Maros (LawuPost) Begitulah ujar Satriani Arsyad, guru SD Inpres 62 Gaya Baru, Manokwari Selatan, Papua Barat, sambil berurai air mata menceritakan hasil pengamatannya setelah mengunjungi kelas-kelas di SDN 105 Alatengae, Maros. “Saya melihat sendiri, anak-anak begitu antusias menjawab pertanyaan, mengacungkan tangan dan juga aktif belajar dalam kelompok. Mereka riang menjawab semua tugas. PAKEM telah dilaksanakan dengan baik di tempat ini, dan kami merindukan seperti ini terjadi di Papua,” ujarnya terisak.
Namun dia juga menyadari besarnya kendala yang dihadapi di Papua, mulai dari fasilitas yang kurang menunjang dan kurangnya kualitas SDM. Dia berharap pemerintah daerah dan USAID membantu memperbaiki keadaan tersebut. Ibu yang lahir di Sulut ini merupakan salah satu peserta rombongan pendidik Papua Barat dari Manokwari Selatan yang ikut kunjung belajar di dua SD di Maros yaitu SDN 105 Alatengae dan SDN 111 Polejiwa Maros dan SDN Gunungsari Baru Makassar, Sulsel (25-26/8). Mereka mempelajari model pembelajaran di sekolah, manajemen sekolah, dan bentuk dukungan pemerintah untuk pendidikan.
Simson Arrongear, Kepala Dinas Pendidikan Manokwari Selatan, yang ikut dalam rombongan berharap study banding pendidik Papua ke Sulsel ini bisa menginspirasi dan melecutkan semangat perubahan ke para peserta. “Banyak perubahan dalam program pendidikan harus dilakukan di Papua. Hasil-hasil kunjungan ini juga bisa dijadikan bahan menyusun rencana strategis pengembangan pendidikan di Manokwari Selatan,” ujarnya.
Dia juga mengakui bahwa kondisi di Papua sangat jauh dibandingkan dengan sekolah-sekolah di luar Papua. Namun tantangan yang besar disana tak seharusnya menurunkan semangat perubahan tersebut. “Kita tidak boleh putus asa. Kita harus memperbaiki kondisi ini dari kita sendiri dulu, dengan memperteguh komitmen meningkatkan kualitas pendidikan disana,” tegasnya penuh harap.
Berbagi pengalaman program pendidikan, di hadapan para peserta study visit, Kepala Dinas Pendidikan Maros, Ashar Paduppa menyatakan bahwa dukungan pemerintah sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. “ Untuk mendukung perubahan model pembelajaran dan manajemen sekolah berdasarkan pelatihan USAID PRIORITAS, pemerintah kabupaten Maros telah menghabiskan dana kurang lebih I milyar. Dana tersebut untuk melatih kurang lebih 1800 pendidik di Maros,” ujarnya.
Agar dukungan itu besar, menurutnya sangat penting membuat bupati memahami program yang dijalankan USAID PRIORITAS. “Salah satu strategi kami untuk mendapatkan dukungan yang besar dari Bupati, adalah memberi pemahaman utuh program USAID PRIORITAS kepadanya. Setelah dia tahu, dia memutuskan besaran dukungan yang diberikan,” ujarnya.
Rombongan kunjung belajar terdiri dari 22 orang dari unsur kepala sekolah, guru dan calon fasilitator daerah pelatihan pendidikan Manokwari Selatan. Kunjung belajar dimaksudkan agar peserta bisa mempelajari dan mengadopsi praktik-praktik baik yang telah diamati.(red)
Simson Arrongear, Kepala Dinas Pendidikan Manokwari Selatan, yang ikut dalam rombongan berharap study banding pendidik Papua ke Sulsel ini bisa menginspirasi dan melecutkan semangat perubahan ke para peserta. “Banyak perubahan dalam program pendidikan harus dilakukan di Papua. Hasil-hasil kunjungan ini juga bisa dijadikan bahan menyusun rencana strategis pengembangan pendidikan di Manokwari Selatan,” ujarnya.
Dia juga mengakui bahwa kondisi di Papua sangat jauh dibandingkan dengan sekolah-sekolah di luar Papua. Namun tantangan yang besar disana tak seharusnya menurunkan semangat perubahan tersebut. “Kita tidak boleh putus asa. Kita harus memperbaiki kondisi ini dari kita sendiri dulu, dengan memperteguh komitmen meningkatkan kualitas pendidikan disana,” tegasnya penuh harap.
Berbagi pengalaman program pendidikan, di hadapan para peserta study visit, Kepala Dinas Pendidikan Maros, Ashar Paduppa menyatakan bahwa dukungan pemerintah sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. “ Untuk mendukung perubahan model pembelajaran dan manajemen sekolah berdasarkan pelatihan USAID PRIORITAS, pemerintah kabupaten Maros telah menghabiskan dana kurang lebih I milyar. Dana tersebut untuk melatih kurang lebih 1800 pendidik di Maros,” ujarnya.
Agar dukungan itu besar, menurutnya sangat penting membuat bupati memahami program yang dijalankan USAID PRIORITAS. “Salah satu strategi kami untuk mendapatkan dukungan yang besar dari Bupati, adalah memberi pemahaman utuh program USAID PRIORITAS kepadanya. Setelah dia tahu, dia memutuskan besaran dukungan yang diberikan,” ujarnya.
Rombongan kunjung belajar terdiri dari 22 orang dari unsur kepala sekolah, guru dan calon fasilitator daerah pelatihan pendidikan Manokwari Selatan. Kunjung belajar dimaksudkan agar peserta bisa mempelajari dan mengadopsi praktik-praktik baik yang telah diamati.(red)
Posting Komentar