Pangandaran (LawuPost) Pesona Kabupaten Pangandaran khususnya penataan kawasan pariwisata disebut-sebut telah menjadi pilot projek program WTO (World Tourism Organization) di Indonesia. Penunjukan itu membuat sejumlah daerah di Indonesia tertarik untuk mempelajari penataan pariwisata di Kabupaten termuda di Jawa Barat ini. Sepertihalnya yang dilakukan Badan Pendidikan Pelatihan Kepemimpinan Daerah Istimewa Yogyakarta. Meski daerah itu sama sebagai tujuan wisata nasional dan mancanegara, tetapi mereka tanpa malu-malu dengan membawa sekitar 50 peserta yang berasal dari berbagai daerah di DIY, Diklatpim DIY melakukan observasi lapangan.
Kasubid Diklatpim DIY, Joko Heriyatmono mengaku, kedatangannya ke Kabupaten Pangandaran untuk mencari inspirasi. Mengingat diakuinya Pangandaran memiliki keunggulan di sektor pariwisata. Apalagi dengan status Pangandaran yang kini menjadi Kabupaten mandiri sejak berpisah dari Kabupaten induknya yakni Kabupaten Ciamis, Pangandaran tetap bisa mempertahankan sektor pariwisatanya. “Perkembangan pariwisata di Pangandaran terkenal sejak dulu selain itu kami juga melihat industri kecil didaerah ini bisa berkembang dengan baik di sini. Nah, lewat kegiatan benchmarking ini bisa tidak diterapkan di DIY,”kata Joko usai melakukan diskusi dengan Sekretaris Daerah Pangandaran di Kantor Bupati Pangandaran di Parigi. Selain dari pihak Badan Diklat Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemkab Pangandaran, tampak hadir Ketua Asosiasi Gula Kelapa Priangan (AGKP) H. Yos Rosbi dan pihak PT PECU Pangandaran Rony.
Diakui Joko, dibandingkan dengan DIY, Pangandaran tentu memiliki kategori pariwisata yang sedikit berbeda. Misalnya, jika Pangandaran dikenal karena wisata alamnya, DIY lebih dikenal dengan wisata sejarah dan budaya. Namun, bukan berarti wisata alam di DIY tak ada, mengingat daerah seperti Pantai Parang Tritis atau Merapi pun merupakan wisata alam. Namun diakuinya sejumlah sarana dan prasarana di Pangandaran jauh lebih baik ketimbang di DIY. “Di sini konservasi Sumber Daya Alamnya banyak, pantai relatif bersih, sarana transportasi lebih enak, wisata buatan yang ada di sini juga masih memiliki suasana alam,”ucapnya.
Dirinya pun menuturkan, bahwa dukungan masyarakat pada pariwisata di Pangandaran pun cukup bagus, sementara untuk di DIY kadang masih rebutan wilayah dan masih belum kompak. Joko pun berharap, hasil benchmarking yang dilakukan pihaknya ke Pangandaran bisa menjadi inspirasi bagi peserta dalam menyusun proyek pariwisata di Satuan Kerja Perangkat Daerahnya masing-masing. “Ini kan kebanyakan pejabat eselon III. Jadi biar mereka belajar banyak di sini (Pangandaran),”ucapnya.
Sementara menanggapi segudang pujian dari pejabat Pemprov DIY, Sekretaris Daerah Kabupaten Pangandaran, Mahmud, SH, MH mengaku bersyukur. Apalagi kata dia, sejak penetapan Pangandaran sebagai program pilot project UNWTO, Pangandaran banyak mendapat apresiasi dari daerah lain. Selain dipandang ada kemajuan yang signifikan di bidang pariwisata, Pangandaran juga dinilai mampu menyelaraskan UMKM dan perusahaan home industri dengan pariwisata. “Potensi Pangandaran lainnya seperti gula kelapa, pengolahan sari kelapa, dan lain-lain. Nanti bahan-bahannya diseminarkan dan ada rekomendasi ke kami, ”kata Mahmud. (mamay)
Kasubid Diklatpim DIY, Joko Heriyatmono mengaku, kedatangannya ke Kabupaten Pangandaran untuk mencari inspirasi. Mengingat diakuinya Pangandaran memiliki keunggulan di sektor pariwisata. Apalagi dengan status Pangandaran yang kini menjadi Kabupaten mandiri sejak berpisah dari Kabupaten induknya yakni Kabupaten Ciamis, Pangandaran tetap bisa mempertahankan sektor pariwisatanya. “Perkembangan pariwisata di Pangandaran terkenal sejak dulu selain itu kami juga melihat industri kecil didaerah ini bisa berkembang dengan baik di sini. Nah, lewat kegiatan benchmarking ini bisa tidak diterapkan di DIY,”kata Joko usai melakukan diskusi dengan Sekretaris Daerah Pangandaran di Kantor Bupati Pangandaran di Parigi. Selain dari pihak Badan Diklat Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemkab Pangandaran, tampak hadir Ketua Asosiasi Gula Kelapa Priangan (AGKP) H. Yos Rosbi dan pihak PT PECU Pangandaran Rony.
Diakui Joko, dibandingkan dengan DIY, Pangandaran tentu memiliki kategori pariwisata yang sedikit berbeda. Misalnya, jika Pangandaran dikenal karena wisata alamnya, DIY lebih dikenal dengan wisata sejarah dan budaya. Namun, bukan berarti wisata alam di DIY tak ada, mengingat daerah seperti Pantai Parang Tritis atau Merapi pun merupakan wisata alam. Namun diakuinya sejumlah sarana dan prasarana di Pangandaran jauh lebih baik ketimbang di DIY. “Di sini konservasi Sumber Daya Alamnya banyak, pantai relatif bersih, sarana transportasi lebih enak, wisata buatan yang ada di sini juga masih memiliki suasana alam,”ucapnya.
Dirinya pun menuturkan, bahwa dukungan masyarakat pada pariwisata di Pangandaran pun cukup bagus, sementara untuk di DIY kadang masih rebutan wilayah dan masih belum kompak. Joko pun berharap, hasil benchmarking yang dilakukan pihaknya ke Pangandaran bisa menjadi inspirasi bagi peserta dalam menyusun proyek pariwisata di Satuan Kerja Perangkat Daerahnya masing-masing. “Ini kan kebanyakan pejabat eselon III. Jadi biar mereka belajar banyak di sini (Pangandaran),”ucapnya.
Sementara menanggapi segudang pujian dari pejabat Pemprov DIY, Sekretaris Daerah Kabupaten Pangandaran, Mahmud, SH, MH mengaku bersyukur. Apalagi kata dia, sejak penetapan Pangandaran sebagai program pilot project UNWTO, Pangandaran banyak mendapat apresiasi dari daerah lain. Selain dipandang ada kemajuan yang signifikan di bidang pariwisata, Pangandaran juga dinilai mampu menyelaraskan UMKM dan perusahaan home industri dengan pariwisata. “Potensi Pangandaran lainnya seperti gula kelapa, pengolahan sari kelapa, dan lain-lain. Nanti bahan-bahannya diseminarkan dan ada rekomendasi ke kami, ”kata Mahmud. (mamay)
Posting Komentar