Bandung (LawuPost) Badan Pembangunan Dunia Amerika Serikat (USAID) kembali menggelindingkan program pelatihan guru putaran tiga untuk jenjang SD/MI. Pelaksanaan program putaran tiga diawali dengan pelatihan fasilitator daerah (TOT) tingkat Jawa Barat bertempat di Hotel Santika, Tasikmalaya (18-21/8). Pelatihan diikuti oleh seratus orang, terdiri atas fasilitator daerah (Fasda) kabupaten/kota bidang pembelajaran, widiyaiswara LPMP dan BPTP-KU Jawa Barat, staf terkait Disdikbud dan Kemenag Jawa Barat, serta dosen UPI dan UIN Bandung.
“Setelah berhasil menerapkan paket pelatihan I dan II, kini kami mulai menggulirkan paket pelatihan III yang berorientasi pada peningkatan kemampuan literasi,” papar Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat. Erna sebut upaya mendorong kemampuan literasi siswa ditempuh secara terpadu melalui proses pembelajaran dan pengembangan budaya baca. Literasi mencakup kemampuan siswa membaca dengan pemahaman yang pada gilirannya mampu menghasilkan karya tulis orisinal. “Siswa didorong untuk mampu menulis dengan pikiran sendiri dan melahirkan karya tulis yang panjang, teliti, dan menarik,” jelas Erna. Siswa didorong untuk bukan sekadar membaca secara literal tapi paham dan mampu menuliskan apa yang telah dibacanya. Sumber daya manusia Jawa Barat yang berbudaya baca dan kreatif menulis diharapkan mampu memecahkan masalah daerah secara mandiri.
Diding Gusutardi, Kepala Seksi Pembinaan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat, sebut program USAID PRIORITAS mulai berimbas ke sekolah, gugus, dan daerah lain selain mitra USAID. Fasda dan para guru yang sudah dilatih USAID menjadi tulang punggung diseminasi praktik yang baik program ini. “Raihan Jawa Barat pada OSN dengan medali emas, perak, dan perunggu merupakan bukti dampak program USAID PRIORITAS,” ujarnya. Diding juga mengatakan, daerah-daerah mitra mengalami peningkatan tajam dalam bidang pembelajaran dan manajemen, sehingga kini kualitas pendidikan di Jawa Barat lebih merata dan tidak didominasi oleh kab/kota besar saja. Sambil menyampaikan penghargaan dan terima kasih untuk USAID, Diding sekali lagi menegaskan, program USAID PRIORITAS bersinergi dan saling menguatkan dengan program pendidikan Jawa Barat.
“Dari awal pelatihan, peserta diberi kesempatan untuk mengkajiulang hasil penerapan pelatihan I dan II,” kata Ujang Sukandi, Spesialis Pelatihan Guru USAID PRIORITAS, di sela-sela kegiatan pelatihan. Peserta berdiskusi mengkaji beragam hasil kerja guru berupa RPP (termasuk lembar kerja, alat bantu belajar, alat penilaian, dan sumber belajar) dan hasil kerja siswa, seberapa jauh hasil tersebut memenuhi standar yang diharapkan.
Pada sesi-sesi pembelajaran kelas awal, peserta dilatih untuk lebih banyak mempraktikkan pengembangan program membaca berimbang, penilaian membaca, pengelolaan kelas membaca, dan pengelolaan buku bacaan berjenjang. Untuk pembelajaran kelas tinggi, peserta dilatih untuk mempraktikkan pengembangan ‘keterampilan informasi’ dalam pembelajaran IPA, IPS, dan bahasa Indonesia, membaca ekstensif dalam pembelajaran bahasa Inggris atau membaca banyak bacaan yang mudah dan menyenangkan untuk meningkatkan kelancaran dalam membaca dalam bahasa Inggris, serta pembelajaran matematika dalam kehidupan.
