Puspen
TNI (LawuPost.Com) Industri Strategis Nasional sangat diperlukan kedepan dalam
pertahanan negara, bila industri strategis sudah mandiri tentunya kita punya
kepercayaan diri yang luar biasa dalam mengawal dan menjaga wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena tidak akan diembargo lagi.
Demikian
disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Gaot Nurmantyo kepada awak media usai acara
Peluncuran dan Bedah Buku Kebijakan KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan) Kementerian
Pertahanan (Kemhan) Republik Indonesia oleh Menteri Pertahanan
RI Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu dan Ketua KKIP Laksamana TNI (Purn)
Sumardjono, bertempat di Aula Bhinneka
Tunggal Ika, Kemenhan RI, Jl. Merdeka Barat Jakarta Pusat, Rabu (23/8/2017).
Panglima TNI
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan bahwa Alutsista yang dimiliki TNI dari
produksi industri dalam negeri masih memiliki banyak kekurangan, tapi disisi
lain juga masih banyak kelebihannya. “TNI sebagai pengguna
Alutsista selalu memberikan masukan dan evaluasi terhadap industri pertahanan
dalam negeri kepada Kementerian Pertahanan RI” jelasnya.
Selanjutnya,
Panglima TNI mengatakan bahwa pengembangan industri
strategis dilakukan secara bertahap, tidak bisa kita langsung
ke alih teknologi dan sebagainya. Namun demikian, kemajuan-kemajuan industri strategis juga berkembang
pesat. Contohnya, kita sudah mulai membuat Kapal
Selam dan Pesawat Tempur, termasuk Radar dan Tank
Model Rantai.
Menurut
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, untuk pengembangan industri pertahanan dalam
negeri perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Disamping itu perlu dicarikan
lokasi baru yang lebih strategis untuk pengembangan industri pertahanan seperti
Pindad yang berlokasi di Bandung sudah tidak visioner lagi. “Pindad mungkin perlu
direlokasi di suatu tempat yang lebih luas, dan dekat Pelabuhan, Bandara dan sebagainya,” katanya.
Sementara
itu, terkait insiden tabrakan Kapal Perang USS John S McCain
dengan Kapal Tanker Alnic MC di
perairan Singapura, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantya mengatakan bahwa
sampai saat ini, Indonesia melalui TNI AL bersama-sama dengan Angkatan Laut
Malaysia dan Singapura masih melakukan pencarian 10 Pelaut asal Amerika Serikat
yang hilang.
Panglima TNI
mengatakan bahwa pencarian tersebut harus
berdasarkan arus air laut pada saat
kejadian, arusnya kemana itu yang kita
kejar. “Kita juga mengerahkan
kapal-kapal kecil, termasuk
nelayan juga kita mobilisasi di tempat yang aman dari jalur,” ucapnya.
Panglima TNI membenarkan bahwa perairan Singapura sangat
berpotensi terjadinya kecelakaan tabrakan kapal, karena Perairan Singapura merupakan wilayah
lalu lintas yang paling padat di dunia.
Autentikasi : Kabidpenum
Puspen TNI, Kolonel Inf Bedali Harefa, S.H.
Posting Komentar