Ciamis (LawuPost) Dua puluh hari jelang datangnya Bulan Ramadan 1437 H, harga sebagian komoditas di pasaran terus mengalami kenaikan. Meningkatnya permintaan konsumen terhadap beberapa komoditas sayuran seiring dengan semakin dekatnya Bulan Ramadan, mengakibatkan harga beberapa komoditas mengalami kenaikan. Kenaikan harga tersebut terjadi hampir di semua pasar tradisional yang ada di Kabupaten Ciamis. Walaupun belum semua mengalami kenaikan harga, namun sebagian besar komoditas seperti sayuran, telur dan gula pasir, kini harganya cenderung naik.
Berdasarkan pantauan tim Lawu News di Pasar Manis Ciamis, Senin (16/5), komoditas pasar yang mengalami kenaikan harga terjadi pada sayuran. Harga sayuran yang mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada harga cabe merah. Cabe merah yang biasanya dijual Rp 22.000 - Rp 25.000 per kg, saat ini dijual dengan harga RP 35.000 per kg. Bahkan menurut para pedagang, untuk harga cabe merah diperkirakan akan terus mengalami kenaikan hingga Bulan Ramadan dan diperkirakan bisa mencapai RP 40.000 per kg.
Selain cabe merah, kenaikan juga terjadi pada harga cabe kriting merah, bawang merah, cabe rawit (cengek)dan bawang putih. Cabe kriting merah yang biasanya dijual Rp 16.000 per kg kini telah menyentuh angka Rp 25.000 per kg, cabe rawit yang asalnya Rp 15.000 per kg naik menjadi Rp 20.000 per kg. Sementara itu bawang merah yang asalnya Rp 25.000 per kg, saat ini harganya menjadi RP 30.000 per kg. Bahkan untuk bawang merah lokal harganya telah mencapai Rp 40.000 per kg.
Kenaikan juga terjadi pada kentang, wortel, kol dan buncis. Kini harga kentang yang biasanya dijual Rp 9.000 per kg naik menjadi Rp 12.000 per kg. Wortel Rp 6.000 hingga Rp 8.000, kol dari RP 4.000 menjadi RP 5.500 per kg dan buncis yang biasanya dijual Rp 4.000 per kg, naik menjadi Rp 8.000 per kg.
Enting (50), salah seorang pedagang sayuran di Pasar Manis Ciamis mengatakan, naik turunnya harga-harga sayuran biasanya dipengaruhi oleh banyaknya kebutuhan serta terbatasnya pasokan. "Jika permintaan banyak harga sayuran pasti naik termasuk jika pasokan kurang harga-pun pasti naik,” kata dia. Untuk kenaikan sekarang, ujar Enting, kecenderungan terjadinya kenaikan harga sayuran dikarenakan peningkatan permintaan.
Kenaikan harga yang cukup tinggi juga terjadi pada harga telur, gula pasir dan harga daging ayam sayur. Menurut para pedagang, sejak satu minggu terakhir harga telur ayam terus mengalami kenaikan. Harga telur ayam yang semula dijual Rp 18.000, kini naik menjadi Rp 21.000 per kg. Sedangkan harga gula pasir yang sebelumnya Rp 12,000 per kg kini menjadi Rp 14.000per kg. Harga ayam sayur juga terus mengalami kenaikan dimana saat ini harganya rata-rata dijual Rp 32.000 hingga Rp. 34.000 per kg.
Pedagang Bawang Meradang
Selain harga komoditas sayuran dan harga telur dan daging di pasaran, sejak beberapa hari terakhir ini harga bawang merah kembali melambung hingga menembus angka Rp. 40.000 per kg. Padahal, saat normal, harga bawang merah dipasaran rata-rata dijual dengan harga Rp. 18.000 hingga Rp. 20.000 per kg. Berdasarkan informasi dari sejumlah penjualan bawang merah di pasar Pasar Manis Ciamis, mahalnya harga bawang merah di pasaran saat ini dikarenakan pasokan bawang merah ke pasaran sangat minim. Hal itu, menurut para pedagang diakibatkan gagal panen bawang merah di sejumlah daerah penghasil bawang merah seperti Brebes Jawa Tengah, dan Garut.
