TNI Dukung Program Pemerataan Pembangunan di
Perbatasan
Oleh :
Letkol Inf Drs. Solih (Kasubbid Strakomnet
Puspen TNI)
Pembangunan wilayah perbatasan merupakan salah satu focus
konsentrasi kerja Presiden RI Ir Joko Widodo dan seluruh perangkat
pemerintahan, termasuk TNI didalamnya. Bentuk
konkret program Nawacita Presiden RI Ir. Joko Widodo sebagai wujud hadirnya
negara di tengah masyarakat. Ini suatu langkah yang luar biasa memeratakan
pembangunan terutama masyarakat di perbatasan dan Pulau terdepan, yang
sebelumya tidak tersentuh dengan pembangunan maupun teknologi yang begitu
pesat. Begitu juga untuk pembangunan pertahanan di
wilayah perbatasan. Keterlibatan TNI dalam ranah perbatasan adalah prinsip dan
sangat diperlukan, karena bagaimanapun kehadiran TNI ditengah-tengah masyarakat
merupakan sebagai perekat dan pemersatu kekuatan yang andal dari ancaman pihak
musuh.
Kesenjangan wilayah perbatasan Indonesia
dengan negara tetangga terutama terletak pada masalah ekonomi dan pendidikan.
Kita tidak menutup mata wilayah perbatasan Indonesia kerap digambarkan lebih
kumuh dan miskin, dibandingkan negara tetangga yang jauh lebih maju seperti
perbatasan Kalimantan dengan Malaysia. Akibatnya, banyak yang menyebrang ke
Malaysia untuk belanja maupun mencari pekerjaan. Ini sangat menyedihkan padahal
kita sudah merdeka 72 tahun yang lalu, namun warga perbatasan seolah terlupakan
karena konsetrasi pembangunan selalu di tanah Jawa.
Warga Perbatasan merupakan teras NKRI
dan berperan sebagai beranda atau halaman depan Indonesia
dan atas dasar itu, pemerintah
ingin di perbatasan disediakan fasilitas
bagi warga masyarakat yang masih tertinggal dengan daerah lain di Indonesia.
Kondisi itu jauh jika dibandingkan dengan negara tetangga yang membangun pusat
pendidikan atau asrama di batas wilayah mereka. Bahkan militer mereka
diwajibkan berkontribusi dalam pembangunan batas negara.
TNI
Perkuat Pertahanan Di Perbatasan
Penambahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBNP) tahun 2017 yang dialokasikan untuk TNI untuk penguatan sarana
dan prasarana di daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar, sudah disetujui oleh Komisi I DPR RI menurut
rencana akan dialokasikan ke
masing-masing Unit Organisasi (UO) Kemhan dan TNI. Adapun rinciannya adalah UO
Kemhan Rp 1,1 triliun lebih, Mabes TNI Rp 900 milyar lebih, TNI AD Rp 1 triliyun
lebih, TNI AL Rp 1 triliun lebih dan TNI AU Rp 1,2 triliun lebih. Anggaran yang
diajukan sudah tidak ada masalah, sudah selesai.
Prioritas pembangunan pertahanan oleh
TNI adalah pembangunan pulau-pulau strategis terluar seperti Natuna, Morotai, Biak, Merauke, Saumlaki dan Selaru seharusnya dibangun secara
serentak. Karena kondisi ekonomi TNI saat ini belum memungkinkan, maka pembangunan dititikberatkan ke Natuna terlebih
dahulu, namun dengan adanya situasi perkembangan ISIS di
Marawi, maka sekarangpun TNI harus mempercepat pembangunan di Morotai. Pembangunan pulau terluar yang memiliki nilai
strategis sebagai implementasi dari program pemerintah, yakni membangun dari
pinggiran melalui peningkatan infrastruktur ekonomi sekaligus menunjang tugas
pokok TNI menjaga kedaulatan Negara.
