Pangandaran (LawuPost) - Gula kelapa dan ikan asin didorong menjadi produk unggulan Kabupaten Pangandaran. Dua komoditas tersebut dianggap berpotensi mendongkrak perekonomian masyarakat. Hal itu terungkap pada kegiatan Pelatihan Business Development Center (BDC) yang melibatkan anggota Komite BDC Kabupaten Pangandaran dan Kota Tasikmalaya.
Kabupaten Pangandaran dan Kota Tasikmalaya merupakan dua dari 15 kota/kabupaten di Indonesia yang terpilih sebagai percontohan pendirian BDC. BDC sendiri merupakan lembaga pendampingan bisnis bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang didanai oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Masing-masing BDC mendapatkan stimulus dana sebesar Rp 2 miliar serta bantuan tambahan dari pemerintah kota/kabupaten setempat.
Ketua Business Development Center (BDC) Kabupaten Pangandaran Teddy Sonjaya menyampaikan, untuk mewujudkan cita-cita menjadikan gula merah dan ikan asin sebagai komoditas unggulan, diperlukan rencana dan langkah-langkah strategis. “Kita dorong produk-produk tersebut untuk memiliki tambahan nilai jual. Gula (kelapa) misalnya, kita banyak, tapi masuk ke daerah lain. Harusnya kita bisa olah juga di sini, ”ujar Teddy seusai pembukaan pelatihan BDC Kabupaten Pangandaran di Hotel Sun Inn, Jalan Kidang Pananjung, Kecamatan Pangandaran beberapa waktu lalu.
Sementara ikan asin, menurut Teddy, saat ini ikan asin dari Pangandaran sudah memiliki citra yang baik di pasaran. Produk tersebut, menurut Teddy, harus terus dikembangkan, terutama dari segi pengemasan. Meski begitu, Teddy menyayangkan, saat ini sebagian ikan asin yang dijual di Pangandaran didatangkan dari daerah lain, entah dalam bentuk bahan baku ataupun produk jadi. Menurut Teddy, hasil tangkapan nelayan Pangandaran harus ditingkatkan.
Wakil Bupati Pangandaran, H. Adang Hadari juga sepakat bahwa gula kelapa dan ikan asin berpotensi menjadi produk unggulan Kabupaten Pangandaran. “Produksi gula di Pangandaran lebih dari 100 ton per hari. Ikan asin kita juga sudah terkenal di masyarakat, tingal pengemasannya, ”kata H. Adang.
Menurut H. Adang, prospek usaha gula kelapa di wilayah Kabupaten Pangandaran masih terbuka luas. Sentra produksi gula merah yang cukup potensial berada di Kecamatan Padaherang, Kalipucang, Cimerak dan Sidamulih.
Diakuinya, beberapa waktu kebelakang ini telah terjadi penurunan mutu dari gula kelapa yang disebabkan oleh segelintir oknum petani nakal, dengan cara mencampur gula kelapa dengan bahan lain seperti rafinasi, tepung terigu, nasi yang basi bahkan ada yang dimasuki batu ataupun batu bata. “Hal tersebut sangatlah mencoreng citra gula kelapa Pangandaran yang selama ini dikategorikan sebagai gula kelapa kelas A (super) di pasaran, “ujarnya.
Produksi gula kelapa di Kabupaten Pangandaran ini, kata H. Adang, tidak kurang dari 200 ton/hari. Jika masing-masing penderes mampu menghasilkan 15 kg/orang artinya ada sekitar 133.000 orang yang berprofesi sebagai penderes dan pemerintah pun cukup terbantu dalam mengurangi pengangguran. (mamay)
Kabupaten Pangandaran dan Kota Tasikmalaya merupakan dua dari 15 kota/kabupaten di Indonesia yang terpilih sebagai percontohan pendirian BDC. BDC sendiri merupakan lembaga pendampingan bisnis bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang didanai oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Masing-masing BDC mendapatkan stimulus dana sebesar Rp 2 miliar serta bantuan tambahan dari pemerintah kota/kabupaten setempat.
Ketua Business Development Center (BDC) Kabupaten Pangandaran Teddy Sonjaya menyampaikan, untuk mewujudkan cita-cita menjadikan gula merah dan ikan asin sebagai komoditas unggulan, diperlukan rencana dan langkah-langkah strategis. “Kita dorong produk-produk tersebut untuk memiliki tambahan nilai jual. Gula (kelapa) misalnya, kita banyak, tapi masuk ke daerah lain. Harusnya kita bisa olah juga di sini, ”ujar Teddy seusai pembukaan pelatihan BDC Kabupaten Pangandaran di Hotel Sun Inn, Jalan Kidang Pananjung, Kecamatan Pangandaran beberapa waktu lalu.
Sementara ikan asin, menurut Teddy, saat ini ikan asin dari Pangandaran sudah memiliki citra yang baik di pasaran. Produk tersebut, menurut Teddy, harus terus dikembangkan, terutama dari segi pengemasan. Meski begitu, Teddy menyayangkan, saat ini sebagian ikan asin yang dijual di Pangandaran didatangkan dari daerah lain, entah dalam bentuk bahan baku ataupun produk jadi. Menurut Teddy, hasil tangkapan nelayan Pangandaran harus ditingkatkan.
Wakil Bupati Pangandaran, H. Adang Hadari juga sepakat bahwa gula kelapa dan ikan asin berpotensi menjadi produk unggulan Kabupaten Pangandaran. “Produksi gula di Pangandaran lebih dari 100 ton per hari. Ikan asin kita juga sudah terkenal di masyarakat, tingal pengemasannya, ”kata H. Adang.
Menurut H. Adang, prospek usaha gula kelapa di wilayah Kabupaten Pangandaran masih terbuka luas. Sentra produksi gula merah yang cukup potensial berada di Kecamatan Padaherang, Kalipucang, Cimerak dan Sidamulih.
Diakuinya, beberapa waktu kebelakang ini telah terjadi penurunan mutu dari gula kelapa yang disebabkan oleh segelintir oknum petani nakal, dengan cara mencampur gula kelapa dengan bahan lain seperti rafinasi, tepung terigu, nasi yang basi bahkan ada yang dimasuki batu ataupun batu bata. “Hal tersebut sangatlah mencoreng citra gula kelapa Pangandaran yang selama ini dikategorikan sebagai gula kelapa kelas A (super) di pasaran, “ujarnya.
Produksi gula kelapa di Kabupaten Pangandaran ini, kata H. Adang, tidak kurang dari 200 ton/hari. Jika masing-masing penderes mampu menghasilkan 15 kg/orang artinya ada sekitar 133.000 orang yang berprofesi sebagai penderes dan pemerintah pun cukup terbantu dalam mengurangi pengangguran. (mamay)