Jakarta (LawuPost.Com) - Sekitar 100 guru sekolah mitra Fakultas Pendidikan Sampoerna University praktik mengajar di SD dan SMP Yasporbi 1 untuk mengimpelementasikan hasil pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran dan budaya baca, Jumat (4/8/2017). Para guru tersebut sebelumnya dilatih USAID PRIORITAS untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam menerapkan praktik pembelajaran yang efektif di kelas dan mendorong budaya literasi.
Nur Intan Kumalasari, guru SD Insan Cendekia Madani, praktik mengajar di kelas II SD. Dia membuat buku besar yang berjudul ‘Hidup Rukun di Sekolah’. Buku besar tersebut berisi 11 halaman yang menceritakan persahabatan dua siswa di sekolah. Setiap halamannya berisi gambar dan satu sampai dua kalimat yang relevan dengan gambar. Intan mengajak siswanya membaca bersama dan memahami isi bacaan dengan buku besar tersebut. Penggunaan media buku besar, membuat siswa semakin antusias membaca bersama di kelas.
Setelah membaca bersama, siswa diberi lembar kerja pertama untuk membuat kalimat ajakan dengan menggunakan kata ‘Ayo’ dan ‘Mari’. Kalimat ini bermakna ajakan kepada teman untuk melakukan kegiatan positif, seperti, “mari kita membaca buku, ayo memberi salam, dan sebagainya.” Pada lembar kerja kedua, siswa ditugaskan memilih salah satu tokoh dalam cerita. Tokoh tersebut digambar dan dideskripsikan dengan kata-kata siswa sendiri, kemudian dipresentasikan oleh siswa.
“Dari praktik mengajar ini saya mendapatkan pengalaman cara meningkatkan kemampuan literasi siswa melalui pembelajaran. Kepercayaan diri siswa untuk membaca, menulis dan menyampaikan hasil karyanya juga meningkat,” kata Intan usai praktik mengajar.
Stevanus Tofan, guru SMPK Tirtamarta BPK Penabur, yang praktik mengajar IPA di kelas VII SMP, mengajak para siswa untuk melakukan praktik mengukur benda beraturan dan tidak beraturan. Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil dan guru lebih banyak mendampingi kegiatan siswa di kelompok. Siswa ditugaskan untuk menemukan cara mengukur dan menggunakan alat yang tepat untuk mengukur panjang, massa, diameter, dan suhu menggunakan alat dan bahan yang disediakan.
“Dari praktik mengukur ini siswa membuat laporan kegiatannya. Mulai tujuan, rumusan masalah, cara kerja, hasil pengukuran, dan kesimpulan. Ternyata semua siswa dapat menemukan alat ukur yang tepat dan menyimpulkan apa yang dimaksud dengan pengukuran. Dari pembelajaran IPA ini kemampuan kerja ilmiah dan literasi siswa dapat dilatih dan ditingkatkan. Mereka juga belajar kemandirian, memecahkan masalah, dan bertanggungjawab,” kata Stevanus bangga.
Kegiatan praktik mengajar ini diapresiasi oleh Dekan Fakultas Pendidikan Sampoerna University, Nisa Felicia PhD. Menurutnya, Sampoerna University ingin membekali para guru sekolah mitra dengan sebuah pelatihan untuk meningkatkan pembelajaran aktif, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang mampu mengembangkan kemampuan literasi mereka. “Ketika dipraktikkkan dalam pengajaran di kelas, hal ini akan mendukung siswa untuk melatih kemampuan berpikir kreatif, kritis, serta memecahkan masalah,” jelasnya.
Menurut Feiny Sentosa, Deputi Direktur Program USAID PRIORITAS, para guru sebelumnya telah dilatih untuk memahami kurikulum 2013, mengembangkan pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja, melakukan penilaian autentik, menerapkan literasi lintas kurikulum dalam pembelajaran di kelas awal, IPA, dan matematika. Kemampuan literasi yang dimaksud seperti membaca atau memahami isi bacaan, mendengarkan, menyimak, memahami apa yang diungkapkan orang lain, termasuk mengungkapkan gagasan secara lisan atau tertulis, sangat diperlukan dan sekaligus dapat dikembangkan dalam pembelajaran di kelas.
“Peserta telah diberi kesempatan membuat perencanaan pembelajaran yang memuat konten pelatihan. Hari mereka menerapkannya dalam kegiatan praktik mengajar di kelas. Setelah praktik mengajar, mereka akan berefleksi bersama fasilitator untuk melihat pembelajaran yang berhasil dan yang perlu diperbaiki agar kualitas pembelajaran menjadi lebih baik lagi,” kata Feiny.