TNI memiliki kepentingan melakukan pembangunan di
pulau-pulau terluar, perbatasan dan daerah terpencil, yang berkaitan juga
dengan pembukaan sentra-sentra ekonomi baru dan tempat strategis untuk
mendukung program-program prioritas pemerintah yang tentunya berhubungan dengan
tugas pokok TNI menjaga kedaulatan negara. Atas
dasar itu, TNI ingin agar di perbatasan disediakan fasilitas bagi TNI, supaya
pembangunan di sana bisa lebih terasa. Sebab, aktivitas prajurit dinilai akan
memicu pembangunan fasilitas umum seperti sekolah dan lainnya.
Menurut Jenderal TNI
Gatot Nurmantyo, bahwa penyebaran gelar satuan TNI pasti akan berdampak pada perkembangan ekonomi di wilayah tersebut. Begitu ada satuan TNI pasti secara perlahan ekonomi di daerah itu akan
berkembang, contoh pada tahun 1989 di Ogan Komering Ilir dibangun pusat
latihan tempur militer dan tidak begitu lama, Kabupaten tersebut sudah mekar menjadi
tiga Kabupaten karena disitu dibangun infrastruktur
seperti jalan, sekolah, pasar dan lain-lain, sudah ada semuanya, sehingga perkembangan pendudukpun relatif cepat.
Membangun
infrastruktur fisik di kawasan perbatasan untuk memberdayakan dan meningkatkan
tingkat perekonomian dan taraf kesejahteraan masyarakat perbatasan dan juga
akan mempermudah mobilisasi TNI dalam tugasnya yang jauh dari perkampungan.
Yang sebelumya TNI melakukan pergantian personel harus lewat laut atau udara
yang sangat sulit terbentur dengan cuaca yang ekstrim, kalau infrastruktur
selesai maka ini bisa membantu TNI dalam menjaga siatuasi dan kondisi dari
ancaman baik itu penyelundupan, narkoba, ISIS maupun kejahatan lainnya.
Dengan berbagai macam kegiatan yang dilakukan TNI,
masyarakat di perbatasan akan semakin memiliki rasa nasionalisme yang tinggi,
mereka merasa diperhatikan dan menjadi bagian dari rakyat Indonesia.
Dengan segala upaya yang telah dilakukan oleh TNI, diharapkan pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat juga ikut mendukung pemerataan dan percepatan
pembangunan di wilayah perbatasan dan pulau-pulau terdepan.
Selain itu juga TNI telah menentukan
kebijakan untuk membangun Kepulauan Natuna sebagai salah satu basis kekuatan
TNI terpadu dengan mengintegrasikan kekuatan darat, laut, dan udara secara utuh.
Di kaitkan dengan gelar ulang kekuatan TNI di Perbatasan, personel TNI akan
diperkuat dan didukung oleh Kementerian-Kementerian terkait, sehingga TNI tidak
bekerja sendiri untuk mengembangkan potensi wilayah yang sudah ditata oleh
pemerintah sebagai garda terdepan untuk dijadikan daerah berkembang dan Teras
NKRI. Berbagai macam kegiatan yang dilakukan TNI,
masyarakat di perbatasan akan semakin memiliki rasa nasionalisme yang tinggi,
mereka merasa diperhatikan dan menjadi bagian dari rakyat Indonesia.
Dengan segala upaya yang telah dilakukan oleh TNI.
Ancaman
Keamanan Di perbatasan Sangat Memungkinkan
Penempatan TNI di perbatasan, juga akan
menjadi respons atas tantangan keamanan nonkonvensional. TNI melihat potensi ancaman konvensional berupa invasi
dari negara lain relatif kecil. Akan tetapi, ancaman keamanan di perbatasan
saat ini lebih cenderung pada keamanan nontradisional, misalnya terorisme, radikalisme,
penyelundupan manusia dan narkoba, serta pembalakan liar sangat memungkinkan
karena perbatasan merupakan celah yang memungkinkan untuk dapat dilalui oleh
para penyelundup untuk kepentingan pribadi maupun golongan.
