Banjar (LawuPost.Com) – Pembangunan RSUD Pratama Langensari yang dikerjakan kontraktor PT Tunas Fortuna Jaya Ciamis dengan nilai kontrak Rp 13,8 miliar merupakan proyek pengembangan BLUD RSUD Banjar. RSUD Langensari direncanakan dibangun diatas lahan seluas 1,6 hektar dengan bangunan dua lantai. Menurut Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Banjar, David Abdillah didampingi Kabid Cipta Karya, Tantri, pembangunan fisik direncanakan bertahap mulai tahun 2017 sampai tahun 2018. “Target beroperasinya sekitar tahun 2019. Namun itu semua tergantung ketersediaan anggaran setiap tahunnya, “kata David beberapa waktu lalu.
Bangunan RSUD Langensari direncanakan ada 100 kamar. RSUD ini termasuk tipe C yang digunakan sebagai RS untuk pasien penyakit umum. Berarti bukan RS spesialis seperti wacana yang berkembang dahulu yakni RS paru dan jantung. “Semua ruangan bangunan untuk pasien umum dengan empat pelayanan kesehatan penyakit spesialis, “ujar Tantri.
Adapun alokasi anggaran pembangunan tahap pertama bernilai kontrak Rp 13,8 miliar. Untuk pembangunan tahun 2018 pihaknya sudah mengajukan permohonan bantuan ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 40 miliar. Jumlah itu sama dengan yang diajukan ke Pemerintah Pusat agar dialokasikan dari APBN sebesar Rp 40 miliar.
Dengan adanya rencana pembangunan RSUD Langensari itu, direncanakan ada pembebasan lahan di sekitar RSUD seluas 3 hektar. Lahan baru itu untuk relokasi bangunan SDN 2 Muktisari, Bangunan Kelurahan Muktisari, serta Balai Pertanian. Adapaun areal lapang Sangga Buana yang bakal dijadikan lokasi bangunan RSUD Langensari, lahan penggantinya direncanakan berbentuk ruang terbuka hijau. “Khusus untuk lapangan itu, kami akan berkoordinasi dahulu dengan masyarakat sekitar walau lapang itu kini merupakan aset Pemkot Banjar, “ucap David.
Sedangkan kegiatan olahraga atau kegiatan lainnya yang biasa dilaksanakan di lapang Sangga Buana, dikatakan David, bakal dialihkan dan dipusatkan di Sport Center Langensari, mengingat lokasinya dari Muktisari saat ini relatif tidak berjauhan. “Pembangunan RSUD Langensari itu sesuai kesepakatan bersama masyarakat sejak dibahas dalam perencanaan sebelumnya. Mengenai mencuatnya aspirasi yang berkembang selama ini, misalnya permintaan ganti lapang, itu masih dalam batas kewajaran, “ujar David.
Sementara itu, Ketua Rt 02 Rw 03 Lingkungan Babakan Kelurahan Muktisari, Ujang Ruhimat Kartasasmita mengatakan, warga bukan menolak rencana pembangunan RSUD Langensari, namun agar lokasi pengganti Lapang Sangga Buana direalisasikan dulu. “Kami setuju rencana pembangunan RSUD Langensari. Hanya saja, kami meminta kepada Pemkot Banjar agar sebelum melanjutkan pembangunan rumah sakit itu, terlebih dulu direalisasikan pengganti lapang Sangga Buana, “ujarnya.
Terus Menuai Pro dan Kontra
Rencana pembangunan RSUD Pratama Langensari di areal lapang Sangga Buana RT 04/03 Lingkungan Babakan Kelurahan Muktisari Kecamatan Langensari akhir-akhir ini, berdasarkan pantaun tim Lawu News, menuai pro dan kontra. Padahal proyek bernilai kontrak Rp 13,8 miliar yang dikerjakan Pt Tunas Fortuna Jaya Ciamis itu diklaim sudah disosialisasikan kepada masyarakat sekitar. Termasuk instansi di sekitar proyek yang berpotensi tergusur.
