Ciamis (LawuPost) Kemarau yang melanda Kabupaten Ciamis tiga bulan terakhir ini mengakibatkan sekitar 758 hektare tanaman padi gagal panen alias puso. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan areal tanaman padi yang puso melanda Kecamatan Cipaku 102 hektare, Panjalu 57 hektare, Kawali 49 hektare, Cihaurbeuti 49 hekatre, Panawangan 35 hektare, Baregbeg 6 hektare, Rajadesa 4 hektare dan Panumbangan 2 hektare. Selain itu, ratusan hektare sawah di areal pertanian tadah hujan yang gagal panen lebih banyak diantaranya di Kecamatan Ciamis 36 hektare, Kecamatan Cimaragas 14 hektare, Rancah 134 hektare, Cijeungjing 222 hektare, Tambaksari 18 hektare dan Cisaga sebanyak 39 hektare.
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (DPTP) Kabupaten Ciamis, Ir. Kustini, MP melalui Kepala Bidang Produksi Tanaman Serelia dan Palawija, Ma’mun, musim kemarau yang berkepanjang saat ini sangat mempengaruhi sekali kepada produksi padi di Kabupaten Ciamis tahun 2015 yang ditarget 415 ribu ton. Pada Juli ini baru terlealisasi 264 ton. “Realisasi produksi padi masih kurang sekitar 150 ribu ton lagi. Target ini bisa tercapai bila Agustus ini ada hujan sehingga bisa di panen pada Nopember atau Desember. Masih ada waktu lima bulan untuk mengejar target produksi, “ujarnya.
Ma’mun menambahkan, Kabupaten Ciamis masih memiliki dua Kecamatan sebagai lumbung yaitu Lakbok dan Purwadadi, yang lahan sawahnya masih bisa terselamatkan dan tidak terlalu terganggu oleh musim kemarau ini, karena kriteria kekeringannya masih kekeringan sedang. “Sebagian sawah Lakbok memang mengalami kekeringan berat dan terancam puso itu sekitar 180 hektare dan Purwadadi sekitar 90 hektar, tetapi itu masih bisa dipanen, “ujarnya.
Kepala Bidang Sumber Daya, Tini Lastinawati menambahkan, banyaknya sawah puso karena sebagai petani tidak mengindahkan imbauan DPTP agar tidak menanam padi menjelang musim kemarau, padahal sebelumnya Dinas Pertanian sudah mengirimkan surat kepada kelompok tani agar tidak menanam padi. Meski sudah telah diberitahu dari sebelumnya, kata Tini tetapi sebagian petani tetap memaksakan diri untuk menanam padi, akhirnya sekarang malah gagal panen akibat kekeringan. “Sawah yang kekeringan mengalami yang puso tidak ada cara selain membiarkan padinya disawah, sebab sumber air untuk mengairi sawahnya juga sudah kering seperti sungai atau sumber mata air sudah kering, “ujar Tini.
Guna menyelamatkan sebagian areal pertanian padi yang terancam gagal tanam dan puso, Bupati Ciamis, H Iing Syam Arifien langsung memerintahkan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan untuk menyalurkan bantuan pompa air bagi kelompok tani di wilayah kekeringan. “Saya sudah perintahkan agar DPTP segera menyalurkan bantuan pompa air agar bisa menjangkau sumber air untuk mengairi pertanian. Saya juga minta kelompok tani lain yang masih memiliki mesin pompa untuk meningkatkan rasa solidaritas antar petani dengan membantu kelompok lain yang belum punya pompa, “ujar H Iing.
Menurut H Iing, untuk menanggulangi dampak kemarau, pemerintah akan membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) agar tanaman padi bisa diselamatkan. TRC ini kata H. Iing dibekali peralatan mesin pompa air yang bisa dipin dari satu tempat ke tempat lain untuk mengatasi keterbatasan pompa air saat ini. Selain persawahan kemungkinan dapat diselamatkan dari kekeringan, H Iing juga meninjau persawahan terancam puso karena di sekitar areal pertanian padi tidak ada sumber air. “Bagi lahan pertanian yang ada sumber airnya masih bisa diusahakan dengan adanya pompa, namun ada juga areal pertanian yang sumber airnya memang sudah menipis. Ada kelompok punya mesin pompa air, tetapi airnya yang tidak ada. Ada juga yang masih bisa diairi meski jauh namun tidak punya pompa. Makanya harus ditangani sesuai klasifikasinya, “ujar H Iing.
