Makassar (LawuPost) Reviu Rencana Strategis Dinas
Pendidikan yang dilakukan USAID PRIORITAS dengan enam kabupaten mitranya
yaitu Soppeng, Enrekang, Maros, Sidrap, Tana Toraja dan Pangkep
mendapatkan bahwa tingkat kesesuaian renstra pendidikan
daerah-daerah tersebut dengan renstra pendidikan Kemendikbud adalah 37
– 57 persen. Nilai ini didapatkan setelah mereka bersama-sama
membandingkan indikator renstra daerah dengan 60 indikator kinerja
renstra Kemendikbud. “Walau disesuaikan dengan kebutuhan
daerah, rencana strategis daerah harus sinkron dengan Rencana Strategis
Pendidikan Nasional,” ujar M. Ridwan Tikollah, Governance and
Management Specialist USAID PRIORITAS disela – sela acara Workshop
Reviu Rancangan Awal Rencana Strategis Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan yang diadakan di Hotel M.
Regency Makassar (27 Juli 2016). 
Menurut Ridwan tingginya ketidaksinkronan ini,
salah satunya dikarenakan beberapa dinas pendidikan kabupaten dalam
membuat renstra lebih mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah. “Kita disini membantu mereka mensinkronkan
renstra daerah dengan renstra Kemendikbud,” ujar Ridwan.
Kegiatan reviu rencana strategis pendidikan daerah
ini dihadiri oleh 36 orang terdiri dari unsur Bappeda, DPRD, dan Dinas
Pendidikan. Baik daerah yang sedang menyusun maupun yang renstranya
sudah disahkan merasa terbantu dengan adanya
kegiatan reviu ini. “Kegiatan seperti ini sangat diperlukan. Kami
menjadi lebih mengerti alur penyusunan renstra pendidikan. Renstra yang
sudah ada, akan kami revisi disesuaikan dengan indikator renstra
kementrian. Kami juga akan memasukkan program inklusi
yang sebelumnya tidak ada dalam renstra pendidikan daerah kami,” ujar
Faisal, Kabid Perencanaan Dinas Pendidikan Sidrap.
Sidrap, oleh karenanya akan merevisi isu strategis,
sasaran dan kebijakan terkait program literasi dan budaya baca, sasaran
kebijakan program kecukupan guru agar sinkron dengan renstra pendidikan
nasional, dan memasukkan pendidikan inklusi.
Kabupaten Pangkep, dalam draft renstra
pendidikannya akhirnya juga memasukkan pendidikan inklusi. Beberapa
daerah juga memasukkan budaya baca menjadi isu yang lebih spesifik dan
strategis.
“Budaya baca merupakan program strategis yang
harusnya memang dimasukkan dalam renstra pendidikan daerah. Kalau tidak
dimasukkan secara spesifik, alokasi danapun susah untuk didapatkan
dalam menjalankan program ini di daerah,” ujar Fadiah
Machmud, Spesialis Pengembangan Sekolah USAID PRIORITAS Sulsel yang
juga memfasilitasi kegiatan.(red)