Makassar (LawuPost) Empat orang peneliti yaitu Amiruddin, H. Abd. Latif, St. Syamsuduha dan Hamsiah Djafar berhasil membuktikan bahwa penggunaan metode PQRST dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami bacaan. Namun agar peningkatan tersebut signifikan, diperlukan kreatifitas guru memodifikasi metode tersebut di kelas. Demikian hasil dari penelitian yang diadakan di MTs Ballang-Balang Sulawesi Selatan.

Penelitian yang mereka lakukan menggunakan metode tindakan kelas, yaitu guru mengajar dengan metode tertentu beberapa kali, sambil terus menerus diamati oleh peneliti, direviu metode pendekatannya, dan
dimodifikasi hingga ditemukan cara pendekatan mengajar terbaik yang membuat tujuan pembelajaran tercapai.
Syamsuduha, salah seorang peneliti dari UIN Alauddin Makassar dan fasilitator USAID PRIORITAS, mengungkapkan bahwa penelitian ini perlu dilaksanakan karena berdasarkan data Progress in International Reading Literasi Study (PIRLS) tahun 2009, menunjukkan bahwa prestasi membaca siswa Indonesia masih sangat rendah, yaitu pada urutan ke 45 dari 49 negara yang diteliti. “Agar tingkat literasi siswa makin meningkat, kita harus menemukan pendekatan mengajar yang mampu membuat anak mengerti bacaan dengan baik,” ujarnya.
Untuk membuktikan naik dan tidaknya tingkat kemampuan membaca anak dengan metode ini, para peneliti mengukur dahulu kemampuan siswa-siswa membaca sebelum diadakan intervensi penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya 7 peserta didik yang mampu menuliskan ide gagasan dengan baik atau hanya sekitar 20% dari 35 orang siswa, dan tidak ada seorangpun peserta didik yang menjawab dengan benar pertanyaan inferensial yang diberikan.
PQRST sendiri adalah metode membaca dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: P (preview atau membaca sekilas), yaitu melakukan pengamatan awal secara sekilas mengenai gambaran isi buku secara garis besar. Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui perlu tidaknya seseorang membaca atau membeli buku; Q (question atau bertanya) adalah menyusun pertanyaan dalam hati mengenai isi buku. Pertanyaan ini gunanya untuk membimbing seorang pembaca menemukan apa yang diperlukannya; R (read atau membaca). Setelah menyusun pertanyaan kunci, barulah seseorang membaca secara teliti paragraf demi paragraf untuk kemudian masuk pada tahapan; S (summarize atau meringkas), adalah berhenti sejenak untuk membuat ringkasan atau catatan penting mengenai apa yang dibacanya. Tahap terakhir adalah T (test atau menguji). Pada tahap ini, pembaca harus menguji diri sendiri mengenai apa yang sudah dibaca.
Pada akhir penelitian setelah lima kali pengajaran, jumlah siswa yang memahami bacaan meningkat yaitu dari 7 orang sebelum masa penelitian kini menjadi 27 siswa atau 80 persen dari total siswa. Dari sebelumnya tidak ada yang mampu menjawab pertanyaan inferensial, menjadi 21 anak yang mampu menjawab dengan baik.

Penelitian yang mereka lakukan menggunakan metode tindakan kelas, yaitu guru mengajar dengan metode tertentu beberapa kali, sambil terus menerus diamati oleh peneliti, direviu metode pendekatannya, dan

Syamsuduha, salah seorang peneliti dari UIN Alauddin Makassar dan fasilitator USAID PRIORITAS, mengungkapkan bahwa penelitian ini perlu dilaksanakan karena berdasarkan data Progress in International Reading Literasi Study (PIRLS) tahun 2009, menunjukkan bahwa prestasi membaca siswa Indonesia masih sangat rendah, yaitu pada urutan ke 45 dari 49 negara yang diteliti. “Agar tingkat literasi siswa makin meningkat, kita harus menemukan pendekatan mengajar yang mampu membuat anak mengerti bacaan dengan baik,” ujarnya.
Untuk membuktikan naik dan tidaknya tingkat kemampuan membaca anak dengan metode ini, para peneliti mengukur dahulu kemampuan siswa-siswa membaca sebelum diadakan intervensi penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya 7 peserta didik yang mampu menuliskan ide gagasan dengan baik atau hanya sekitar 20% dari 35 orang siswa, dan tidak ada seorangpun peserta didik yang menjawab dengan benar pertanyaan inferensial yang diberikan.
PQRST sendiri adalah metode membaca dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: P (preview atau membaca sekilas), yaitu melakukan pengamatan awal secara sekilas mengenai gambaran isi buku secara garis besar. Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui perlu tidaknya seseorang membaca atau membeli buku; Q (question atau bertanya) adalah menyusun pertanyaan dalam hati mengenai isi buku. Pertanyaan ini gunanya untuk membimbing seorang pembaca menemukan apa yang diperlukannya; R (read atau membaca). Setelah menyusun pertanyaan kunci, barulah seseorang membaca secara teliti paragraf demi paragraf untuk kemudian masuk pada tahapan; S (summarize atau meringkas), adalah berhenti sejenak untuk membuat ringkasan atau catatan penting mengenai apa yang dibacanya. Tahap terakhir adalah T (test atau menguji). Pada tahap ini, pembaca harus menguji diri sendiri mengenai apa yang sudah dibaca.
Pada akhir penelitian setelah lima kali pengajaran, jumlah siswa yang memahami bacaan meningkat yaitu dari 7 orang sebelum masa penelitian kini menjadi 27 siswa atau 80 persen dari total siswa. Dari sebelumnya tidak ada yang mampu menjawab pertanyaan inferensial, menjadi 21 anak yang mampu menjawab dengan baik.
Namun untuk sampai pada tingkat itu, banyak penambahan-penambahan aktivitas memodifikasi pendekatan PQRTS. Diantaranya adalah; diadakan pendalaman pada tiap langkah-langkah pendekatan tersebut, penambahan porsi bimbingan dan pendampingan guru terhadap siswa, penambahan kesempatan untuk mengulang-ulang bacaan di rumah, dan memakai jenis bacaan yang lebih dekat dengan karakteristik dan pengetahuan siswa. “Pemakaian metode ini memaksa siswa untuk membaca dan kembali membaca sampai ia paham. Kami juga menemukan bahwa metode-metode membaca efektif perlu dikenalkan semenjak dini kepada siswa sehingga mereka dari kecil terbiasa memahami bacaan dengan baik,” ujar Syamsuduha.(red)