Ancaman yang
menghadang bisa dari aspek pertahanan militer maupun non militer (illegal
fishing, human traficking, cyber crimes, illicit trafficking in narcotics drugs
and psychotropic substances, terrorism, dst). Ancaman ini hadir melalui
perbatasan darat, laut maupun udara wilayah NKRI. Perbatasan darat dengan 3
negara, yaitu Kalimantan dengan Malaysia, NTT dengan Timor Leste, dan Papua
dengan PNG. Sedangkan di laut, kita berbatasan dengan Singapura, Malaysia,
Thailand, India, Vietnam, Australia, Palau, PNG, Filipina dan Timor Leste.
Sementara, batas udara, kurang lebih memiliki batas negara yang sama dengan
perbatasan laut.
Di lihat dari kondisi geografinya,
Indonesia dengan wilayah yang sangat luas yang terdiri dari pulau-pulau
menuntut strategi yang tepat untuk mempertahankan kedaulatan NKRI. Selain itu
Indonesia masih mempunyai sejumlah persoalan batas wilayah, baik perbatasan
darat maupun maritim yang hingga kini belum tuntas, sehingga menjadi sumber
potensi ancaman yang berdimensi pertahanan pada masa mendatang.
Beberapa bentuk konflik yang terjadi di
perbatasan Indonesia antara lain adalah sebagai berikut: pada perbatasan
Indonesia dengan Malaysia terjadi permasalahan pelintas batas, penebangan kayu
ilegal, dan penyeludupan karena belum adanya batas yang jelas. Di perbatasan
Indonesia dengan Australia terjadi permasalahan dengan banyaknya nelayan
Australia yang memancing di celah timor, serta imigran gelap. Perbatasan
Indonesia dengan Thailand masih menghadapi permasalan penangkapan ikan oleh
nelayan asing. Perbatasan Indonesia dengan Timor Leste terjadi masalah dengan
banyaknya pengungsi Timor Leste yang masih berada di wilayah Indonesia.
Ancaman teror ISIS dari Filipina ke
Indonesia tengah menjadi sorotan menyusul konflik bersenjata di Marawi sebagai
peringatan terhadap Pemerintah Indonesia. TNI tidak mau ambil resiko terhadap
konflik Marawi, sehingga TNI sudah mempersiapkan diri di daerah perbatasan
Filipina, termasuk daerah-daerah yang kemungkinan akan di jadikan pelolosan ISIS
ke Indonesia. Pemerintah Indonesia kini terus berkoordinasi dengan otoritas
keamanan Filipina, Selandia Baru, serta Brunei Darusalam untuk menggelar
patroli. Jadi TNI memperkuat patroli di wilayah perbatasan agar tidak ada
kelolosan dari Filipina ke Indonesia.
Peredaran narkoba di Indonesia merupakan sebagai bagian
dari kejahatan internasional, ancaman terbesar peredaran narkoba ada pada
daerah perbatasan. Luasnya wilayah darat Indonesia khususnya perbatasan darat
dengan Malaysia di Kalimantan Utara, menjadi tantangan terbesar kedua setelah
kedaulatan wilayah.
Ada dua kabupaten yang berbatasan langsung dengan
Malaysia yaitu Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau dimana salah satu
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia adalah Kecamatan Sebuku. Di
perbatasan tersebut terbentang Sungai Sembakung di sebelah hulu masuk wilayah
Sabah (Malaysia) sedang di hilir masuk wilayah Indonesia. Lalu lintas
perdagangan di sungai ini sangat menyulitkan untuk proses pengecekan keluar
masuk barang, karena luasnya wilayah dan terbatasnya pos penjaga.
Pemerintah sangat serius mengatasi masalah perdagangan
ilegal narkoba ini yang terkait denggan masalah
perbatasan ini. Salah satunya semakin diperketatnya pengawasan di Kampung
Nanedakele terletak di Pulau Bukide (Tinakareng) Kepulauan Sangihe Provinsi
Sulawesi Utara yang masuk dalam kawasan Border Crossing Agreement (BCA). Peredaran
gelap atau penyelundupan ganja yang melalui jalur darat antar dua negara dalam
ini Indonesia tepatnya Papua dan negara Papua New Guinea bisa terjadi
disebabkan lemahnya pengawasan dan keamanan dikawasan perbatasan.
