Selamat Datang Di Website Lawupost.com (Menyatukan Inspirasi Dan Motivasi) Dampak Gelombang Air Laut Penjualan Ikan di TPI Merosot Hingga 70 Persen | Lawu Post

Dampak Gelombang Air Laut Penjualan Ikan di TPI Merosot Hingga 70 Persen

Selasa, 05 Juli 20160 comments

Pangandaran (LawuPost) – Gelombang air laut di pantai Pangandaran hingga Kamis (9/6) beberapa waktu lalu masih terjadi. Bahkan luapan air laut merambah ke pemukiman warga. Di pantai timur, gelombang telah menjelajah ke jalan raya, sehingga pasir dengan ketebalan  5-30 sentimeter menumpuk dijalanan. Di pantai Batu Hiu dan Batu Karas juga begitu, gelombang pasang menyasar ke jalan dan menerjang perahu nelayan hingga terhempas ke jalan. Namun menurut prakiraan BMKG melalui POS TNI AL, wilayah Pangandaran gelombang tinggi itu pada hari Jumat (10/6) beberapa waktu lalu telah berakhir.

Komandan Pos TNI AL Peltu Laut (P), Dayat Sudrajat mengatakan, gelombang tinggi telah berakhir di level ketinggian gelombang sekitar 4 meter. Prakiraan cuaca yang bersumber dari Itjen Pesisir dan Kelautan, BMKG dan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia di wilayah bagian selatan Jawa Barat tanggal 9-10 Juni 2016 pukul 07.00-07.00 WIB cuaca hujan sedang, angin dari timur ke selatan dengan kecepatan 7 sampai 46 km/jam, tinggi gelombang 2-3.5 meter, arus permukaan 55-70 cm/detik. Mengingat gelombang tinggi, Dayat meminta kepada warga agar lebih waspada. “Waspadai gelombang tinggi mencapai 4 meter di perairan selatan pada puncak gelombang tinggi yang berakhir hari Jumat (10/6) beberapa waktu lalu, ”ujarnya.

Ketua Rukun Nelayan Cijulang yang juga anggota DPRD Kabupaten Pangandaran, Ucup Supriatna mengatakan, di Pantai Batu Karas Cijulang kondisi air laut telah merendam pemukiman warga. Dan sekitar 350 perahu nelayan diamankan agar tidak terseret ke tengah laut. Warga secara bergotong royong menyelamatkan barang-barang mereka agar tidak terseret ombak. Sedangkan di pantai selatan bagian barat terkena dampak gelombang tinggi di pelabuhan Masawah, Legok dan Madasari Cimerak dan Batukaras Cijulang.

Di wilayah Kabupaten Pangandaran, kata Ketua Rukun Nelayan Pangandaran, Endang, ada beberapa perahu nelayan yang rusak karena tidak bisa dipindahkan gara-gara tak ada lahan. Semua ditempati oleh lapak PKL. “Gimana mau diamankan. Ditempat parkir perahu banyak lapak PKL.Mengenai berapa jumlah perahu nelayan yang rusak, dia belum mengetahuinya. “Nanti kami akan koordinasi dengan pihak KUD Minasari dan HNSI Kabupaten Pangandaran, bagaimana tindaklanjutnya ke depan, “ujar Endang.

Kepala BPBD Kabupaten Pangandaran, H. Nana Ruhena mengatakan, pihaknya sudah mengerahkan personilnya di enam wilayah pesisir pantai. “Apabila dibutuhkan untuk pendirian tenda evakuasi, kita akan dirikan, “ucapnya. Sampai saat ini pihaknya belum menerima laporan ada korban jiwa akibat terjangan gelombang tinggi tersebut.

Berdasarkan data yang berhasil di himpun tim Lawu News, terjangan ombak besar juga melanda kawasan Pantai Rancabuaya Kecamatan Caringin, Garut Selatan. Tidak hanya membuat para nelayan takut untuk melaut, terjangan ombak besar juga telah menyebabkan belasan perahu rusak.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Dadi Djakaria menyebutkan, ada 11 perahu nelayan yang rusak akibat terjangan ombak besar di Pantai Rancabuaya. Perahu tersebut rusak diterjang ombak ketika tengah bersandar di pelabuhan. “Ada satu perahu yang hancur menjadi tiga bagian, satu perahu patah dua, tujuh perahu bocor dan dua perahu patah sayapnya. Namun kami belum bisa menyebutan total kerugian secara pasti akibat kejadian ini, “kata Dadi.