Enjam (50), salah seorang pedagang bawang merah di Pasar Manis Ciamis mengaku, akhir-akhir ini usahanya menurun dikarenakan pasokan bawang ke pasar menurun. Saat normal, kata dia, kiriman bawang merah yang ia dapat dari Brebes Jawa Tengah bisa mencapai 5 ton per hari dengan harga rata-rata Rp. 15.000 hingga Rp. 17.000 per kg dan dilempar ke pasaran dengan harga rata-rata Rp. 20.000 hingga 22.000 per kg. Saat ini, lanjut dia, untuk mendatangkan bawang merah sebanyak 1 ton saja sangat susah.
Selain barangnya langka, harga pembeliannya pun naik beberapa kali lipat hingga menembus angka Rp. 40.000 per kg. “Dengan pembelian seperti itu saya bingung mau jual berapa. Takutnya ketika menjual di pasaran dengan harga lebih dari itu barang malah tidak laku, “katanya. Akibat kondisi tersebut, kerugian dari usahanya mencapai puluhan juta rupiah. “Ya merugi karena keuntungan yang biasanya kita dapat sekarang tidak ada,”katanya.
Dampak dari tingginya harga bawang merah juga dirasakan oleh usaha jenis makanan yang berbahan baku bawang merah. Salah satunya pengusaha bawang goreng yang terpaksa gulung tikar setelah harga bawang merah sebagai bahan baku terus meroket hingga sepuluh kali lipat lebih dibanding harga normal. Seperti yang dialami H. Dadang (48), pengusaha bawang goreng asal Lingkungan Karang, Kelurahan Ciamis, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis. H. Dadang yang menekuni usaha bawang goreng sejak 2004 itu terpaksa menutup tempat usahanya sejak satu bulan lalu atau ketika harga bawang merah naik secara bertahap.
“Jika dalam kondisi normal atau harga bawang Rp. 10.000-12.000 per kg saya bisa memproduksi 1,5 hingga 2 kuintal per harinya dari 1-2 kuintal bawang merah lokal atau kualitas tiga, bawang barang sisa saja sudah mencapai Rp. 20.000 per kg nya. Itupun kalau dipaksakan bakal jelek ke hasil akhir bawang goreng buatan saya, “ujar H. Dadang. (mamay)
Berdasarkan pantauan tim Lawu News di Pasar Manis Ciamis, Senin (16/5), komoditas pasar yang mengalami kenaikan harga terjadi pada sayuran. Harga sayuran yang mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada harga cabe merah. Cabe merah yang biasanya dijual Rp 22.000 - Rp 25.000 per kg, saat ini dijual dengan harga RP 35.000 per kg. Bahkan menurut para pedagang, untuk harga cabe merah diperkirakan akan terus mengalami kenaikan hingga Bulan Ramadan dan diperkirakan bisa mencapai RP 40.000 per kg.
Selain cabe merah, kenaikan juga terjadi pada harga cabe kriting merah, bawang merah, cabe rawit (cengek)dan bawang putih. Cabe kriting merah yang biasanya dijual Rp 16.000 per kg kini telah menyentuh angka Rp 25.000 per kg, cabe rawit yang asalnya Rp 15.000 per kg naik menjadi Rp 20.000 per kg. Sementara itu bawang merah yang asalnya Rp 25.000 per kg, saat ini harganya menjadi RP 30.000 per kg. Bahkan untuk bawang merah lokal harganya telah mencapai Rp 40.000 per kg.
Kenaikan juga terjadi pada kentang, wortel, kol dan buncis. Kini harga kentang yang biasanya dijual Rp 9.000 per kg naik menjadi Rp 12.000 per kg. Wortel Rp 6.000 hingga Rp 8.000, kol dari RP 4.000 menjadi RP 5.500 per kg dan buncis yang biasanya dijual Rp 4.000 per kg, naik menjadi Rp 8.000 per kg.