Diantara kekhawatiran yang muncul adalah setelah berdiri RSUD tersebut akan hilir mudik ambulans pembawa jenazah. Selain itu, kemungkinan pengolahan limbah medus yang berimbas negatif mengalir ke pemukiman penduduk. Menurut salah seorang tokoh masyarakat setempat, Emon Suparman (82), aspirasi warga sekitar yang dirasakan selama ini masih pro dan kontra. Bahkan ada yang abstain terkait dibangunnya rumah sakit tersebut. “Berhubung pembangunan itu program pemerintah, kami hanya bisa pasrah. Harus mendukungnya dengan segala resiko dampaknya nanti, “kata Emon.
Terkait tata letak bangunan atau ruang secara spesifik yang akan ada di RSUD, Emon mengaku tidak mengetahui persis. “Saya tidak tahu lokasi kamar jenazah, termasuk teknis pengolahan limbah medis RSUD tersebut, “kata Emon.
Ketidaktahuan bangunan yang akan digusur akibat pendirian RSUD tersebut dialami juga sejumlah guru SDN 2 Muktisari. Padahal lokasi sekolah itu di lintasan kendaraan tujuan RSUD Langensari dan berdampingan dengan lapangan yang kini sedang tahap pematangan. “Kami berharap selama anak berada disekolah dilarang ada mobil proyek mengangkut material hilir mudik di depan sekolah. Itu sebagai antisipasi kecelakaan, dikhawatirkan ada siswa yang tertabrak, “ujar seorang pengajar, Yeti Lisnawati yang juga Wali Kelas IV SDN 2 Muktisari.
Kabar yang beredar SDN 2 Muktisari bakal tergusur walau kondisi bangunan sekolah relatif masih baru. Namun sampai saat ini banyak guru dan orang tua siswa belum diberitahu secara resmi. “Hal terpenting, sebelum RSUD resmi beroperasi sudah ada bangunan sekolah baru. Sekitar 200 siswa yang ada sekarang harus terselamatkan masa depan pendidikannya, “ujar Yeti.
Lebih lanjut Yeti memprediksi jika RSUD Langensari beroperasi, para pelajar masih bersekolah di bangunan di lintasan jalur utama tujuan RSUD tersebut. Namun jika SDN 2 Muktisari tak dipindahkan, otomatis hilir mudiik ambulans terlihat. “Karakter anak macam-macam. Ada yang takut jenazah, ada juga yang berani. Ini harus disiapkan solusinya sejak dini, “ujarnya.
Lurah Muktisari Kecamatan Langensari Kota Banjar, Fery Angga K mengatakan, luas bangunan untuk pembangunan RSUD Pratama Langensari diperkirakan sekitar 2 hektar. Lapangan Sangga Buana yang kini dalam proses pemagaran dan tahap pematangan luasnya diperkirakan 1 hektar. Sisanya sekitar 1 hektar meliputi bangunan Kantor Kelurahan Muktisari, SDN 2 Muktisari, pemakaman dan Kantor Pertanian Langensari. Semuanya berdiri di tanah milik negara. “Kalau kantor kelurahan Muktisari sampai tergusur tentu harus pindah. Hal terpenting pelayanan masyarakat tak terganggu, “ujar Ferry di ruang kerjanya.
Terkait ada elemen masyarakat yang mengeluhkan hilang spanduk bernada protes karena ingin ada penggantian lapangan akibat lapangan Sangga Buana tergusur. Menurut Fery, spanduk itu bukan hilang. “Tiga spanduk itu diamankan di kantor keluharan Muktisari, setelah kami berkoordinasi dengan Kantor Kecamatan Langensari dan Satpol PP. Soalnya spanduk itu dipasang di pagar kantor milik pemerintah dan tidak izin terlebih dahulu, “katanya.