Disebutkan Dadi, laporan yang diterimanya juga menyebutkan kalau ketinggian air ditempat tersebut sempat naik antara tiga hingga lima meter. Kejadian ini sempat membuat warga panik meskipun sebenarnya adanya peningkatan tinggi gelombang laut ini sudah terjadi sejak akhir bulan Mei lalu. Namun peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu merupakan yang terbesar.

Masih menurut Dadi, pihaknya juga telah menerima laporan bahwa adanya gelombang besar terjadi di sejumlah kawasan pantai lainnya di selatan Garut. Bahkan ditempat lain pun hal ini menimbulkan kerusakan sejumlah bangunan. “Bukan hanya perahu, besarnya gelombang juga telah menyebabkan sejumlah kawasan sarana lainnya milik masyarakat seperti rumah juga rusak. Begitupun halnya sejumlah warung yang berlokasi tak jauh dari bibir pantai Santolo yang juga rusak karena tergerus ombak. Mudah-mudahan tidak ada lagi kerusakan yang lebih parah, “ujarnya.

Untuk menghindari hal yang tidak diharapkan, diakui Dadi, pihaknya telah mengeluarkan himbauan agar masyarakat senantiasa waspada menyikapi fenomena alam yang rutin terjadi ini. Sedangkan untuk para nelayan, diharapkan tidak dulu melaut sepanjang gelombang masih besar.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Garut, Lukman Nurhakim menyebut, pasangnya air di wilayah Pantai Santolo  Kecamatan Cikelet sempat mencapai daratan. Namun untungnya air pasang setinggi mata kaki itu tidak berlangsung lama. “Wilayah pantai di Santolo sempat tergenang air hingga satu meter. Airnya sampai ke daratan tapi tidak terlalu lama, “ucap Lukman. Beberapa warung dan rumah warga di pinggiran pantai ikut tergenang air. Menurut Lukman, kondisi serupa juga terjadi di Pantai Rancabuaya Kecamatan Caringin. Dampak lain dari pasangnya air laut, tambah Lukman, yakni rusaknya belasan perahu milik nelayan. Untuk menghindari kerusakan, para nelayan terpaksa mengangkut perahunya ke daratan. “Dengan kondisi sekarang tidak ada nelayan yang berani mencari ikan. Gelombang tinggi dan air pasang kali ini merupakan yang terparah dibandingkan tahun sebelumnya, “katanya.

Terjadinya gelombang pasang tak hanya membuat perahu nelayan dan lapak milik para PKL rusak, tapi hasil penangkapan ikan juga mengalami penurunan. Sehingga penjualan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) KUD Minasari juga merosot hingga 70 persen. Sekretaris KUD Minasari Pangandaran, Dartam mengatakan, selama terjadi gelombang pasang banyak nelayan tidak melaut menangkap ikan, sehingga tempat pelelangan ikan sepi. “TPI sampai sepi. Hasil penjualan ikan pun turun hingga 70 persen, “ungkap Dartam.

Hanya, Dartam mengakui, ada nelayan yang nekat untuk menangkap ikan di laut. Buktinya masih ada beberapa nelayan yang menjual ikan ke TPI. Akibat terjadinya gelombang tinggi yang melululantahkan ribuan perahu nelayan, kata Dartam, pihaknya akan memberikan bantuan kepada anggotanya. Untuk itu ia meminta kepada Komda masing-masing untuk mendata anggotanya yang terkena dampak gelombang tinggi.

Abah (54) nelayan asal Pangandaran terpaksa turun ke laut meski gelombang tinggi. Sebab kalau tidak melaut tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup. “Seperti ini mah sudah biasa, terjadi setiap lima atau enam tahun sekali. Kalau tidak menangkap ikan terus saya sama keluarga mau makan apa, “ucapnya.Hanya diakuinya, hasil tangkapan ikan tidak sebanyak pada saat gelombang dalam kondisi normal. “Ya lumayan lah bisa buat makan, “tutur Abah.

Kepala Satuan Polisi Air wilayah Pangandaran Polres Kabupaten Ciamis, AKP Mugi Raharjo mengimbau, saat gelombang besar pihaknya berharap kepada masyarakat jangan terlalu dekat dengan pantai dulu. “Jaga jarak dengan pantai, perahu pesiar dan nelayan agar diikat supaya tidak terbawa arus dan tidak boleh berlayar selama gelombang tinggi berlangsung. Karena bisa membahayakan diri sendiri dan pengunjung, “ujarnya.(mamay)
Share this article :

Posting Komentar

NUSANTARA BERSATU

EDISI TABLOID CERDAS

EDISI TABLOID CERDAS
 
Support : Creating Website | Lawupost | Lawupost Template
Copyright © 2011. Lawu Post - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Lawupost Template
Proudly powered by Lawupost