Perdagangan orang khususnya bagi kaum
perempuan dan anak, bukan merupakan masalah yang baru di Indonesia serta bagi
negara-negara lain di dunia. Indonesia
adalah sebuah negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke,
termasuk Propinsi Kepulaun Riau. Bila ditinjau dari segi geografis Kepulauan
Riau mempunyai letak yang sangat strategis sekali sebagai pusat perlintasan
masyarakat antar negara karena Propinsi Kepulauan Riau berbatasan langsung
dengan negara tetangga. Secara terperinci dapat penulis gambarkan situasi
geografis wilayah Propinsi Kepulauan Riau sebagai berikut: Batas Wilayah : -
Sebelah Utara berbatasan dengan : Singapura, Malaysia, Vietnam dan Laut Cina
Selatan. - Sebelah Selatan berbatasan dengan : Propinsi Jambi dan laut Jawa. -
Sebelah Barat berbatasan dengan : Malaysia, Singapura dan Propinsi Riau. -
Sebelah Timur berbatasan dengan : Propinsi Kalimantan Barat, Laut Zulu dan
Malaysia Timur.
Pasukan TNI dari Satgas TNI Angkatan
Darat yang bertugas menjaga perbatasan RI – Malaysia, selain bertugas menjaga
perbatasan juga mengawasi keluar masuknya masyarakat yang dari Indonesia mau
masuk Malaysia maupun sebaliknya. Secara umum kondisi wilayah Nunukan relatif
kondusif, walaupun kegiatan penyelundupan miras dan narkoba masih marak
terjadi. Kehadiran Pengamanan Perbatasan dari TNI AD membawa dampak positif
terhadap keamanan diperbatasan, sudah banyak penyelundupan narkoba, minuman
keras, dan penyuludupan perempuan dan anak yang digagalkan oleh satgas
Pengamanan Perbatasan. Diharapkan kedepan dapat lebih ditingkatkan lagi untuk
pengamanan lokasi-lokasi yang dianggap sebagai pintu masuknya jalur narkoba,
TNI AD sebagai satgas Pengamanan Perbatasan harus selalu berkoordinasi terus
dengan pihak Bea Cukai, Imigrasi dan Kepolisian untuk memperkecil ruang gerak
para penyelundup.
TNI saat ini juga terlibat program
pembangunan di perbatasan, oleh sebab itu TNI sedang merencanakan dan
melaksanakan pembangunan pangkalan-pangkalan baru di wilayah perbatasan dan
pulau terluar.bahwa pembangunan pulau terluar yang dilakukan oleh TNI memiliki
peran strategis sebagai implementasi program pemerintah membangun dari
pinggiran melalui peningkatan infrastruktur ekonomi sekaligus menunjang tugas
pokok TNI. TNI memiliki kepentingan melakukan pembangunan di pulau-pulau
terluar, perbatasan dan daerah terpencil, yang terkaitan juga dengan pembukaan
sentra-sentra ekonomi baru, dengan demikian TNI mendukung pemerintah dalam
pembanguan di daerah perbatasan dan pulau terdepan. TNI sendiri berencana
membangun sejumlah fasilitas pendukung di wilayah perbatasan, sarana dan
prasaran militer juga sangat dibutuhkan
untuk mewujudkan rasa aman masyarakat perbatasan.
Pemerintah juga merealisasikan niat untuk memperketat wilayah
perairan yang berbatasan baik darat maupun laut dengan negara tetangga. TNI
Angkatan Laut mulai mengerahkan beberapa kapal perang termasuk TNI Angkatan Udara (AU) terus memperkuat
pertahanan udara NKRI di pulau terluar yang berbatasan dengan negara lain
seperti di Natuna, Tarakan, Morotai, Biak, Merauke, dan Kupang. TNI AU juga
menempatkan pesawat drone (tanpa awak) di Natuna dan Tarakan dengan kemampuan
terbang selama 24 jam sampai 36 jam dengan jarak jangkau 2.000 kilometer untuk
melakukan patroli. Sudah saatnya Indonesia negara yang berdaulat untuk
memperkuat satuan TNI diperbatasan, agar kita dapt disegani oleh Negara
tetangga.
==========
Posting Komentar