Makassar (LawuPost) Program USAID PRIORITAS melakukan penilaian kemampuan membaca kelas awal (Early Grade Reading Assesment)
terhadap 15.941 orang siswa kelas 3 yang disampel di tujuh provinsi
dampingan di Indonesia mulai tahun 2012-2015. Tujuh provinsi tersebut
yaitu Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan Sulawesi Selatan. Hasil dari penilaian tersebut
menunjukkan bahwa banyak anak yang disampel oleh program PRIORITAS
lancar membaca namun kurang memahami makna teks yang dibaca. Pemahaman
membaca siswa yang disampel rata-rata masih dibawah 80 %.
Menurut
Jamaruddin, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS, hasil penelitian
tersebut perlu ditanggapi secara serius oleh pemerintah daerah dan
stakeholder terkait pendidikan. “Kemampuan
memahami bacaan akan mempengaruhi pencerapan siswa selama pembelajaran.
Siswa juga akan sulit mengembangkan skill-skil lainnya yang seringkali
hanya bisa diperoleh dengan jalan membaca,” ujarnya (15/10/2016).
Kalau
tidak paham bacaannya, menurutnya, tidak mengerti dengan baik instruksi
dalam bacaan, siswa akan cenderung semakin menurun prestasi dan
kemampuannya saat naik ke kelas-kelas selanjutnya.
“Semakin naik kelas, informasi yang akan didapat semakin kompleks dan
rumit. Mereka yang kurang memiliki skill membaca dan memahami bacaan
akan semakin ketinggalan dalam pembelajaran dan dalam ketrampilan
lainnya,” ujarnya.
Menurut
Feiny Sentosa, Wakil Direktur Program USAID PRIORITAS Indonesia,
assessmen kemampuan membaca dengan EGRA merupakan langkah awal untuk
merancang program yang tepat untuk meningkatkan
skill membaca. “EGRA mengandung 5 sub-tugas asesmen, yaitu, mengenal
nama huruf, membaca kata-kata yang bermakna, membaca kata-kata yang
tidak bermakna, membaca teks (kelancaran) dan menjawab pertanyaan
tentang teks (pemahaman), dan pemahaman menyimak. Dengan
melihat hasil olah data terhadap kelima aspek sub-tugas tersebut,
program-program apa yang terbaik di sekolah bisa dirancang,” ujarnya.
Menurut
Jamaruddin, dalam mengajarkan membaca pada siswa kelas awal, pendekatan
menghapal kata sudah mulai harus ditinggalkan. “Menghapal kata membuat
siswa lancar membaca, tapi tidak
berkontribusi maksimal terhadap kemampuan siswa memahami bacaan,”
ujarnya.
Berdasarkan
hasil penelitian dan praktek yang diterapkan USAID PRIORITAS, kelas
yang kuat dalam membangun pemahaman membaca adalah kelas yang gurunya
mau mengubah metode mengajar berdasarkan
feed back yang diterima dari siswa, yang melibatkan siswa aktif dalam
pembelajaran.
Salah
satu cara untuk membuat siswa aktif dalam pembelajaran membaca adalah
dengan mengadakan kegiatan prediksi sebelum membaca dan merangkum bacaan
setelah membaca. “Prediksi bisa dilakukan
dengan banyak strategi, misalnya memprediksi kata atau bacaan lewat
gambar di sampul buku, di halaman buku dan sebagainya sebelum membaca.
Program merangkum bisa gunakan prinsip 5W IH,” ujar Jamaruddin.
Namun
hal yang paling penting juga adalah sekolah perlu menambah jam khusus
untuk membaca. “Program membaca 15 menit sebelum pembelajaran yang
dicanangkan pemerintah sangat mendukung
hal ini. Di beberapa sekolah binaan USAID PRIORITAS bahkan tiap sabtu
ada tambahan jam khusus yang biasanya satu untuk peningkatan ketrampilan
literasi, yang isinya membaca, merangkum dan menceritakan isi bacaan,”
ujar Jamar.(***)
Posting Komentar