Mengacu pada studi “Most Littered Nation in The World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada tahun 2016, Indonesia menduduki posisi yang rendah dalam hal minat membaca. Hal ini patut mendapat perhatian mengingat kebiasaan membaca merupakan salah satu modal utama dalam mengembangkan kemampuan berpikir individu. Melalui Program ini, para guru yang mendapatkan pelatihan diharapkan dapat mendiseminasi hasil pelatihan kepada lebih banyak guru lainnya, dan menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga memberikan manfaat dalam peningkatan kualitas belajar siswa di sekolah dan di luar sekolah.(***)
Nur Intan Kumalasari, guru SD Insan Cendekia Madani, praktik mengajar di kelas II SD. Dia membuat buku besar yang berjudul ‘Hidup Rukun di Sekolah’. Buku besar tersebut berisi 11 halaman yang menceritakan persahabatan dua siswa di sekolah. Setiap halamannya berisi gambar dan satu sampai dua kalimat yang relevan dengan gambar. Intan mengajak siswanya membaca bersama dan memahami isi bacaan dengan buku besar tersebut. Penggunaan media buku besar, membuat siswa semakin antusias membaca bersama di kelas.
Setelah membaca bersama, siswa diberi lembar kerja pertama untuk membuat kalimat ajakan dengan menggunakan kata ‘Ayo’ dan ‘Mari’. Kalimat ini bermakna ajakan kepada teman untuk melakukan kegiatan positif, seperti, “mari kita membaca buku, ayo memberi salam, dan sebagainya.” Pada lembar kerja kedua, siswa ditugaskan memilih salah satu tokoh dalam cerita. Tokoh tersebut digambar dan dideskripsikan dengan kata-kata siswa sendiri, kemudian dipresentasikan oleh siswa.
“Dari praktik mengajar ini saya mendapatkan pengalaman cara meningkatkan kemampuan literasi siswa melalui pembelajaran. Kepercayaan diri siswa untuk membaca, menulis dan menyampaikan hasil karyanya juga meningkat,” kata Intan usai praktik mengajar.
Stevanus Tofan, guru SMPK Tirtamarta BPK Penabur, yang praktik mengajar IPA di kelas VII SMP, mengajak para siswa untuk melakukan praktik mengukur benda beraturan dan tidak beraturan. Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil dan guru lebih banyak mendampingi kegiatan siswa di kelompok. Siswa ditugaskan untuk menemukan cara mengukur dan menggunakan alat yang tepat untuk mengukur panjang, massa, diameter, dan suhu menggunakan alat dan bahan yang disediakan.
“Dari praktik mengukur ini siswa membuat laporan kegiatannya. Mulai tujuan, rumusan masalah, cara kerja, hasil pengukuran, dan kesimpulan. Ternyata semua siswa dapat menemukan alat ukur yang tepat dan menyimpulkan apa yang dimaksud dengan pengukuran. Dari pembelajaran IPA ini kemampuan kerja ilmiah dan literasi siswa dapat dilatih dan ditingkatkan. Mereka juga belajar kemandirian, memecahkan masalah, dan bertanggungjawab,” kata Stevanus bangga.
Kegiatan praktik mengajar ini diapresiasi oleh Dekan Fakultas Pendidikan Sampoerna University, Nisa Felicia PhD. Menurutnya, Sampoerna University ingin membekali para guru sekolah mitra dengan sebuah pelatihan untuk meningkatkan pembelajaran aktif, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang mampu mengembangkan kemampuan literasi mereka. “Ketika dipraktikkkan dalam pengajaran di kelas, hal ini akan mendukung siswa untuk melatih kemampuan berpikir kreatif, kritis, serta memecahkan masalah,” jelasnya.
Menurut Feiny Sentosa, Deputi Direktur Program USAID PRIORITAS, para guru sebelumnya telah dilatih untuk memahami kurikulum 2013, mengembangkan pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja, melakukan penilaian autentik, menerapkan literasi lintas kurikulum dalam pembelajaran di kelas awal, IPA, dan matematika. Kemampuan literasi yang dimaksud seperti membaca atau memahami isi bacaan, mendengarkan, menyimak, memahami apa yang diungkapkan orang lain, termasuk mengungkapkan gagasan secara lisan atau tertulis, sangat diperlukan dan sekaligus dapat dikembangkan dalam pembelajaran di kelas.
“Peserta telah diberi kesempatan membuat perencanaan pembelajaran yang memuat konten pelatihan. Hari mereka menerapkannya dalam kegiatan praktik mengajar di kelas. Setelah praktik mengajar, mereka akan berefleksi bersama fasilitator untuk melihat pembelajaran yang berhasil dan yang perlu diperbaiki agar kualitas pembelajaran menjadi lebih baik lagi,” kata Feiny.
Mengacu pada studi “Most Littered Nation in The World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada tahun 2016, Indonesia menduduki posisi yang rendah dalam hal minat membaca. Hal ini patut mendapat perhatian mengingat kebiasaan membaca merupakan salah satu modal utama dalam mengembangkan kemampuan berpikir individu. Melalui Program ini, para guru yang mendapatkan pelatihan diharapkan dapat mendiseminasi hasil pelatihan kepada lebih banyak guru lainnya, dan menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga memberikan manfaat dalam peningkatan kualitas belajar siswa di sekolah dan di luar sekolah.(***)
Posting Komentar