Muarakaman, Kutai Kartanegara
(LawuPost.Com), - 13 Sekolah Dasar di Muara Kaman sekitar enam bulan belakangan
ini mulai berubah. Mereka secara rutin
melakukan program membaca senyap selama 15 menit, menjalankan strategi
mendekatkan buku pada siswa dengan membangun pojok-pojok baca, taman baca dan
lain-lain. Para guru-guru juga menerapkan pembelajaran aktif yang membuat
proses belajar menjadi menyenangkan dan siswa semakin betah di sekolah.
Perubahan tersebut tak lepas dari
perjuangan seorang pengawas di daerah tersebut. Namanya Pak Ponidi. Sebagai
pengawas, ia agak risau melihat guru-guru di bawah pengawasannya belum mampu membuat perencanaan mengajar
dengan baik. “Mengajar itu seperti membuat film yang bagus. Jadinya perlu
skenario yang juga bagus. Film yang bagus itu yang mempunyai alur
yang
menyenangkan, membuat penonton penasaran dan akhirnya diingat terus menerus. Nah demikian juga
mengajar, punya langkah dan proses yang harus membuat siswanya juga demikian.
Harus punya skenario yang matang yang mengantar siswa menguasai banyak
kompetensi,“ ujarnya, 18 Oktober 2019.

Ia mendapati guru-guru mengopi paste
rencana persiapan mengajarnya dari internet, dan jarang membuat sendiri. “Nah
kadang juga, copy paste rencana mengajar
itu juga tidak dilaksanakan di kelas. Akhirnya guru mengajar tanpa
langkah-langkah yang strategis dan bermakna. Ia hanya mengikuti nalurinya
saja,” ujar salah satu Fasilitator program PINTAR Tanoto Foundation ini.
Setelah ia ikut pelatihan PINTAR,
pak Ponidi menjadi tahu apa yang harus dilakukan untuk menghapus kecenderungan
guru-guru seperti itu. Program PINTAR merupakan program pelatihan yang
dikhususkan untuk pendidikan dasar hasil kerjasama antara Tanoto Foundation,
Kemenag dan Pemda setempat lewat Dinas Pendidikan.
Ia ingin juga para guru tersebut
mendapatkan pelatihan yang menurutnya sangat bermakna. “Dengan pelatihan
program PINTAR, kita sebagai pendidik menjadi tahu dengan lebih gampang
bagaimana cara membuat rencana persiapan mengajar yang alurnya menarik dan
menyenangkan siswa” ujarnya antusias.
Untuk mewujudkan pelatihan itu, ia
menghubungi kelompok kerja kepala sekolah dan juga kepala UPTD Muarakaman.
Pelatihan tiga hari akhirnya berlangsung sukses dengan menggunakan dana BOS. Setelah itu, untuk memastikan pelatihan benar-benar dilaksanakan di
sekolah, sebagai pengawas, Ponidi berkeliling melakukan penguatan dan
pendampingan. Ia sering melakukan pertemuan dengan
para guru, mereviu kembali materi pelatihan, meninjau RPP, melihat kegiatan
guru di kelas, meninjau pelaksanaan budaya baca dan peran serta masyarakat di
sekolah. Yang didatangi secara intensif bukan cuma sekolah-sekolah di bawah
pengawasannya, tapi semua sekolah yang pernah dilatih. “Pak Ponidi sering
sekali datang ke sekolah kami untuk menguatkan pelatihan kemarin, walau sekolah
kami bukan dibawah mandat pengawasannya,” ujar Iskandar, kepala sekolah SDN 029
Muarakaman, memberikan kesaksian.
Berkat kerja keras pak Ponidi
didukung oleh K3S dan UPTD Muarakaman, dampak diseminasi program PINTAR mulai tampak di 13 sekolah tersebut. Di SDN 025, misalnya, orang tua siswa kelas 2
bergotong royong membuat sudut baca dan menghias kelas. Hal yang sama dilakukan
oleh SDN 029, yang lebih jauh menghias
setiap bangku kelas dengan taplak meja yang cantik. Di SDN 008, para orang tua
siswa membangun taman baca dari Ban Bekas dan menjadi percontohan bagi
sekolah-sekolah lain. Bahkan taman Baca di SDN 028, diresmikan langsung oleh
Bupati Kutai Kartanegara.
“Saya bersyukur bahwa banyak
perubahan nyata di sekolah-sekolah diseminasi program PINTAR. Siswa sekarang
lebih suka membaca buku, aktif dan lebih berani tampil ke depan untuk tampil
presentasi. Sangat penting mempersiapkan anak didik disini dengan baik, karena
kita dekat dengan calon lokasi ibukota negara yang baru,” ujar Ponidi.Yang paling menyenangkan baginya
sekarang, tidak ada guru di sekolah-sekolah tersebut yang download rencana
pelaksanaan pembelajaran dari internet. “Mereka bahkan bilang, yang dari
internet itu sebenarnya lebih susah dilaksanakan dibanding yang mereka buat
sendiri sesuai konteks sekolah,” ujarnya senang.(***)
____________________________
Team Redaksi www.lawupost.com
Reporter/Editor : Ucu S/Wahyudi