Untuk dapat melakukan penilaian yang efektif, peserta juga dilatih melakukan penilaian autentik dan dokumen portofolio sebagai kumpulan hasil belajar siswa untuk memperlihatkan perkembangan hasil belajar siswa. Guru akan menjadi lebih komprehensif dalam menilai kemampuan belajar yang sudah dan belum dikuasai siswa. “Semua hasil pelatihan tersebut akan diimplementasikan dalam praktik mengajar 4 x 40 menit di sekolah,” tambah Ujang. [DS]
“Setelah berhasil menerapkan paket pelatihan I dan II, kini kami mulai menggulirkan paket pelatihan III yang berorientasi pada peningkatan kemampuan literasi,” papar Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat. Erna sebut upaya mendorong kemampuan literasi siswa ditempuh secara terpadu melalui proses pembelajaran dan pengembangan budaya baca. Literasi mencakup kemampuan siswa membaca dengan pemahaman yang pada gilirannya mampu menghasilkan karya tulis orisinal. “Siswa didorong untuk mampu menulis dengan pikiran sendiri dan melahirkan karya tulis yang panjang, teliti, dan menarik,” jelas Erna. Siswa didorong untuk bukan sekadar membaca secara literal tapi paham dan mampu menuliskan apa yang telah dibacanya. Sumber daya manusia Jawa Barat yang berbudaya baca dan kreatif menulis diharapkan mampu memecahkan masalah daerah secara mandiri.
Diding Gusutardi, Kepala Seksi Pembinaan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat, sebut program USAID PRIORITAS mulai berimbas ke sekolah, gugus, dan daerah lain selain mitra USAID. Fasda dan para guru yang sudah dilatih USAID menjadi tulang punggung diseminasi praktik yang baik program ini. “Raihan Jawa Barat pada OSN dengan medali emas, perak, dan perunggu merupakan bukti dampak program USAID PRIORITAS,” ujarnya. Diding juga mengatakan, daerah-daerah mitra mengalami peningkatan tajam dalam bidang pembelajaran dan manajemen, sehingga kini kualitas pendidikan di Jawa Barat lebih merata dan tidak didominasi oleh kab/kota besar saja. Sambil menyampaikan penghargaan dan terima kasih untuk USAID, Diding sekali lagi menegaskan, program USAID PRIORITAS bersinergi dan saling menguatkan dengan program pendidikan Jawa Barat.
“Dari awal pelatihan, peserta diberi kesempatan untuk mengkajiulang hasil penerapan pelatihan I dan II,” kata Ujang Sukandi, Spesialis Pelatihan Guru USAID PRIORITAS, di sela-sela kegiatan pelatihan. Peserta berdiskusi mengkaji beragam hasil kerja guru berupa RPP (termasuk lembar kerja, alat bantu belajar, alat penilaian, dan sumber belajar) dan hasil kerja siswa, seberapa jauh hasil tersebut memenuhi standar yang diharapkan.
Pada sesi-sesi pembelajaran kelas awal, peserta dilatih untuk lebih banyak mempraktikkan pengembangan program membaca berimbang, penilaian membaca, pengelolaan kelas membaca, dan pengelolaan buku bacaan berjenjang. Untuk pembelajaran kelas tinggi, peserta dilatih untuk mempraktikkan pengembangan ‘keterampilan informasi’ dalam pembelajaran IPA, IPS, dan bahasa Indonesia, membaca ekstensif dalam pembelajaran bahasa Inggris atau membaca banyak bacaan yang mudah dan menyenangkan untuk meningkatkan kelancaran dalam membaca dalam bahasa Inggris, serta pembelajaran matematika dalam kehidupan.
Untuk dapat melakukan penilaian yang efektif, peserta juga dilatih melakukan penilaian autentik dan dokumen portofolio sebagai kumpulan hasil belajar siswa untuk memperlihatkan perkembangan hasil belajar siswa. Guru akan menjadi lebih komprehensif dalam menilai kemampuan belajar yang sudah dan belum dikuasai siswa. “Semua hasil pelatihan tersebut akan diimplementasikan dalam praktik mengajar 4 x 40 menit di sekolah,” tambah Ujang. [DS]
Posting Komentar