Enting (50), salah seorang pedagang sayuran di Pasar Manis Ciamis mengatakan, naik turunnya harga-harga sayuran biasanya dipengaruhi oleh banyaknya kebutuhan serta terbatasnya pasokan. "Jika permintaan banyak harga sayuran pasti naik termasuk jika pasokan kurang harga-pun pasti naik,” kata dia. Untuk kenaikan sekarang, ujar Enting, kecenderungan terjadinya kenaikan harga sayuran dikarenakan peningkatan permintaan.
Kenaikan harga yang cukup tinggi juga terjadi pada harga telur, gula pasir dan harga daging ayam sayur. Menurut para pedagang, sejak satu minggu terakhir harga telur ayam terus mengalami kenaikan. Harga telur ayam yang semula dijual Rp 18.000, kini naik menjadi Rp 21.000 per kg. Sedangkan harga gula pasir yang sebelumnya Rp 12,000 per kg kini menjadi Rp 14.000per kg. Harga ayam sayur juga terus mengalami kenaikan dimana saat ini harganya rata-rata dijual Rp 32.000 hingga Rp. 34.000 per kg.
Pedagang Bawang Meradang
Selain harga komoditas sayuran dan harga telur dan daging di pasaran, sejak beberapa hari terakhir ini harga bawang merah kembali melambung hingga menembus angka Rp. 40.000 per kg. Padahal, saat normal, harga bawang merah dipasaran rata-rata dijual dengan harga Rp. 18.000 hingga Rp. 20.000 per kg. Berdasarkan informasi dari sejumlah penjualan bawang merah di pasar Pasar Manis Ciamis, mahalnya harga bawang merah di pasaran saat ini dikarenakan pasokan bawang merah ke pasaran sangat minim. Hal itu, menurut para pedagang diakibatkan gagal panen bawang merah di sejumlah daerah penghasil bawang merah seperti Brebes Jawa Tengah, dan Garut.
Enjam (50), salah seorang pedagang bawang merah di Pasar Manis Ciamis mengaku, akhir-akhir ini usahanya menurun dikarenakan pasokan bawang ke pasar menurun. Saat normal, kata dia, kiriman bawang merah yang ia dapat dari Brebes Jawa Tengah bisa mencapai 5 ton per hari dengan harga rata-rata Rp. 15.000 hingga Rp. 17.000 per kg dan dilempar ke pasaran dengan harga rata-rata Rp. 20.000 hingga 22.000 per kg. Saat ini, lanjut dia, untuk mendatangkan bawang merah sebanyak 1 ton saja sangat susah.
Selain barangnya langka, harga pembeliannya pun naik beberapa kali lipat hingga menembus angka Rp. 40.000 per kg. “Dengan pembelian seperti itu saya bingung mau jual berapa. Takutnya ketika menjual di pasaran dengan harga lebih dari itu barang malah tidak laku, “katanya. Akibat kondisi tersebut, kerugian dari usahanya mencapai puluhan juta rupiah. “Ya merugi karena keuntungan yang biasanya kita dapat sekarang tidak ada,”katanya.
Dampak dari tingginya harga bawang merah juga dirasakan oleh usaha jenis makanan yang berbahan baku bawang merah. Salah satunya pengusaha bawang goreng yang terpaksa gulung tikar setelah harga bawang merah sebagai bahan baku terus meroket hingga sepuluh kali lipat lebih dibanding harga normal. Seperti yang dialami H. Dadang (48), pengusaha bawang goreng asal Lingkungan Karang, Kelurahan Ciamis, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis. H. Dadang yang menekuni usaha bawang goreng sejak 2004 itu terpaksa menutup tempat usahanya sejak satu bulan lalu atau ketika harga bawang merah naik secara bertahap.
“Jika dalam kondisi normal atau harga bawang Rp. 10.000-12.000 per kg saya bisa memproduksi 1,5 hingga 2 kuintal per harinya dari 1-2 kuintal bawang merah lokal atau kualitas tiga, bawang barang sisa saja sudah mencapai Rp. 20.000 per kg nya. Itupun kalau dipaksakan bakal jelek ke hasil akhir bawang goreng buatan saya, “ujar H. Dadang. (mamay)