Wajo (LawuPost) USAID PRIORITAS berupaya untuk menjadikan pembelajaran bukan sesuatu yang lepas dari konteks. Suatu pelajaran akan bermakna ketika langsung berhubungan dengan problema kehidupan sehari hari. Oleh karena itu, USAID PRIORITAS mendorong para guru membuat rencana pembelajaran yang kreatif dengan menghubungkan semua soal pelajaran dengan soal-soal di kehidupan sehari-hari. Hal ini tercermin kembali dalam pelatihan modul III USAID PRIORITAS di Wajo yang dihadiri oleh 88 guru, kepala sekolah dan pengawas yang dilaksanakan di Hotel Arma Wajo (12-14 September)
Para guru matematika yang dilatih sehari, langsung membuat rencana pembelajaran, menetapkan skenarionya dan kemudian melakukan simulasi mengajar di hadapan teman-temannya sebelum benar-benar akhirnya praktik terjun mengajar.
Para guru matematika membuat kreasi pembelajaran dengan membuat proyek-proyek yang langsung berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hu seng, SPD dari SMP 4 dan Andi Denrawali dari SMP 5 Wajo, yang mengajar praktik di kelas 8 di SMP 1 Sengkang, mampu membuat siswa didik praktikannya berpikir keras. Mereka secara berkelompok harus membuat proposal proyek yang juga harus dipresentasikan di hadapan panelis yaitu guru yang sedang praktik di kelas 8 tersebut. Proyek-proyek kreatif tersebut diantaranya proyek proposal menyelenggarakan ulang tahun, proyek proposal membuat rehab gedung perpustakaan, proyek pembuatan taman dan lain-lain.
Pada proyek pembuatan taman, salah satu kelompok diberikan anggaran oleh gurunya dengan plafond terbatas yaitu 7.000.000. Dengan dana tersebut, anak-anak diharuskan membuat proposal dengan terinci dan terstruktur, mengukur luas taman dan kolamnya dengan seksama dan menghitung dana yang dibutuhkan. Mereka mengintegrasikan matematika langsung dengan desain dan hitungannya.
Sebagaimana layaknya kehidupan sehari-hari kontraktor harus mempresentasikan proposal di hadapan calon pengontraknya, para siswapun harus mempresentasikan di hadapan panelis yaitu guru-gurunya tersebut. Di hadapan panelis, berdasarkan hitungan mereka, dana yang dibutuhkan secara riil adalah 7.132.000, jadi defisitnya adalah Rp. 132.000.
Namun anak-anak yang mempresentasikan proposal tersebut tetap ngotot menganggap layak proyek pembangunan taman tersebut. Mereka beralasan bahwa masyarakat yang ingin menikmati indahnya taman, bisa juga memancing di kolam dan juga akan ditarik karcis masuk, sehingga walaupun biaya lebih besar, tetapi pemasukannya akan lebih banyak.
Menurut Saiful Jihad, Spesialis Pelatihan Guru SMP USAID PRIORITAS, pembelajaran demikian sangat baik. “Karena siswa tidak lagi terbatas dengan soal dalam buku paket, dia bahkan bisa memberi solusi kreatif diluar teks berdasarkan problema dan konteks pekerjaan yang dihadapi, “ujarnya. Menurutnya dengan menyangkutkan pembelajaran secara kontekstual semacam itu, siswa dididik untuk langsung berpikir kreatif dan amat berguna untuk menghadapi kehidupan riil di masyarakat.
Para guru matematika yang dilatih sehari, langsung membuat rencana pembelajaran, menetapkan skenarionya dan kemudian melakukan simulasi mengajar di hadapan teman-temannya sebelum benar-benar akhirnya praktik terjun mengajar.
Para guru matematika membuat kreasi pembelajaran dengan membuat proyek-proyek yang langsung berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hu seng, SPD dari SMP 4 dan Andi Denrawali dari SMP 5 Wajo, yang mengajar praktik di kelas 8 di SMP 1 Sengkang, mampu membuat siswa didik praktikannya berpikir keras. Mereka secara berkelompok harus membuat proposal proyek yang juga harus dipresentasikan di hadapan panelis yaitu guru yang sedang praktik di kelas 8 tersebut. Proyek-proyek kreatif tersebut diantaranya proyek proposal menyelenggarakan ulang tahun, proyek proposal membuat rehab gedung perpustakaan, proyek pembuatan taman dan lain-lain.
Pada proyek pembuatan taman, salah satu kelompok diberikan anggaran oleh gurunya dengan plafond terbatas yaitu 7.000.000. Dengan dana tersebut, anak-anak diharuskan membuat proposal dengan terinci dan terstruktur, mengukur luas taman dan kolamnya dengan seksama dan menghitung dana yang dibutuhkan. Mereka mengintegrasikan matematika langsung dengan desain dan hitungannya.
Sebagaimana layaknya kehidupan sehari-hari kontraktor harus mempresentasikan proposal di hadapan calon pengontraknya, para siswapun harus mempresentasikan di hadapan panelis yaitu guru-gurunya tersebut. Di hadapan panelis, berdasarkan hitungan mereka, dana yang dibutuhkan secara riil adalah 7.132.000, jadi defisitnya adalah Rp. 132.000.
Namun anak-anak yang mempresentasikan proposal tersebut tetap ngotot menganggap layak proyek pembangunan taman tersebut. Mereka beralasan bahwa masyarakat yang ingin menikmati indahnya taman, bisa juga memancing di kolam dan juga akan ditarik karcis masuk, sehingga walaupun biaya lebih besar, tetapi pemasukannya akan lebih banyak.
Menurut Saiful Jihad, Spesialis Pelatihan Guru SMP USAID PRIORITAS, pembelajaran demikian sangat baik. “Karena siswa tidak lagi terbatas dengan soal dalam buku paket, dia bahkan bisa memberi solusi kreatif diluar teks berdasarkan problema dan konteks pekerjaan yang dihadapi, “ujarnya. Menurutnya dengan menyangkutkan pembelajaran secara kontekstual semacam itu, siswa dididik untuk langsung berpikir kreatif dan amat berguna untuk menghadapi kehidupan riil di masyarakat.
Musdalifah, guru dari SMP 3 Sengkang merasakan manfaat yang besar dengan pelatihan ini. “Wawasan saya bertambah luas dan saya pasti akan terapkan pembelajaran ini setelah pulang pelatihan,” ujarnya. (red)