Banjar (LawuPost) - Muhammad Dea Firdaus (17), siswa SMAN 1 Kota Banjar yang beberapa pekan lalu terbang ke Singapura untuk mengikuti International Mathematics Competitions (IMC) 2016, berhasil pulang dengan membawa medali. Putra kedua pasangan H. Nanang dan Hj. Yuyun itu menggondol medali perak dari ajang lomba matematika tingkat internasional tersebut. “Tidak menyangka sebelumnya saya bisa meraih medali perak di IMC. Ini mimpinya saya mengharumkan Indonesia dengan prestasi, ”kata Dea, Kamis (18/8).
Perjuangan Dea merebut medali perak tersebut ternyata tak mudah. Sebelum bertolak ke Singapura, selama tujuh hari dirinya menjalani karantina di Bogor untuk pembekalan. “Soal yang saya kerjakan selama proses karantina sungguh sulit. Tapi saya masih mampu menyelesaikannya, “ ucap Dea.
Saat di IMC, Dea mengerjakan soal berbahasa Inggris terdiri dari 8 pilihan ganda, 8 esai, 8 uraian singkat, dikerjakan selama 45 menit. “Saya sudah optimis bisa mendapatkan emas, ternyata emas disabet wakil dari Vietnam, “ujarnya. Meski begitu dia mengaku medali perak pun merupakan pencapaian berharga dari prestasinya. Apalagi untuk berlaga di ajang tersebut pihaknya telah menghabiskan biaya yang tak sedikit. Orang tuanya meski merogoh kocek yang cukup dalam, hingga sekitar Rp. 24 juta. Sedangkan bantuan yang diterimanya sebesar Rp. 2 juta dari sekolah, dan Rp. 500 ribu dari Pemkot Banjar dalam hal ini Dinas Pendidikan Banjar.
Sementara itu Kepala SMAN 1 Banjar, Drs. Ahmad Sobana merasa bangga dengan raihan prestasi siswanya. Dia memberikan apresiasi besar atas perjuangan Dea. “Dea telah membela dan mengharumkan nama sekolah, juga Indonesia di kancah Internasional, “tutur Ahmad. Terkait minimnya perhatian pemerintah bagi siswa berprestasi, Ahmad berharap bisa menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah. “Ini pun harus menjadi motivasi besar kepada para siswa lainnya untuk tumbuh berkembang dan berprestasi, “ kata Ahmad. (mamay)
Perjuangan Dea merebut medali perak tersebut ternyata tak mudah. Sebelum bertolak ke Singapura, selama tujuh hari dirinya menjalani karantina di Bogor untuk pembekalan. “Soal yang saya kerjakan selama proses karantina sungguh sulit. Tapi saya masih mampu menyelesaikannya, “ ucap Dea.
Saat di IMC, Dea mengerjakan soal berbahasa Inggris terdiri dari 8 pilihan ganda, 8 esai, 8 uraian singkat, dikerjakan selama 45 menit. “Saya sudah optimis bisa mendapatkan emas, ternyata emas disabet wakil dari Vietnam, “ujarnya. Meski begitu dia mengaku medali perak pun merupakan pencapaian berharga dari prestasinya. Apalagi untuk berlaga di ajang tersebut pihaknya telah menghabiskan biaya yang tak sedikit. Orang tuanya meski merogoh kocek yang cukup dalam, hingga sekitar Rp. 24 juta. Sedangkan bantuan yang diterimanya sebesar Rp. 2 juta dari sekolah, dan Rp. 500 ribu dari Pemkot Banjar dalam hal ini Dinas Pendidikan Banjar.
Sementara itu Kepala SMAN 1 Banjar, Drs. Ahmad Sobana merasa bangga dengan raihan prestasi siswanya. Dia memberikan apresiasi besar atas perjuangan Dea. “Dea telah membela dan mengharumkan nama sekolah, juga Indonesia di kancah Internasional, “tutur Ahmad. Terkait minimnya perhatian pemerintah bagi siswa berprestasi, Ahmad berharap bisa menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah. “Ini pun harus menjadi motivasi besar kepada para siswa lainnya untuk tumbuh berkembang dan berprestasi, “ kata Ahmad. (mamay)