Ditempat terpisah, Camat Langensari, H. Asno Sutarno berharap pro dan kontra aspirasi yang berkembang selama ini diharapkan tidak berkepanjangan. “Sosialisasi bangunan RSUD itu sudah sejak tahap perencanaan dan banyak yang menyetujuinya, “ujar Asno. Kini proses pembangunan masih tahap pematangan. (mamay)
Bangunan RSUD Langensari direncanakan ada 100 kamar. RSUD ini termasuk tipe C yang digunakan sebagai RS untuk pasien penyakit umum. Berarti bukan RS spesialis seperti wacana yang berkembang dahulu yakni RS paru dan jantung. “Semua ruangan bangunan untuk pasien umum dengan empat pelayanan kesehatan penyakit spesialis, “ujar Tantri.
Adapun alokasi anggaran pembangunan tahap pertama bernilai kontrak Rp 13,8 miliar. Untuk pembangunan tahun 2018 pihaknya sudah mengajukan permohonan bantuan ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 40 miliar. Jumlah itu sama dengan yang diajukan ke Pemerintah Pusat agar dialokasikan dari APBN sebesar Rp 40 miliar.
Dengan adanya rencana pembangunan RSUD Langensari itu, direncanakan ada pembebasan lahan di sekitar RSUD seluas 3 hektar. Lahan baru itu untuk relokasi bangunan SDN 2 Muktisari, Bangunan Kelurahan Muktisari, serta Balai Pertanian. Adapaun areal lapang Sangga Buana yang bakal dijadikan lokasi bangunan RSUD Langensari, lahan penggantinya direncanakan berbentuk ruang terbuka hijau. “Khusus untuk lapangan itu, kami akan berkoordinasi dahulu dengan masyarakat sekitar walau lapang itu kini merupakan aset Pemkot Banjar, “ucap David.
Sedangkan kegiatan olahraga atau kegiatan lainnya yang biasa dilaksanakan di lapang Sangga Buana, dikatakan David, bakal dialihkan dan dipusatkan di Sport Center Langensari, mengingat lokasinya dari Muktisari saat ini relatif tidak berjauhan. “Pembangunan RSUD Langensari itu sesuai kesepakatan bersama masyarakat sejak dibahas dalam perencanaan sebelumnya. Mengenai mencuatnya aspirasi yang berkembang selama ini, misalnya permintaan ganti lapang, itu masih dalam batas kewajaran, “ujar David.
Sementara itu, Ketua Rt 02 Rw 03 Lingkungan Babakan Kelurahan Muktisari, Ujang Ruhimat Kartasasmita mengatakan, warga bukan menolak rencana pembangunan RSUD Langensari, namun agar lokasi pengganti Lapang Sangga Buana direalisasikan dulu. “Kami setuju rencana pembangunan RSUD Langensari. Hanya saja, kami meminta kepada Pemkot Banjar agar sebelum melanjutkan pembangunan rumah sakit itu, terlebih dulu direalisasikan pengganti lapang Sangga Buana, “ujarnya.
Terus Menuai Pro dan Kontra
Rencana pembangunan RSUD Pratama Langensari di areal lapang Sangga Buana RT 04/03 Lingkungan Babakan Kelurahan Muktisari Kecamatan Langensari akhir-akhir ini, berdasarkan pantaun tim Lawu News, menuai pro dan kontra. Padahal proyek bernilai kontrak Rp 13,8 miliar yang dikerjakan Pt Tunas Fortuna Jaya Ciamis itu diklaim sudah disosialisasikan kepada masyarakat sekitar. Termasuk instansi di sekitar proyek yang berpotensi tergusur.
