Pinrang (LawuPost) SMP Negeri 3 Mattirobulu adalah salah satu sekolah kecil yang terletak di sebelah selatan kota Pinrang tepatnya di desa Alitta. Kalau baru dicanangkan pada pertengahan tahun 2015 ini program membaca 15 menit oleh pemerintah, sekolah ini telah menjalankannya semenjak tahun 2012 dahulu. Bapak Muh. Sadik S.Pd, M.Si kepala sekolah, mencanangkan program ini setelah melihat bahwa minat baca di kalangan siswa masih kurang dan mempengaruhi prestasi mereka.
Kepala Sekolah yang mantan fasilitator daerah DBE3 (USAID) membuat program baca yang ia sebut “SENIN BACA yang bertujuan membangun minat belajar/baca siswa, mengasah kemampuan siswa berbicara mengungkapkan gagasannya di depan umum.
“Senin Baca” dilaksanakan setiap hari senin usai upacara bendera. Kegiatan dilaksanakan selama satu jam. 15 menit untuk membaca di teras kelas. Dan yang menarik adalah 45 menit secara bergantian mereka ( siswa ) menyampaikan hasil bacaannya secara pleno dan siswa yang lainnya menyimak. Semua siswa diberi kebebasan memilih buku. Bukan Cuma siswa yang membaca, tapi juga guru-gurunya.
Dampak dari kegiatan tersebut yaitu minat belajar siswa meningkat. Hal ini terlihat dari penyelesaian tugas pekerjaan rumah yang lebih baik dan lebih tepat waktu, dan mampu berbicara di depan umum dengan baik. Berkat program ini, talenta-talenta siswa juga kelihatan, salah satunya kemampuan bercerita dan berceramah di depan umum, bahkan salah seorang murid karena meningkat pesat kemampuannya, ditunjuk menjadi penceramah di beberapa asjid di kabupaten Pinrang. Sekolah yang dulunya tergolong biasa-biasa ini, karena diperkuat oleh program baca, anak didiknya mampu masuk SMA N 11 Pinrang ( SMA unggulan) dan salah seorang alumninya bahkan menjadi ketua osis di SMA Negeri 1 Pinrang, sekolah favorit di kabupaten ini.
Kemendikbud Arusutamakan Program Membaca
Bersamaan dengan dimulainya tahun pelajaran 2015/2016, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan program Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti melalui serangkaian kegiatan non kurikuler di seluruh sekolah di Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan di Jakarta mengatakan bahwa Budi Pekerti Luhur bisa tercapai salah satunya lewat internalisasi nilai moral dan spiritual. Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk mendukung gerakan ini di sekolah dimulai semenjak sebelum memulai pembelajaran.
Kepala Sekolah yang mantan fasilitator daerah DBE3 (USAID) membuat program baca yang ia sebut “SENIN BACA yang bertujuan membangun minat belajar/baca siswa, mengasah kemampuan siswa berbicara mengungkapkan gagasannya di depan umum.
“Senin Baca” dilaksanakan setiap hari senin usai upacara bendera. Kegiatan dilaksanakan selama satu jam. 15 menit untuk membaca di teras kelas. Dan yang menarik adalah 45 menit secara bergantian mereka ( siswa ) menyampaikan hasil bacaannya secara pleno dan siswa yang lainnya menyimak. Semua siswa diberi kebebasan memilih buku. Bukan Cuma siswa yang membaca, tapi juga guru-gurunya.
Dampak dari kegiatan tersebut yaitu minat belajar siswa meningkat. Hal ini terlihat dari penyelesaian tugas pekerjaan rumah yang lebih baik dan lebih tepat waktu, dan mampu berbicara di depan umum dengan baik. Berkat program ini, talenta-talenta siswa juga kelihatan, salah satunya kemampuan bercerita dan berceramah di depan umum, bahkan salah seorang murid karena meningkat pesat kemampuannya, ditunjuk menjadi penceramah di beberapa asjid di kabupaten Pinrang. Sekolah yang dulunya tergolong biasa-biasa ini, karena diperkuat oleh program baca, anak didiknya mampu masuk SMA N 11 Pinrang ( SMA unggulan) dan salah seorang alumninya bahkan menjadi ketua osis di SMA Negeri 1 Pinrang, sekolah favorit di kabupaten ini.
Kemendikbud Arusutamakan Program Membaca
Bersamaan dengan dimulainya tahun pelajaran 2015/2016, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan program Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti melalui serangkaian kegiatan non kurikuler di seluruh sekolah di Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan di Jakarta mengatakan bahwa Budi Pekerti Luhur bisa tercapai salah satunya lewat internalisasi nilai moral dan spiritual. Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk mendukung gerakan ini di sekolah dimulai semenjak sebelum memulai pembelajaran.
Salah satu contohnya adalah membaca buku non pelajaran sekitar 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Setelah itu, ketika pelajaran hendak dimulai, maka kegiatan diawali dengan doa dipimpin siswa di bawah bimbingan guru.
Program membaca rutin perlu diarusutamakan di sekolah, mengingat tingkat literasi menentukan masa depan siswa. Penelitian yang dilakukan oleh UNESCO tentang minat baca di Indonesia pada tahun 2012 memperlihatkan hasil yang memprihatinkan, dari 1000 orang, hanya satu yang memiliki minat baca. (Red)
Posting Komentar