Surabaya, Jawa Timur (LawuPost) UIN Sunan Ampel (UINSA) bekerja sama dengan Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya mengembangkan 56 judul buku bacaan berjenjang untuk siswa kelas awal SD/MI. Buku bacaan berjenjang adalah buku yang isinya disesuaikan dengan jenjang (tingkat) kemampuan membaca siswa. Isi buku mulai terdiri dari satu kata dan satu gambar untuk siswa yang baru belajar membaca, sampai yang terdiri dari beberapa paragraf dan gambar untuk siswa yang sudah lancar membaca.
“Pembuatan buku bacaan berjenjang ini untuk mendukung program akse-literasi di Surabaya atau percepatan peningkatan kemampuan literasi siswa Surabaya. Buku bacaan berjenjang yang dihibahkan USAID menjadi inspirasi dan rujukan kami dalam membuat buku bacaan berjenjang yang konteksnya sesuai dengan Surabaya dan relevan dengan program pembelajaran di madrasah yang bernuansa keagamaan,” kata Dr Evi Fatimatur Rusydiyah, dosen yang juga ketua laboratorium pembelajaran Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UINSA saat menunjukkan buku-buku bacaan yang selesai dicetak di ruang kerjanya (22/11).
UINSA merupakan salah satu dari 17 LPTK dan 13.000 sekolah penerima hibah 8 juta buku bacaan berjenjang dari Badan Pembangunan Internasional Amerika (USAID). Para dosennya juga sudah dilatih cara menggunakan buku bacaan tersebut untuk meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa kelas awal SD/MI. Pembuatan buku bacaan berjenjang ini memperkaya buku-buku yang relevan untuk siswa kelas awal SD/MI yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan minat membacanya. Apalagi buku bacaan berjenjang belum banyak tersedia di Indonesia.
Tim pembuat buku mengawalinya dengan meneliti konten-konten lokal Surabaya yang relevan untuk dijadikan topik buku- bacaan berjenjang. Beberapa konten lokal yang dimaksud di antaranya terkait lokasi wisata, tempat bersejarah, makanan khas, dan masih banyak lagi. Mereka juga meneliti bentuk-bentuk buku bacaan berjenjang yang relevan untuk siswa madrasah di Kota Surabaya, yaitu dengan memperhatikan pemilihan kosa kata, ketepatan ilustrasi, tata cetak, konten dan konsepnya.
Setelah mendapatkan bahan, tim mulai memikirkan gambar-gambar ilustrasi buku. Konsepnya, pada setiap lembar buku ada tulisan dan gambar yang membuat anak tertarik membaca buku tersebut. Untuk gambar buku, ada yang menggunakan foto atau gambar ilustrasi yang dibuat oleh dosen UINSA.
Misalnya, pada buku berwarna kuning yang berjudul Kebun Binatang Surabaya, gambar covernya berupa foto dua orang anak yang sedang berpose gembira dengan latar belakang kebun binatang Surabaya. Isi buku terdiri dari satu paragraf, yang setiap paragraf terdiri dari dua kalimat. Di sebelahnya ada foto yang memperlihatkan kegiatan kedua anak tersebut di kebun binatang Surabaya. “Dicky dan Amel di kebun binatang. Mereka melihat Rusa.” Demikian salah satu kalimat dalam isi buku tersebut.
Buku lainnya yang berwarna ungu berjudul Kota Surabaya. Gambar covernya memperlihatkan ikon-ikon Kota Surabaya, seperti patung Sura (ikan Hiu) dan Buaya, monumen kapal selam, tugu pahlawan, dan monumen bambu runcing. Isi buku ini lebih panjang yang terdiri dari 3-4 kalimat dengan mendeskripsikan ikon-ikon kota Surabaya tersebut. “Buku ini akan membuat para siswa menjadi lebih mengenal dengan berbagai keunggulan di Surabaya, dan membangun kesadaran untuk menjaga dan melestarikannya,” tukas Evi.
Warna yang ada di cover buku dibuat berbeda untuk menunjukkan jenjang penggunaan buku. Ada 7 warna yang digunakan, yaitu ungu, merah, kuning, hijau, biru, coklat, dan oranye, yang semua warna tersebut dibuat gradasi putih sehingga terlihat lebih cerah.
Saat ini sudah ada satu seri buku yang terdiri dari tujuh judul buku berhasil diselesaikan. Totalnya ada delapan seri buku dengan 56 judul yang akan dibuat. Tujuh judul buku yang selesai dibuat akan dicetak terbatas, dan pada awal tahun 2017 akan digunakan tim pustakawan Surabaya untuk menilai kemampuan membaca siswa kelas awal SD/MI di Surabaya. Judul-judul buku lainnya masih dalam tahap validasi ahli.