Diantara kekhawatiran yang muncul adalah setelah berdiri RSUD tersebut akan hilir mudik ambulans pembawa jenazah. Selain itu, kemungkinan pengolahan limbah medus yang berimbas negatif mengalir ke pemukiman penduduk. Menurut salah seorang tokoh masyarakat setempat, Emon Suparman (82), aspirasi warga sekitar yang dirasakan selama ini masih pro dan kontra. Bahkan ada yang abstain terkait dibangunnya rumah sakit tersebut. “Berhubung pembangunan itu program pemerintah, kami hanya bisa pasrah. Harus mendukungnya dengan segala resiko dampaknya nanti, “kata Emon.
Terkait tata letak bangunan atau ruang secara spesifik yang akan ada di RSUD, Emon mengaku tidak mengetahui persis. “Saya tidak tahu lokasi kamar jenazah, termasuk teknis pengolahan limbah medis RSUD tersebut, “kata Emon.
Ketidaktahuan bangunan yang akan digusur akibat pendirian RSUD tersebut dialami juga sejumlah guru SDN 2 Muktisari. Padahal lokasi sekolah itu di lintasan kendaraan tujuan RSUD Langensari dan berdampingan dengan lapangan yang kini sedang tahap pematangan. “Kami berharap selama anak berada disekolah dilarang ada mobil proyek mengangkut material hilir mudik di depan sekolah. Itu sebagai antisipasi kecelakaan, dikhawatirkan ada siswa yang tertabrak, “ujar seorang pengajar, Yeti Lisnawati yang juga Wali Kelas IV SDN 2 Muktisari.
Kabar yang beredar SDN 2 Muktisari bakal tergusur walau kondisi bangunan sekolah relatif masih baru. Namun sampai saat ini banyak guru dan orang tua siswa belum diberitahu secara resmi. “Hal terpenting, sebelum RSUD resmi beroperasi sudah ada bangunan sekolah baru. Sekitar 200 siswa yang ada sekarang harus terselamatkan masa depan pendidikannya, “ujar Yeti.
Lebih lanjut Yeti memprediksi jika RSUD Langensari beroperasi, para pelajar masih bersekolah di bangunan di lintasan jalur utama tujuan RSUD tersebut. Namun jika SDN 2 Muktisari tak dipindahkan, otomatis hilir mudiik ambulans terlihat. “Karakter anak macam-macam. Ada yang takut jenazah, ada juga yang berani. Ini harus disiapkan solusinya sejak dini, “ujarnya.
Lurah Muktisari Kecamatan Langensari Kota Banjar, Fery Angga K mengatakan, luas bangunan untuk pembangunan RSUD Pratama Langensari diperkirakan sekitar 2 hektar. Lapangan Sangga Buana yang kini dalam proses pemagaran dan tahap pematangan luasnya diperkirakan 1 hektar. Sisanya sekitar 1 hektar meliputi bangunan Kantor Kelurahan Muktisari, SDN 2 Muktisari, pemakaman dan Kantor Pertanian Langensari. Semuanya berdiri di tanah milik negara. “Kalau kantor kelurahan Muktisari sampai tergusur tentu harus pindah. Hal terpenting pelayanan masyarakat tak terganggu, “ujar Ferry di ruang kerjanya.
Terkait ada elemen masyarakat yang mengeluhkan hilang spanduk bernada protes karena ingin ada penggantian lapangan akibat lapangan Sangga Buana tergusur. Menurut Fery, spanduk itu bukan hilang. “Tiga spanduk itu diamankan di kantor keluharan Muktisari, setelah kami berkoordinasi dengan Kantor Kecamatan Langensari dan Satpol PP. Soalnya spanduk itu dipasang di pagar kantor milik pemerintah dan tidak izin terlebih dahulu, “katanya.
Ditempat terpisah, Camat Langensari, H. Asno Sutarno berharap pro dan kontra aspirasi yang berkembang selama ini diharapkan tidak berkepanjangan. “Sosialisasi bangunan RSUD itu sudah sejak tahap perencanaan dan banyak yang menyetujuinya, “ujar Asno. Kini proses pembangunan masih tahap pematangan. (mamay)
Posting Komentar