Bogor (LawuPost) - Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menggandeng
Badan Pembangunan Internasional Amerika (USAID)
PRIORITAS untuk meningkatkan mutu penyiapan calon guru profesional di
LPTK PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri).
“Kami akan mereformasi proses penyiapan calon guru di LPTK PTKIN.
Ke depan, lulusan LPTK PTKIN diharapkan lebih siap menjadi guru
profesional untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah dan
sekolah,” kata Prof Dr Kamaruddin Amin, Direktur Jenderal Pendidikan
Islam, Kemenag, di sela-sela acara diskusi dengan 38 Dekan
Tarbiyah UIN/IAIN se-Indonesia untuk mendapat masukan dalam menyusun grand desaign rencana reformasi LPTK PTKIN di Bogor, Rabu, (22/6/2016).
“Selama ini masih tampak adanya kesenjangan antara teori dan konten yang diajarkan di kampus dengan praktik di madrasah
dan sekolah.
Akibatnya, proses perkuliahan dan pelatihan di kampus disamping kurang
relevan, juga kurang menarik, menantang dan mendukung peningkatan mutu
pembelajaran,” katanya lagi. Lanjutnya,
ada anggapan yang berlaku di masyarakat, jika kualitas guru menurun,
maka yang disalahkan adalah LPTK. Hal ini wajar menjadi keluhan karena kampus sebagai penyelenggara LPTK seringkali
tidak senafas dengan inovasi di lapangan yang menekankan praktik.
Menurut guru besar Universitas Alaudin Makassar itu, program reformasi
LPTK Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
ini akan mengambil praktik baik yang sudah dikembangkan USAID PRIORITAS.
Ada tiga hal utama yang dikembangkan dalam rangka reformasi LPTK PTKIN
tersebut. Pertama, menyusun grand desaign reformasi LPTK yang akan dimulai pada tahun 2017. Kedua, seluruh dosen Fakultas Tarbiyah akan dilatih
memfasilitasi perkuliahan dengan
pendekatan yang lebih menekankan pada praktik. Ketiga, mengembangkan
madrasah lab mitra LPTK PTKIN untuk menjadi tempat praktik mengajar yang
baik bagi mahasiswa.
Kemenag juga tengah menyiapkan 100 madrasah model
yang akan menjadi mitra LPTK dalam menyiapkan calon guru profesional.
Harapannya, bila mahasiswa praktik mengajar di madrasah yang telah
menerapkan pembelajaran yang baik, maka dia memiliki
pengalaman mengajar yang baik sehingga nantinya juga akan menjadi guru
yang baik. Terutama dengan panduan terbimbing dari dosen pembimbing
lapangan dan guru pamong bagi mahasiswa.
Sementara itu, Lynne Hill,
Adviser Teaching and Learning USAID PRIORITAS, menyampaikan
dukungannya untuk rencana reformasi LPTK PTKIN Kemenag. “Kami sudah
melatih fasilitator dari LPTK mitra, melatih dan mendampingi madrasah
mitra LPTK dalam menerapkan pembelajaran dan manajemen
yang baik, dan mengembangkan modul dan buku sumber perkuliahan yang
menggunakan pendekatan pembelajaran aktif. Dari langkah ini, kami
berharap dapat meningkatkan kualitas perkuliahan penyiapan calon guru di
LPTK PTKIN,” kata dia dalam penjelasannya di acara
diskusi tersebut.
Ajar Budi Kuncoro,
University and Stakeholder Coordination Senior Manager
USAID PRIORITAS,
menambahkan, sejak tahun 2013 hingga saat ini kemitraan USAID
PRIORITAS dan 17 LPTK telah
berjalan di delapan provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
Selatan, dan Papua Barat termasuk di dalamnya adalah 7 LPTK PTKIN,
seperti UIN Ar-Raniry Aceh, IAIN Sumatra Utara, UIN Sultan Maulana
Hasanudin Banten, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, IAIN Walisongo
Semarang, UIAN Sunan Ampel Surabaya, dan UIN Alaudin Makassar.
Ada 289 MI dan MTS mitra yang mendapatkan pelatihan dan pendampingan
USAID PRIORITAS, serta lebih dari 4.000 madrasah melakukan diseminasi
pelatihan dengan dana APBD maupun dana BOS.
“Kami
telah mengembangkan beberapa program untuk mendukung peningkatan mutu
LPTK, di antaranya, integrasi LPTK dengan sekolah/madrasah, melatih
dosen LPTK dalam meningkatkan kualitas perkuliahan
pada lima mapel pokok (IPA, bahasa Inggris, IPS, matematika, dan bahasa
Indonesia/Literasi) dan manajemen berbasis sekolah sehingga yang
disampaikan dalam perkuliahan relevan dengan kebutuhan pembelajaran dan
manajemen di sekolah; meningkatkan kualitas program
pendidikan profesi guru (PPG) dan praktik pengalaman lapangan (PPL);
serta membuat program penelitian tindakan kelas antara guru dan dosen
untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas,” tukasnya.
Menurut Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)
IAIN Pontianak, Dr Lailial Muhlifah, yang menjadi salah seorang peserta,
pengembangan madrasah lab atau madrasah mitra LPTK sangat diperlukan
untuk mendukung penyiapan calon guru yang berkualitas
oleh LPTK PTKIN. ”Kita bisa memberikan pengalaman yang baik bagi
mahasiswa calon guru, saat praktik mengajar di madrasah lab atau
madrasah mitra. Kita perlu menyiapkan hal ini secara baik,” tukasnya.
Sementara Dekan FTK UIN Walisongo, menyebut
pentingnya pelatihan praktik pengalaman lapangan (PPL) yang melibatkan
dosen pendamping lapangan, guru pamong, dan kepala madrasah sehingga
pelaksanaan program PPL untuk mahasiswa dapat optimal
dengan pendampingan terbimbing dari dosen dan guru pamong. “Kita bisa
mengembangkan seperti pengalaman USAID PRIORITAS,” tukasnya. (red)
Posting Komentar