”Kami bekerja sama dengan UINSA membuat buku bacaan berjenjang ini untuk meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa madrasah sejak kelas awal. Tujuh buku yang sudah selesai akan digunakan untuk mengases tingkat kemampuan membaca siswa di kelas awal di SD/MI sehingga kita mengetahui tingkat efektivitas program membaca yang sudah kita lakukan selama ini. Termasuk, menyiapkan program membaca ke depan yang lebih tepat untuk mereka,” timpal Arini Pakistyaningsih SH MM Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya. (***)
“Pembuatan buku bacaan berjenjang ini untuk mendukung program akse-literasi di Surabaya atau percepatan peningkatan kemampuan literasi siswa Surabaya. Buku bacaan berjenjang yang dihibahkan USAID menjadi inspirasi dan rujukan kami dalam membuat buku bacaan berjenjang yang konteksnya sesuai dengan Surabaya dan relevan dengan program pembelajaran di madrasah yang bernuansa keagamaan,” kata Dr Evi Fatimatur Rusydiyah, dosen yang juga ketua laboratorium pembelajaran Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UINSA saat menunjukkan buku-buku bacaan yang selesai dicetak di ruang kerjanya (22/11).
UINSA merupakan salah satu dari 17 LPTK dan 13.000 sekolah penerima hibah 8 juta buku bacaan berjenjang dari Badan Pembangunan Internasional Amerika (USAID). Para dosennya juga sudah dilatih cara menggunakan buku bacaan tersebut untuk meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa kelas awal SD/MI. Pembuatan buku bacaan berjenjang ini memperkaya buku-buku yang relevan untuk siswa kelas awal SD/MI yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan minat membacanya. Apalagi buku bacaan berjenjang belum banyak tersedia di Indonesia.
Tim pembuat buku mengawalinya dengan meneliti konten-konten lokal Surabaya yang relevan untuk dijadikan topik buku- bacaan berjenjang. Beberapa konten lokal yang dimaksud di antaranya terkait lokasi wisata, tempat bersejarah, makanan khas, dan masih banyak lagi. Mereka juga meneliti bentuk-bentuk buku bacaan berjenjang yang relevan untuk siswa madrasah di Kota Surabaya, yaitu dengan memperhatikan pemilihan kosa kata, ketepatan ilustrasi, tata cetak, konten dan konsepnya.
Setelah mendapatkan bahan, tim mulai memikirkan gambar-gambar ilustrasi buku. Konsepnya, pada setiap lembar buku ada tulisan dan gambar yang membuat anak tertarik membaca buku tersebut. Untuk gambar buku, ada yang menggunakan foto atau gambar ilustrasi yang dibuat oleh dosen UINSA.
Misalnya, pada buku berwarna kuning yang berjudul Kebun Binatang Surabaya, gambar covernya berupa foto dua orang anak yang sedang berpose gembira dengan latar belakang kebun binatang Surabaya. Isi buku terdiri dari satu paragraf, yang setiap paragraf terdiri dari dua kalimat. Di sebelahnya ada foto yang memperlihatkan kegiatan kedua anak tersebut di kebun binatang Surabaya. “Dicky dan Amel di kebun binatang. Mereka melihat Rusa.” Demikian salah satu kalimat dalam isi buku tersebut.
Buku lainnya yang berwarna ungu berjudul Kota Surabaya. Gambar covernya memperlihatkan ikon-ikon Kota Surabaya, seperti patung Sura (ikan Hiu) dan Buaya, monumen kapal selam, tugu pahlawan, dan monumen bambu runcing. Isi buku ini lebih panjang yang terdiri dari 3-4 kalimat dengan mendeskripsikan ikon-ikon kota Surabaya tersebut. “Buku ini akan membuat para siswa menjadi lebih mengenal dengan berbagai keunggulan di Surabaya, dan membangun kesadaran untuk menjaga dan melestarikannya,” tukas Evi.
Warna yang ada di cover buku dibuat berbeda untuk menunjukkan jenjang penggunaan buku. Ada 7 warna yang digunakan, yaitu ungu, merah, kuning, hijau, biru, coklat, dan oranye, yang semua warna tersebut dibuat gradasi putih sehingga terlihat lebih cerah.
Saat ini sudah ada satu seri buku yang terdiri dari tujuh judul buku berhasil diselesaikan. Totalnya ada delapan seri buku dengan 56 judul yang akan dibuat. Tujuh judul buku yang selesai dibuat akan dicetak terbatas, dan pada awal tahun 2017 akan digunakan tim pustakawan Surabaya untuk menilai kemampuan membaca siswa kelas awal SD/MI di Surabaya. Judul-judul buku lainnya masih dalam tahap validasi ahli.
”Kami bekerja sama dengan UINSA membuat buku bacaan berjenjang ini untuk meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa madrasah sejak kelas awal. Tujuh buku yang sudah selesai akan digunakan untuk mengases tingkat kemampuan membaca siswa di kelas awal di SD/MI sehingga kita mengetahui tingkat efektivitas program membaca yang sudah kita lakukan selama ini. Termasuk, menyiapkan program membaca ke depan yang lebih tepat untuk mereka,” timpal Arini Pakistyaningsih SH MM Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya. (***)
Posting Komentar