Makassar, Sulawesi Selatan (LawuPost) - Harmia Tannang, kepala
Madrasah Ibtidaiyah al Abrar Makassar, benar-benar merasa bahwa
program pendidikan USAID PRIORITAS yang telah berlangsung hampir lima
tahun memberikan manfaat yang sangat besar bagi
madrasahnya. “Kalau ada kepala sekolah atau madrasah yang tidak
menyatakan demikian, pasti dia belum mencoba menerapkan secara
sungguh-sungguh dan belum berkomitmen secara penuh,” tegasnya saat
memberikan testimony penutupan program USAID PRIORITAS kerjasama
LPTK yang digelar di Hotel Swiss Bell In Panakukkang (27 February 2017).

Menurutnya, banyak dampak positif nyata terlihat
setelah madrasahnya terapkan modul-modul USAID PRIORITAS secara
konsisten. Yang paling nyata adalah jumlah murid madrasah swasta
tersebut setiap tahun semakin bertambah. Tahun 2013 muridnya
300 siswa, kini berjumlah 400 lebih, padahal persaingan mendapatkan
murid cukup ketat di kota sebesar Makassar, apalagi dengan
sekolah-sekolah negeri. “Karena sekolah berkembang dengan baik, walaupun
persaingan ketat, jumlah siswa kami bertambah terus tiap
tahun. Akhirnya mulai akhir tahun 2014-2015, kami membangun tiga
ruangan lagi untuk menampung siswa karena banyaknya permintaan orang tua
menyekolahkan anaknya disini,” ujar Harmia
Hebatnya ruangan baru itu adalah hasil sumbangan
komite. “Kami terapkan konsep manajemen berbasis sekolah dan partisipasi
masyarakat yang dilatihkan USAID PRIORITAS. Ketua komite berusaha
menghimpun dana dari saudara-saudarinya yang tersebar
di berbagai daerah dan juga dari masyarakat secara sukarela dan
akhirnya terkumpul lebih 100 juta,” ujarnya. Ketua komite madrasahnya
sendiri adalah pemilik yayasan yang memiliki komitmen tinggi untuk
memajukan madrasah.
“Ia tidak pernah mencampuri sedikitpun masalah
manajemen dan keuangan disini. Ia ingin menjadikan madrasah ini sebagai
lahan ibadahnya saja. Ia serahkan semua manajemen sekolah ke kami
sehingga kami bebas berkreasi dan mengembangkan diri,”
ujar Harmia.
Menjadikan pemilik yayasan sebagai ketua komite
juga dianggapnya langkah strategis. “Komite menjadi lebih antusias dalam
menggalang daya dan dana ketika sekolah membutuhkan bantuan,” ujarnya.
Partisipasi masyarakat yang lain, yang dulu
belum pernah ada sebelum pelatihan USAID PRIORITAS adalah dalam bentuk
paguyuban kelas. “Paguyuban kelas ada di setiap kelas. Mereka sering
membantu kebutuhan kelas yang tidak tertutupi dana BOS. Misalnya kipas
angin, taplak meja, bahkan ac,” ujar Harmia.
Agar bisa menggerakkan masyarakat sehingga mau
terlibat aktif dalam pengembangan sekolah, kuncinya adalah keterbukaan
dalam manajemen dan keuangan. “Saya libatkan orang tua siswa dalam
penyusunan EDS, RKAS dan juga pertanggunjawabannya,”
ujar Harmia. Selain melibatkan orang tua lewat wakil-wakilnya, kepala
madrasah juga memasang berkas RKAS, implementasi dan keuangannya di
dinding madrasah. Sumbangan sukarela orang tua juga dipajang di salah
satu dinding sekolah.
Aspek manajemen berbasis sekolah yang lain yang ia
terapkan adalah kepemimpinan dalam pembelajaran. Sebagai kepala sekolah
ia rajin melakukan supervisi formal dan informal, membimbing para guru
agar pembelajaran mencapai kriteria ketuntasan
minimal. “PAKEM telah berlaku di semua kelas dan siswa sekarang nampak
lebih percaya diri, aktif dan mandiri,” ujar Harnia.
Dampak dari pembelajaran tersebut, sekolah pernah
juara satu bidang matematika se-Sulsel pada lomba Kompetisi Science dan
Matematika Seprovinsi Sulsel tahun 2015 saat madrasah swasta masih
boleh berpartisipasi. “Tahun 2016 kami tidak ikut,”
ujarnya. Madrasahnya juga mendapatkan Juara Umum pada tahun 2016 pada
lomba kompetisi Madrasah yang diadakan oleh UIN Alauddin Makassar.
Kemajuan pada bidang pembelajaran dan manajemen
berbasis sekolah membuat sekolah ini juga menjadi madrasah tempat studi
banding baik bagi madrasah di Makassar dan Gowa bahkan dari luar
kabupaten, contohnya kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
“Mereka terkesan pembelajaran di kelas,” ujar Harmia, yang madrasahnya
sudah terakreditasi A ini.
Bukti pengakuan terhadap kemajuan sekolah juga
terpilihnya ibu Harmia menjadi ketua KKG di gugusnya yang terdiri dari 8
sekolah. Padahal sekolahnya merupakan satu-satunya madrasah di gugus
tersebut. “Saya sering menjadi pemateri pembelajaran
aktif, dan MBS di gugus sehingga guru dan kepala sekolah dari SD Negeri
tersebut mempercayakan ke saya. Berkat pelatihan USAID PRIORITAS, KKG
kami juga menjadi lebih hidup sekarang dengan perbaikan penyusunan RPP,
simulasi mengajar, demonstrasi alat peraga
dan lain-lain, tidak seperti dulu yang hanya tempat ngumpul-ngumpul,”
katanya.
Menurutnya, kunci utama kesuksesan pengembangan
sekolahnya adalah mendorong kebersamaan dengan guru, komite dan
masyarakat. “Saya berusaha selalu tidak berjarak dengan siapapun. Saya
juga berusaha selalu transparan dalam manajemen dan pembelajaran,”
ujarnya menutup.
Program USAID PRIORITAS dengan LPTK berakhir pada
bulan February 2017. Kurang lebih 1000 dosen dan 450 pendidik sekolah
telah mendapatkan pelatihan USAID PRIORITAS. “Kami akan tetap
melanjutkan praktik-praktik pembelajaran dan manajemen
sekolah di sekolah kami,” ujar Harmia Tannang.(***)