Dari pantauan tim Lawu News, kekeringan tak hanya dirasakan petani di wilayah pusat Kota Ciamis saja. Namun, area pesawahan di wilayah kaki gunung pun terancam kekeringan. Seperti halnya di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri. Sejumlah areal pesawahan disana mengalami kekeringan. Bahkan, mengalami keretakan. Padi yang baru berusia satu bulan daunnya mulai menguning dan terancam gagal tanam.
Salah seorang petugas Balai Penyuluhan Pertanian dan Peternakan Kecamatan (BP3K) Sukamantri, Aji mengatakan, memang sejumlah areal pesawahan di Kecamatan Cibeureum sudah mengering. “Ada lima Desa di Kecamatan Sukamantri, memang yang kesulitan air terparah yaitu Desa Cibeureum, “ujarnya. Beberapa hektare tanaman padi disana kata dia, terancam gagal panen. Untuk menyelamatkan tanaman padi karena kekurangan air, pihaknya bersama petani melakukan penyedotan air dari sumur-sumur terdekat sawah. “Memang di Cibeureum sawah tadah hujan, jadi kalau kemarau sawah kering, “katanya.
Petani setempat, Umar (43) mengakui sudah beberapa bulan di Sukamantri tidak turun hujan. Sehingga, aliran air diselokan pun tidak ada. Otomatis, sawah kering kerontang. “Saat ini sulit air untuk bertani, bahkan air bersih untuk keperluan MCK juga sudah sulit didapat, “katanya. Pihaknya berharap, adanya bantuan dari pemerintah untuk menanggulangi kekeringan disana. Minimal untuk menyelamatkan padi yang sudah ditanam dan akan berbuah.
Butuh Pompa Air
Dampak kemarau juga menimpa petani sayuran. Sehingga banyak petani sayuran yang mengurungkan niatnya untuk menanam sayuran karena sulit mendapatkan air. Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Ciamis, Pipin Arif Apilin menegaskan, akibat kemarau produksi sayuran di kawasan agropolitan mulai dari Kecamatan Cihaurbeuti, Sindangkasih, Panumbangan, Panjalu dan Sukamantri menurun hingga 50 persen. “Petani hanya memanen sayuran sisa tanam tiga bulan lalu. Mereka tidak mau berspekulasi untuk menanam sayuran disaat kemarau karena biaya pemeliharaan akan naik dan resiko gagal panen tinggi, “ujar Pipin.
Maka, ia berharap Pemkab Cimis bisa memberikan bantuan pompa untuk para petani sayuran agar bisa menanam bulan ini. Pompa yang dibutuhkan bukan pompa besar, tapi ukuran sedang yang mudah dibawa. “Yang dibutuhkan petani sayuran pompa berukuran sedang mudah dipindahkan karena sumber air di daerah relatif kecil dibandingkan dengan sumber air untuk pertanian yang membutuhkan pompa besar, “ujar Pipin. (mamay/dian)
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (DPTP) Kabupaten Ciamis, Ir. Kustini, MP melalui Kepala Bidang Produksi Tanaman Serelia dan Palawija, Ma’mun, musim kemarau yang berkepanjang saat ini sangat mempengaruhi sekali kepada produksi padi di Kabupaten Ciamis tahun 2015 yang ditarget 415 ribu ton. Pada Juli ini baru terlealisasi 264 ton. “Realisasi produksi padi masih kurang sekitar 150 ribu ton lagi. Target ini bisa tercapai bila Agustus ini ada hujan sehingga bisa di panen pada Nopember atau Desember. Masih ada waktu lima bulan untuk mengejar target produksi, “ujarnya.
Ma’mun menambahkan, Kabupaten Ciamis masih memiliki dua Kecamatan sebagai lumbung yaitu Lakbok dan Purwadadi, yang lahan sawahnya masih bisa terselamatkan dan tidak terlalu terganggu oleh musim kemarau ini, karena kriteria kekeringannya masih kekeringan sedang. “Sebagian sawah Lakbok memang mengalami kekeringan berat dan terancam puso itu sekitar 180 hektare dan Purwadadi sekitar 90 hektar, tetapi itu masih bisa dipanen, “ujarnya.
Kepala Bidang Sumber Daya, Tini Lastinawati menambahkan, banyaknya sawah puso karena sebagai petani tidak mengindahkan imbauan DPTP agar tidak menanam padi menjelang musim kemarau, padahal sebelumnya Dinas Pertanian sudah mengirimkan surat kepada kelompok tani agar tidak menanam padi. Meski sudah telah diberitahu dari sebelumnya, kata Tini tetapi sebagian petani tetap memaksakan diri untuk menanam padi, akhirnya sekarang malah gagal panen akibat kekeringan. “Sawah yang kekeringan mengalami yang puso tidak ada cara selain membiarkan padinya disawah, sebab sumber air untuk mengairi sawahnya juga sudah kering seperti sungai atau sumber mata air sudah kering, “ujar Tini.
