Ciamis (LawuPost.Com) - Peran orangtua terhadap masa depan anak, tidak dapat diremehkan. Begitu signifikan. Pasalnya, berbagai kesuksesan dan prestasi ditorehkan buah hati, tidak lain pun berasal dari tempat bernama rumah. Menurut Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Ciamis, Drs. H. Dondon Rudiana, M.Si, ketika diklarifikasi tim Lawu News di ruangannya, seputar makna dari kegiatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang jatuh pada tanggal 06 Juli dan dipusatkan di Lampung baru-baru ini, menegaskan bahwa hal ini menjadi penting lantaran dapat menjadi dasar pembentukan karakter pada anak.
Anak-anak tidak hanya diarahkan untuk bermimpi menjadi satu kelompok pekerjaan saja. Mereka diberikan pencerahan terkait mimpi dan berbagai profesi di luaran yang semakin berkembang. “Karena selama ini kita lebih konsen dengan anak-anaknya, tapi kita juga sadari kalau anak tidak dapat berkembang. Tidak bisa sendiri menggapai mimpinya, untuk itu orangtua memang perlu hadir di tengah sana, “ungkap H. Dondon.
Artinya orangtua pun memiliki spirit yang sama untuk terus meng-up grade dirinya. Karena memang tantangan zaman hari ini yang begitu menakutkan, menuntut setiap dari kita bergegas mengembangkan potensi yang ada, tidak peduli tua ataupun muda. Semangat orangtua di sini sangat kita apresiasi. “Ada banyak kunci berinteraksi dengan anak, sayang orangtua biasanya menganggap diri sudah serba tahu dan pengalaman. Padahal tidak demikian. Merawat dan mendidik anak artinya kita harus sama-sama belajar. Misal, kita harus bisa jadi yang memberikan contoh baik bagi mereka, artinya kita harus meningkatkan terus kapasitas diri, “ujarnya.
Paling penting juga, orangtua harus selalu meluruskan niatnya dalam memberikan pengasuh kepada anak. “Ini kuncinya, ikhlas. Apa-apa yang kita ingin anak sukses, bukan karena supaya dianggap orang lain bagus. Tidak begitu, karena kita ingin anak bisa jadi manusia berguna. Dengan demikian, kita semakin optimis, generasi ke depan, agen pembangunan ke depan, adalah mereka yang terbaik didikan dari rumah yang hangat, “tambah dia.
Orang Tua Harus Dekat Dengan Anak-Anaknya
Dengan memberikan berbagai kebutuhan seperti membalikkan gadget, mainan atau menuruti semua keinginan anak, bagi kebanyakan orang tua hal itu merupakan suatu kebahagiaan dimana para orangtua merasa kewajibannya sudah selesai. Padahal kebiasaan orang tua seperti itu justru mempunyai pengaruh negatif dan lebih mudah masuk kepikiran anak pengaruh negatif sehingga anak-anak akan selalu menuntut keinginannya jika tidak diikuti.
Kurangnya perhatian secara verbal juga sangat mempengaruhi perilaku anak serta tumbuh kembang anak, kebanyakan alasan orangtua bekerja semata-mata ingin membahagiakan anaknya. Padahal, kata H. Dondon, orangtua harus menjadi tempat yang nyaman untuk menceritakan hal-hal yang dialami anak-anaknya sehingga terjalin hubungan emosional dan mereka (anak-anak) tidak merasa sendirian.
Akan tetapi sulitnya anak untuk mendapatkan tempat bercerita yang nyaman akan mengarahkannya ke arah yang menyimpang seperti diantaranya pergaulan bebas, vandalisme, bahkan sampai terjerumus ke dunia yang sangat mengkhawatirkan diantaranya masuk kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender). “Mengatakan anak merupakan peniru ulung dan hal itu tidak bisa disangkal lagi. Seorang anak akan merekam dalam otak kecilnya semua perkataan, perbuatan orang-orang yang berada disekitarnya, ujarnya.
Menurutnya, bukan itu saja bahkan bagi oknum-oknum, mereka merupakan investasi yang sangat berharga, banyak kasus penculikan anak yang mengarah ke penjualan organ tubuh. Sampai menjadi korban yang dipekerjakan sebagai kurir narkoba, budak seksual hingga terjerumus ke dunia LGBT. “Meskipun saat ini pembicaraan tentang LGBT kurang terdengar begitu gencar, namun semua orangtua harus waspada. Serta mengetahui ciri-ciri anak jika mengalami masalah seperti itu diantaranya anak kurang nafsu makan, banyak waktu diantaranya anak kurang nafsu makan, banyak waktu digunakan untuk bermain internet dari pada main dengan temannya atau ketagihan membuka situs yang tidak layak berbau pornografi. Kemudian menyembunyikan sesuatu ketika orangtua datang dan lain-lain, tidak salah jika orangtua terus mengawasi gerak-geriknya, tandasnya.
Sehingga diharuskan orangtua lebih waspada dengan tanda-tanda tersebut, tegas H. Dondon, jika tidak ada hubungan anak dan orangtua tanpa didasari perilaku itu menjadi sebuah kebutuhan. Tidak adanya pengawasan lambat laun akan merusak otak mereka yang berfungsi untuk menjaga etika, moral, sopan santun dan lainnya, sehingga anak-anak akan beranggapan melihat hal yang tidak baik seperti di internet atau yang lainnya merupakan sesuatu yang biasa. “Ini jelas akan merusak otak anak secara perlahan, jadi sebaiknya kita awasi mereka apapun yang dikerjakannya, “tegasnya.
