Selamat Datang Di Website Lawupost.com (Menyatukan Inspirasi Dan Motivasi) Buruh Angkut Bata di Kota Banjar Minta Perhatian | Lawu Post

Buruh Angkut Bata di Kota Banjar Minta Perhatian

Kamis, 03 Maret 20160 comments

Banjar (LawuPost) Kota Banjar adalah salah satu daerah penghasil batu bata merah yang cukup potensial di wilayah Priangan Timur. Di kalangan pelaku usaha bisnis properti, bata merah produksi Banjar sudah cukup terkenal. Produksi bata merah di Kota Banjar tentu saja tidak terlepas dari letak geografis kota ini yang dibelah oleh sungai Citanduy Wilayah Kecamatan Purwaharja dan Pataruman selama ini memang ­dikenal sebagai sentra pro­duksi batu bata merah di Kota Banjar. Ada ratusan tobong (saung) bata yang berderet di sepanjang ping­giran sungai Citanduy.Selain menjadi salah satu sek­tor usaha informasi yang menon­jol dan tahan banting terhadap situasi ekonomi, aktivitas itu menyediakan kesempatan bagi para ibu-ibu atau remaja yang ingin menambah penghasilan. Asal kuat fisik untuk men­gangkut bata, maka siapa saja bisa ikut bekerja.Upahnya memang jauh dari kata layak.
 
Untuk mengangkut 12.000 bata merah, mereka hanya dibayar Rp 12.000 saja. Itu artinya, upah para kuli angkut bata ini hanya Rp 2 untuk satu buah bata. "Kami biasanya bekerja den­gan kelompok kami masing-mas­ing. Seperti sekarang kami disu­ruh membongkar 15.000 bata yang baru selesai dibakar. Tugas kami adalah membongkarnya, makanya saya ajak 7 orang teman. Nanti hasilnya kita bagi­-bagi," kata Ny. Idah, yang di­daulat menjadi leader bagi teman-temannya saat ditemui di tobong bata Dusun Cikadu Kelu­rahan Karangpanimbal Kota Banjar, Senin (15/2).Ny. Ika buruh lainnya me­nambahkan, dirinya melakoni profesi itu untuk menambah penghasilan. "Suami saya bek­erja mencetak bata, nah daripa­da saya diam di rumah atau ngerumpi, dengan tetangga. lebih baik ikut bekerja," katanya.Setiap hari mereka rata-rata bisa membawa pulang Rp 20 sampai 30 ribu. "Ya lumayan walaupun menguras tenaga," katanya.
 
Walaupun perempuan dan usianya rata-rata diatas 40 tahun, wanita-wanita ini tergo­long kuat. Sekali jalan mereka bisa mengangkut 10 bata ditan­gannya. Mereka sering diajak arma­da truk yang hendak melakukan pengiriman. Maka tak heran jika di Banjar kerap kita jumpai para ibu-ibu menumpang di bak truk dan duduk diatas tumpukan bata.Namun terlepas dari hal itu, tak ada yang peduli dengan jaminan keselamatan dan kese­hatan selama mereka melak­sanakan pekerjaannya. Padahal resiko kerja mereka cukup ting­gi, karena harus menumpang mobil angkutan bak terbuka untuk membongkar atau memuat bata. Selain itu, debu bata merah dan abu sisa pembakaran bata, tentu saja mengancam keseha­tan organ pernafasan mereka. Kalangan buruh wanita di sektor informal ini juga belum tersentuh oleh program pemer­intah seperti yang diberikan Pemkot Banjar kepada tukang ojek dan tukang becak, yaitu asuransi jiwa.
 
Padahal mereka sama-sama kalangan pekerja dengan resiko tinggi.Saat ditanya apa harapan mereka terhadap pemerintah, ibu-ibu itu tidak memberikan jawaban yang jelas. "Terserah pemerintah saja, yang penting kami masih bisa terus bekerja," kata Ny. Idah. Dia hanya mengutarakan sempat merasa iri mengapa pe­merintah hanya memberikan bantuan terhadap pengusaha bata merah saja dengan bantu­an permodalan serta mesin cetak bata, sementara buruh bongkar muat bata tak pernah disentuh bantuan. (Mamay)
Share this article :

Posting Komentar

NUSANTARA BERSATU

EDISI TABLOID CERDAS

EDISI TABLOID CERDAS
 
Support : Creating Website | Lawupost | Lawupost Template
Copyright © 2011. Lawu Post - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Lawupost Template
Proudly powered by Lawupost