Guna menyelamatkan sebagian areal pertanian padi yang terancam gagal tanam dan puso, Bupati Ciamis, H Iing Syam Arifien langsung memerintahkan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan untuk menyalurkan bantuan pompa air bagi kelompok tani di wilayah kekeringan. “Saya sudah perintahkan agar DPTP segera menyalurkan bantuan pompa air agar bisa menjangkau sumber air untuk mengairi pertanian. Saya juga minta kelompok tani lain yang masih memiliki mesin pompa untuk meningkatkan rasa solidaritas antar petani dengan membantu kelompok lain yang belum punya pompa, “ujar H Iing.
Menurut H Iing, untuk menanggulangi dampak kemarau, pemerintah akan membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) agar tanaman padi bisa diselamatkan. TRC ini kata H. Iing dibekali peralatan mesin pompa air yang bisa dipin dari satu tempat ke tempat lain untuk mengatasi keterbatasan pompa air saat ini. Selain persawahan kemungkinan dapat diselamatkan dari kekeringan, H Iing juga meninjau persawahan terancam puso karena di sekitar areal pertanian padi tidak ada sumber air. “Bagi lahan pertanian yang ada sumber airnya masih bisa diusahakan dengan adanya pompa, namun ada juga areal pertanian yang sumber airnya memang sudah menipis. Ada kelompok punya mesin pompa air, tetapi airnya yang tidak ada. Ada juga yang masih bisa diairi meski jauh namun tidak punya pompa. Makanya harus ditangani sesuai klasifikasinya, “ujar H Iing.
Dari pantauan tim Lawu News, kekeringan tak hanya dirasakan petani di wilayah pusat Kota Ciamis saja. Namun, area pesawahan di wilayah kaki gunung pun terancam kekeringan. Seperti halnya di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri. Sejumlah areal pesawahan disana mengalami kekeringan. Bahkan, mengalami keretakan. Padi yang baru berusia satu bulan daunnya mulai menguning dan terancam gagal tanam.
Salah seorang petugas Balai Penyuluhan Pertanian dan Peternakan Kecamatan (BP3K) Sukamantri, Aji mengatakan, memang sejumlah areal pesawahan di Kecamatan Cibeureum sudah mengering. “Ada lima Desa di Kecamatan Sukamantri, memang yang kesulitan air terparah yaitu Desa Cibeureum, “ujarnya. Beberapa hektare tanaman padi disana kata dia, terancam gagal panen. Untuk menyelamatkan tanaman padi karena kekurangan air, pihaknya bersama petani melakukan penyedotan air dari sumur-sumur terdekat sawah. “Memang di Cibeureum sawah tadah hujan, jadi kalau kemarau sawah kering, “katanya.
Petani setempat, Umar (43) mengakui sudah beberapa bulan di Sukamantri tidak turun hujan. Sehingga, aliran air diselokan pun tidak ada. Otomatis, sawah kering kerontang. “Saat ini sulit air untuk bertani, bahkan air bersih untuk keperluan MCK juga sudah sulit didapat, “katanya. Pihaknya berharap, adanya bantuan dari pemerintah untuk menanggulangi kekeringan disana. Minimal untuk menyelamatkan padi yang sudah ditanam dan akan berbuah.
Butuh Pompa Air
Dampak kemarau juga menimpa petani sayuran. Sehingga banyak petani sayuran yang mengurungkan niatnya untuk menanam sayuran karena sulit mendapatkan air. Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Ciamis, Pipin Arif Apilin menegaskan, akibat kemarau produksi sayuran di kawasan agropolitan mulai dari Kecamatan Cihaurbeuti, Sindangkasih, Panumbangan, Panjalu dan Sukamantri menurun hingga 50 persen. “Petani hanya memanen sayuran sisa tanam tiga bulan lalu. Mereka tidak mau berspekulasi untuk menanam sayuran disaat kemarau karena biaya pemeliharaan akan naik dan resiko gagal panen tinggi, “ujar Pipin.
Maka, ia berharap Pemkab Cimis bisa memberikan bantuan pompa untuk para petani sayuran agar bisa menanam bulan ini. Pompa yang dibutuhkan bukan pompa besar, tapi ukuran sedang yang mudah dibawa. “Yang dibutuhkan petani sayuran pompa berukuran sedang mudah dipindahkan karena sumber air di daerah relatif kecil dibandingkan dengan sumber air untuk pertanian yang membutuhkan pompa besar, “ujar Pipin. (mamay/dian)
Posting Komentar