Sehingga orangtua harus menjadi tempat nyaman untuk menceritakan hal-hal yang dialaminya, agar adanya jalinan emosional dan tidak merasa sendirian. “Intinya ngobrol dengan anak apapun itu supaya mereka dekat dan menceritakan apapun yang dialaminya, “pungkas H. Dondon. (mamay)
Anak-anak tidak hanya diarahkan untuk bermimpi menjadi satu kelompok pekerjaan saja. Mereka diberikan pencerahan terkait mimpi dan berbagai profesi di luaran yang semakin berkembang. “Karena selama ini kita lebih konsen dengan anak-anaknya, tapi kita juga sadari kalau anak tidak dapat berkembang. Tidak bisa sendiri menggapai mimpinya, untuk itu orangtua memang perlu hadir di tengah sana, “ungkap H. Dondon.
Artinya orangtua pun memiliki spirit yang sama untuk terus meng-up grade dirinya. Karena memang tantangan zaman hari ini yang begitu menakutkan, menuntut setiap dari kita bergegas mengembangkan potensi yang ada, tidak peduli tua ataupun muda. Semangat orangtua di sini sangat kita apresiasi. “Ada banyak kunci berinteraksi dengan anak, sayang orangtua biasanya menganggap diri sudah serba tahu dan pengalaman. Padahal tidak demikian. Merawat dan mendidik anak artinya kita harus sama-sama belajar. Misal, kita harus bisa jadi yang memberikan contoh baik bagi mereka, artinya kita harus meningkatkan terus kapasitas diri, “ujarnya.
Paling penting juga, orangtua harus selalu meluruskan niatnya dalam memberikan pengasuh kepada anak. “Ini kuncinya, ikhlas. Apa-apa yang kita ingin anak sukses, bukan karena supaya dianggap orang lain bagus. Tidak begitu, karena kita ingin anak bisa jadi manusia berguna. Dengan demikian, kita semakin optimis, generasi ke depan, agen pembangunan ke depan, adalah mereka yang terbaik didikan dari rumah yang hangat, “tambah dia.
Orang Tua Harus Dekat Dengan Anak-Anaknya
Dengan memberikan berbagai kebutuhan seperti membalikkan gadget, mainan atau menuruti semua keinginan anak, bagi kebanyakan orang tua hal itu merupakan suatu kebahagiaan dimana para orangtua merasa kewajibannya sudah selesai. Padahal kebiasaan orang tua seperti itu justru mempunyai pengaruh negatif dan lebih mudah masuk kepikiran anak pengaruh negatif sehingga anak-anak akan selalu menuntut keinginannya jika tidak diikuti.
Kurangnya perhatian secara verbal juga sangat mempengaruhi perilaku anak serta tumbuh kembang anak, kebanyakan alasan orangtua bekerja semata-mata ingin membahagiakan anaknya. Padahal, kata H. Dondon, orangtua harus menjadi tempat yang nyaman untuk menceritakan hal-hal yang dialami anak-anaknya sehingga terjalin hubungan emosional dan mereka (anak-anak) tidak merasa sendirian.
Akan tetapi sulitnya anak untuk mendapatkan tempat bercerita yang nyaman akan mengarahkannya ke arah yang menyimpang seperti diantaranya pergaulan bebas, vandalisme, bahkan sampai terjerumus ke dunia yang sangat mengkhawatirkan diantaranya masuk kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender). “Mengatakan anak merupakan peniru ulung dan hal itu tidak bisa disangkal lagi. Seorang anak akan merekam dalam otak kecilnya semua perkataan, perbuatan orang-orang yang berada disekitarnya, ujarnya.
Menurutnya, bukan itu saja bahkan bagi oknum-oknum, mereka merupakan investasi yang sangat berharga, banyak kasus penculikan anak yang mengarah ke penjualan organ tubuh. Sampai menjadi korban yang dipekerjakan sebagai kurir narkoba, budak seksual hingga terjerumus ke dunia LGBT. “Meskipun saat ini pembicaraan tentang LGBT kurang terdengar begitu gencar, namun semua orangtua harus waspada. Serta mengetahui ciri-ciri anak jika mengalami masalah seperti itu diantaranya anak kurang nafsu makan, banyak waktu diantaranya anak kurang nafsu makan, banyak waktu digunakan untuk bermain internet dari pada main dengan temannya atau ketagihan membuka situs yang tidak layak berbau pornografi. Kemudian menyembunyikan sesuatu ketika orangtua datang dan lain-lain, tidak salah jika orangtua terus mengawasi gerak-geriknya, tandasnya.
Sehingga diharuskan orangtua lebih waspada dengan tanda-tanda tersebut, tegas H. Dondon, jika tidak ada hubungan anak dan orangtua tanpa didasari perilaku itu menjadi sebuah kebutuhan. Tidak adanya pengawasan lambat laun akan merusak otak mereka yang berfungsi untuk menjaga etika, moral, sopan santun dan lainnya, sehingga anak-anak akan beranggapan melihat hal yang tidak baik seperti di internet atau yang lainnya merupakan sesuatu yang biasa. “Ini jelas akan merusak otak anak secara perlahan, jadi sebaiknya kita awasi mereka apapun yang dikerjakannya, “tegasnya.
Sehingga orangtua harus menjadi tempat nyaman untuk menceritakan hal-hal yang dialaminya, agar adanya jalinan emosional dan tidak merasa sendirian. “Intinya ngobrol dengan anak apapun itu supaya mereka dekat dan menceritakan apapun yang dialaminya, “pungkas H. Dondon. (mamay)
Posting Komentar