Puspen TNI (LawuPost.Com) Indonesia berada di antara persilangan ideologi
dunia yang berbeda dan di persilangan ekonomi
yang sangat kuat dan besar. Kondisi ini menuntut Kemanunggalan TNI dan Rakyat
yang kokoh dan kuat, sebagai konsekuensi logis dari negara
majemuk dan negara kepulauan terbesar di dunia yang
rentan terhadap berbagai bentuk ancaman
kontemporer yang
bersifat asimetris, proxy
dan hibrida.
Demikian paparan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto,
S.I.P. yang dibacakan oleh Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Laksdya TNI Dr. Didit
Herdiawan, M.P.A., M.B.A., dalam Sarasehan Nasional yang diselenggarakan oleh Letjen TNI Dony Murnado
selaku Sesjen
Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) tentang “Merawat Perdamaian Belajar Dari
Resolusi Konflik Dan Damai Di Maluku Dan Maluku Utara Untuk Indonesia Yang
Bersatu, Berdaulat, Adil Dan Makmur”, bertempat di Hotel
JS. Luwansa, DKI Jakarta, Selasa (10/7/2018).
Acara tersebut dibuka oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla
yang diwakili oleh Menko Polhukam Jenderal TNI (Purn) Dr. H. Wiranto, S.H. diikuti oleh segenap komponen bangsa
baik dari Pemerintah, TNI, Polri, Civitas Akademi, Tokoh Politik, Tokoh Agama
dan Tokoh Masyarakat.
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P. mengatakan, kemajuan zaman yang semakin modern menghadirkan perubahan
lingkungan strategis yang sedemikian cepat dan sulit diprediksi. Keadaan ini juga merupakan cerminan semangat persatuan
dan kesatuan bangsa yang kokoh kuat dan harus terjaga dengan baik. “Untuk itu
ada hal mendasar yang harus dipegang teguh yaitu keberadaan dan kebersatuan
kita sebagai bangsa merupakan modal sosial yang sangat diperlukan,” katanya.
Menurut Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, perkembangan
lingkungan strategis baik pada lingkup global maupun regional yang disertai
perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi menghadirkan
fenomena-fenomena baru. “Hal ini akan merubah perspektif ancaman terhadap
integritas NKRI, yaitu ancaman kontemporer baik yang berdimensi militer murni
maupun non militer atau campuran diantara keduanya,”
jelasnya.
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan bahwa memasuki era
revolusi industri 4.0, transformasi pada berbagai bidang dipicu oleh distruptif innovation yang secara serta merta merubah paradigma yang telah ada
sebelumnya, menjadi suatu paradigma yang benar-benar baru dan tidak pernah
diduga sebelumnya. “Karakteristik utamanya adalah perubahan yang tidak
pernah terduga pada faktor kecepatan atau speed, skala atau scale
dan kekuatan atau force. Jika dikaitkan dengan karakteristik lingkungan
strategis maka asimetri perang juga akan bertransformasi pada aspek kecepatan
atau speed, jangkauan atau range dan daya hancur atau lethality,”
ujarnya.
Meski era disrupsi dan revolusi industri 4.0 merupakan
suatu peradaban baru manusia, namun dalam setiap kemajuan selalu memiliki
paradoks yang berbentuk ancaman diantaranya ancaman siber atau cyber
threats, ancaman biologi atau bio-threats dan ancaman kesenjangan
atau inequality threats. “Oleh karena itu kondisi inilah menuntut
kepentingan kemanunggalan TNI – Rakyat yang kokoh kuat, sebagai
konsekuensi
logis dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan
NKRI,” ungkap Panglima TNI.
Mengakhiri paparannya, Marsekal TNI
Hadi Tjahjanto menekankan bahwa Kemanunggalan TNI dan Rakyat merupakan hal
penting sebagai bagian dari wujud memperkuat pemberdayaan ketahanan wilayah.
“Tentunya tidak dapat hanya mengedepankan TNI semata namun diperlukan peran
serta dan kontribusi terbaik seluruh komponen bangsa untuk bersinergi,
terintegrasi, bahu membahu dan berkesinambungan dalam mewujudkan Indonesia yang
aman, damai, berdaulat, mandiri dan berkepribadian yang kokoh kuat,” pungkasnya.
Autentikasi : Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Sus Taibur Rahman
Admin : Yudi