Selamat Datang Di Website Lawupost.com (Menyatukan Inspirasi Dan Motivasi) Masyarakat Jawa Barat Harus Tetap Menjaga Budaya | Lawu Post

Masyarakat Jawa Barat Harus Tetap Menjaga Budaya

Sabtu, 20 Agustus 20160 comments

Ciamis (LawuPost) - Budaya sunda di Jawa Barat kian terkikis, bahkan ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri. Padahal, untuk mengangkat identitas suatu bangsa, seharusnya dimulai dari sikap penghargaan dari masyarakat untuk memuliakan kebudayaannya sendiri. “Sekarang lihat saja, hampir setiap tempat di Jawa Barat masyarakatnya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Sudah jarang yang menggunakan bahasa sunda. Bahkan nama-nama tempat banyak yang diganti dengan nama-nama berbau asing, “ujar H. Dedi Mulyadi saat berkunjung ke Desa Dadiharja Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis.

Hal itu disampaikannya dalam bahasa sunda yang tersusun rapi saat beberapa waktu lalu. Menurut H. Dedi, sikap tidak peduli terhadap budaya sunda juga ditunjukkan justru oleh pemerintah sendiri. Banyak kebijakan yang meniadakan konsep atau falsafah bahasa sunda. Padahal, seharusnya berbagai konsep falsafah sunda sebagaimana juga tertuang dalam naskah-naskah dan pantun, cerita rakyat dan sejenisnya, dijadikan sebagai naskah akademik yang menjadi dasar pembuatan peraturan-peraturan daerah serta kebijakan strategis lainnya. “Itulah makanya Jawa Barat seperti tengah mengalami kebangkrutan budaya dan kehilangan identitas kulturalnya, “ujarnya.

Hal itu berbeda dengan kawasan Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Di kawasan tersebut budaya setempat masih tetap hidup dan dipelihara oleh masyarakat beserta pemerintahnya. “Tak heran kalau turis-turis asing hanya lewat saja di Jawa Barat, karena tujuan mereka biasanya Yogyakarta dan Bali, “ujar H. Dedi. Maka, kata dia, kenapa Purwakarta menonjolkan segi kebudayaan sunda, karena tidak ada lagi tempat di Jawa Barat yang ingin mengabadikan kesundaan. “Karena apa yang menimpa Kabupaten Kota di Jawa Barat sudah banyak dirumpak. Sunda hilang, “ujarnya.

Tidak hanya soal kebudayaan, orang sunda juga sudah tak memiliki tempat berekspresi. Kalang dalam politik, kalang dalam ekonomi sudah tidak bisa jadi tuan rumah. Orang luar sunda sudah merasa Jawa Barat sebagai kampung halamannya sendiri dan menyingkirkan kebudayaan sunda. “Padahal Belanda saja memelihara sunda. Tata ruang kota meneruskan tata ruang sunda. Gunung diriksa, lembah jadi perkebunan. Begitupun air melimpah sampai semua daerah pasti dimulai dengan nama Ci, “tuturnya.

H. Dedi pun tak memungkiri banyak tudingan terhadap dirinya dianggap sebagai animisme dan dinamisme. Padahal ia hanya berfilosofi pada lingkungan sebagai perantara syukur atas penciptaan Alloh swt. Ketika memulyakan alam bukan ke alam tapi sebagai bentuk rasa syukur sehingga dituntut harus merawat alam. Selain dikenal sebagai Bupati Purwakarta, H. Dedi juga merupakan pimpinan Dangian Galuh Pakuan yang kerap mentas dalam melestarikan seni budaya sunda. (mamay)
Share this article :

Posting Komentar

NUSANTARA BERSATU

EDISI TABLOID CERDAS

EDISI TABLOID CERDAS
 
Support : Creating Website | Lawupost | Lawupost Template
Copyright © 2011. Lawu Post - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Lawupost Template
Proudly powered by Lawupost