Sulsel (LawuPost)Guna mengukur kompentensi guru dan memetakan kebutuhan-kebutuhan peningkatan kapasitas untuk mereka, pemerintah pada tahun 2015, telah melaksanakan Uji Kompetensi Guru, yang hasilnya cukup memprihatinkan.
Rata-rata nilai UKG guru secara nasional yang dikeluarkan oleh Kemendikbud pada tahun 2015 adalah 47 dari nilai ideal tertinggi 100. Sulsel menempati daerah yang nilai UKG gurunya bahkan di bawah rata –rata nasional tersebut. Dalam Grafik, nilai UKG menunjukkan penurunan tajam pada usia 41 sampai 45 tahun, padahal PNS guru terbesar malah berada pada usia 46 -55 tahun.
Guna untuk meningkatkan kapasitas mereka, Kemendikbud secara nasional akan meluncurkan program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB). Program ini mendapatkan dukungan penuh dari USAID PRIORITAS dengan mengadakan workshop PKB yang dihadiri oleh perwakilan dinas dan kemenag dari 13 kota/kabautepan di Sulawesei Selatan (8 – 9 Juli 2015).
Namun di sisi, walaupun jumlah mereka terbesar, program peningkatan kapasitas yang diluncurkan disinyalir kurang efektif apabila ditujukan juga untuk para PNS yang sudah lanjut usia mengingat kemampuan mencerap mereka, komitmen dan lamanya masa bertugas.
Menurut Handoko Widagdo, Spesialis Manajemen Berbasis Sekolah USAID PRIORITAS dari Jakarta, program PKB yang nantinya akan diluncurkan secara nasional ini jangan terjebak hanya untuk melayani guru untuk pencairan sertifikasi dan kenaikan pangkat dengan meninggalkan guru honorer dan guru tua. “Jangan sampai program PKB yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesionalan guru hanya digunakan sebagai sarana pencairan tunjangan profesi dan kenaikan pangkat guru semata. PKB harus diarahkan kepada peningkatan mutu lulusan. Jangan seperti program sertifikasi yang sudah dijalankan. Sertifikasi terbukti tidak berdampak kepada mutu lulusan. Itulah sebabnya PKB jangan sampai meninggalkan guru tua dan guru honorer.,” ujarnya (9/7).
Menurutnya, apabila guru yang sudah tua dan guru honorer yang masih muda dan tidak pengalaman ditinggalkan, maka akan berdampak langsung pada kompetensi siswa-siswanya yang diajarnya. “Pendekatan kita dalam PKB ini adalah pendekatan whole school development atau pengembangan sekolah secara menyeluruh, yaitu seluruh pendidik mulai dari guru setiap jenjang, kepala sekolah, komite dan pengawas, semua harus dilibatkan dalam pelatihan. Semua mendukung dalam kemajuan pengembangan kompetensi anak-didik,”ujarnya.
Rata-rata nilai UKG guru secara nasional yang dikeluarkan oleh Kemendikbud pada tahun 2015 adalah 47 dari nilai ideal tertinggi 100. Sulsel menempati daerah yang nilai UKG gurunya bahkan di bawah rata –rata nasional tersebut. Dalam Grafik, nilai UKG menunjukkan penurunan tajam pada usia 41 sampai 45 tahun, padahal PNS guru terbesar malah berada pada usia 46 -55 tahun.
Guna untuk meningkatkan kapasitas mereka, Kemendikbud secara nasional akan meluncurkan program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB). Program ini mendapatkan dukungan penuh dari USAID PRIORITAS dengan mengadakan workshop PKB yang dihadiri oleh perwakilan dinas dan kemenag dari 13 kota/kabautepan di Sulawesei Selatan (8 – 9 Juli 2015).
Namun di sisi, walaupun jumlah mereka terbesar, program peningkatan kapasitas yang diluncurkan disinyalir kurang efektif apabila ditujukan juga untuk para PNS yang sudah lanjut usia mengingat kemampuan mencerap mereka, komitmen dan lamanya masa bertugas.
Menurut Handoko Widagdo, Spesialis Manajemen Berbasis Sekolah USAID PRIORITAS dari Jakarta, program PKB yang nantinya akan diluncurkan secara nasional ini jangan terjebak hanya untuk melayani guru untuk pencairan sertifikasi dan kenaikan pangkat dengan meninggalkan guru honorer dan guru tua. “Jangan sampai program PKB yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesionalan guru hanya digunakan sebagai sarana pencairan tunjangan profesi dan kenaikan pangkat guru semata. PKB harus diarahkan kepada peningkatan mutu lulusan. Jangan seperti program sertifikasi yang sudah dijalankan. Sertifikasi terbukti tidak berdampak kepada mutu lulusan. Itulah sebabnya PKB jangan sampai meninggalkan guru tua dan guru honorer.,” ujarnya (9/7).
Menurutnya, apabila guru yang sudah tua dan guru honorer yang masih muda dan tidak pengalaman ditinggalkan, maka akan berdampak langsung pada kompetensi siswa-siswanya yang diajarnya. “Pendekatan kita dalam PKB ini adalah pendekatan whole school development atau pengembangan sekolah secara menyeluruh, yaitu seluruh pendidik mulai dari guru setiap jenjang, kepala sekolah, komite dan pengawas, semua harus dilibatkan dalam pelatihan. Semua mendukung dalam kemajuan pengembangan kompetensi anak-didik,”ujarnya.
Salah satu dukungan USAID PRIORITAS adalah memetakan dana-dana dari mana saja yang bisa diambil untuk melakukan program pengembangan keprofesian berkelanjutan ini. “Setelah kita melakukan workshop bersama dengan kepala dinas pendidikan, kepala Kemenag, BKD, DPRD tadi, dana-dana ini bisa diperoleh dari dari APBD, BOS, DIPA dan juga dana kemitraan atau mandiri,” ujar Fadiah Machmud, Spesialis Manajemen Sekolah USAID PRIORITAS Sulsel. (Red).
Posting Komentar