebagainya.

Dalam budaya baca, menurut Makmur, Kepala Sekolah SMP 4 Parepare, ada hal yang menarik  di SMP 4 Lumajang. “Mereka memiliki rapor baca. Dengan rapor baca itu,  setiap hari siswa harus melaporkan apa yang telah dia baca pada hari itu dan tiap sabtu membuat resume dari buku yang paling dia sukai. Rapor baca itu juga menjadi prasyarat mengikuti ujian semester. Praktik baik ini sangat bagus diterapkan di sekolah saya agar anak-anak terbudayakan membaca,” ujarnya.

Sementara itu, Siswati guru SDN 3 Ballo menemukan bahwa pembelajaran di MI Nurul Huda sangat menginspirasinya. “Gurunya pintar dalam memfasilitasi pembelajaran. Anak-anak diarahkan untuk menemukan sendiri pengetahuan, baik dari buku maupun dari sumber lain. Dia hanya memfasilitasi dan memberi penguatan pengetahuan yang ditemukan oleh siswa itu,” ujarnya.

Namun semua peserta sepakat bahwa peran orang tua siswa di Sulsel masih perlu diperkuat. “Dari sekolah-sekolah yang saya kunjungi,  peran orang tua siswa sangat kuat untuk membantu sekolah. Baik dalam bentuk komite maupun dalam bentuk paguyuban,” ujar Qomaruddin, pengawas dari Tana Toraja.

Di MIN Nurul Huda, tiap hari terdapat anggota paguyuban  kelas atau persatuan orang tua siswa membantu mengajar guru dari kelas satu sampai kelas enam. Mereka membantu menyediakan Lembar Kerja siswa, menghapus papan tulis, memfasilitasi kelompok di meja-meja dan lain-lain. “Hal seperti ini tidak pernah kita temukan di Sulawesi, orang tua siswa setiap hari stand by membantu pembelajaran dari mulai kelas satu sampai kelas enam,” ujar Zulfikah, Kepala Sekolah MIN Takalar.

Bahkan, menurut  Bahar Makkutana, coordinator USAID PRIORITAS dari Toraja,  karena terlibat aktif dalam pembelajaran,  orang tua siswa sekolah tersebut sangat mengerti dan mampu menjelaskan dengan baik pembelajaran dan hasil karya siswanya. “Karena terlibat aktif dalam proses pembelajaran, mereka menjadi paham dengan pembelajaran di kelas dan mengetahui kebutuhan pembelajaran,” ujarnya.

Di SD Kutorenon, semua kegiatan ekstrakurikuler, seperti drumband, tarian, olahraga dan sebagainya ditanggung oleh orang tua siswa, sehingga sekolah tidak terbebani untuk membiayai kegiatan tersebut.

Menurut Ridwan, pengawas SD di Tana Toraja, kesadaran orang tua di Sulawesi untuk terlibat di sekolah sangat mungkin ditingkatkan. “Pertama, sekolah mesti menyosialisasikan semua program dan keuangannya secara mendetail kepada orang tua siswa. Dengan cara ini orang tua siswa mengetahui apa kebutuhan sekolah dan dimana dia harus terlibat. Kedua, transparansi dana, seberapa kecil dana yang masuk dan dikeluarkan sekolah, harus dilaporkan ke masyarakat,” ujarnya.

Pendidikan gratis yang dicanangkan oleh pemerintah daerah, walau banyak sisi positif, juga sering membuat masyarakat tidak mau tahu kebutuhan sekolah dan sekolah takut menarik bantuan dana dan daya dari masyarakat.  “Agar peran masyarakat di sekolah makin kuat, pemerintah perlu melakukan sosialiasi yang jelas tentang pendidikan gratis, sehingga masyarakat paham bahwa sumbangan ke sekolah dibolehkan asal tidak ditetapkan jumlah dan waktunya,” tegasnya.(red)
Share this article :

Posting Komentar

NUSANTARA BERSATU

EDISI TABLOID CERDAS

EDISI TABLOID CERDAS
 
Support : Creating Website | Lawupost | Lawupost Template
Copyright © 2011. Lawu Post - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Lawupost Template
Proudly powered by Lawupost