Situbondo (LawuPost) Sebanyak 62 peserta terdiri guru, komite, kepala sekolah, staf kemenag dan staf dinas dari empat kabupaten yaitu Bone, Takalar, Parepare, dan Tana Toraja melakukan study visit (kunjung belajar) ke sekolah-sekolah yang ada di Situbondo, Jawa Timur (10 November 2015). Mereka juga akan berkunjung ke sekolah-sekolah di Lumajang. Di Situbondo, mereka berkunjung ke SDN 3 Besuki, SDN 8 Kilensari, SMPN 3 Panarukan dan SMPN 2 Panarukan. Selama kunjungan, mereka mengamati praktik yang baik dalam pembelajaran dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). “Diharapkan setelah berkunjung mereka bisa merumuskan kunci-kunci keberhasilan sekolah yang dikunjungi dan menerapkan praktik baik tersebut di sekolah-sekolah mereka sendiri,” ujar Nensilianti, penanggung jawab program dari USAID PRIORITAS.
Kunjung belajar ke sekolah-sekolah terdekat dan sekolah yang jauh, bahkan lintas provinsi merupakan program yang diarusutamakan oleh USAID PRIORITAS. Dengan kunjung belajar, masing-masing sekolah bisa bertukar pengalaman, saling belajar bagaimana meningkatkan kualitas masing-masing sekolah. “Program semacam ini harus terus menerus dilakukan agar terjadi pemerataan kualitas pendidikan sekolah,” ujar Jamaruddin, koordinator provinsi USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan.
Saat peserta study visit sampai di SMP 3 Panarukan, mereka mendapatkan banyak praktik baik. Komite di sekolah tersebut membentuk paguyuban kelas yang mengorganisir lomba perpustakaan kelas, dan lomba kelas. Berkat lomba itu, tidak hanya setiap kelas ditata secara rapi, tapi pajangan karya siswa yang biasanya hanya dianggap sebagai sumber belajar juga dijadikan karya seni untuk memperindah kelas. “Saya amati pajangan di kelas bukan hanya sebagai sumber belajar, tetapi juga digunakan sebagai karya seni untuk memperindah ruangan, sehingga siswa kerasan belajar,” ujar Ali, anggota komite SMP II Mapakasunggu Takalar, yang ikut dalam rombongan.
Selain itu, di setiap kelas juga terdapat perpustakaan mini yang bentuknya beragam, ada yang karpet tempat duduknya digelar di belakang, ada di sudut ruangan, ada lemari-lemari buku yang dihias dan sebagainya. “Ini karena setiap kelas memiliki paguyuban kelas tersendiri dan dengan lomba perpustakaan kelas, mencoba mengkreasi sendiri bentuk perpustakaan mininya,” ujar pak Junaidi, mantan kepala sekolah SMPN 3 Panarukan.
Demikian pula di SDN 3 Besuki, peran masyarakat untuk ikut mengembangkan sekolah juga amat menonjol. Orang tua siswa memahami kebutuhan pembelajaran di kelas, sehingga mereka rela dengan dana dan daya mereka ikut memenuhi kebutuhan sekolah tersebut, seperti pembelian alat tulis menulis, media dan sebagainya. “Hal ini perlu ditiru oleh sekolah-sekolah di Tana Toraja,” kata Bahar Makutana, Koordinator USAID PRIORITAS Tana Toraja.
Setelah melakukan study visit, mereka melakukan refleksi bersama melihat apa yang bisa diterapkan dari sekolah setelah kunjungan tersebut.(red)
Kunjung belajar ke sekolah-sekolah terdekat dan sekolah yang jauh, bahkan lintas provinsi merupakan program yang diarusutamakan oleh USAID PRIORITAS. Dengan kunjung belajar, masing-masing sekolah bisa bertukar pengalaman, saling belajar bagaimana meningkatkan kualitas masing-masing sekolah. “Program semacam ini harus terus menerus dilakukan agar terjadi pemerataan kualitas pendidikan sekolah,” ujar Jamaruddin, koordinator provinsi USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan.
Saat peserta study visit sampai di SMP 3 Panarukan, mereka mendapatkan banyak praktik baik. Komite di sekolah tersebut membentuk paguyuban kelas yang mengorganisir lomba perpustakaan kelas, dan lomba kelas. Berkat lomba itu, tidak hanya setiap kelas ditata secara rapi, tapi pajangan karya siswa yang biasanya hanya dianggap sebagai sumber belajar juga dijadikan karya seni untuk memperindah kelas. “Saya amati pajangan di kelas bukan hanya sebagai sumber belajar, tetapi juga digunakan sebagai karya seni untuk memperindah ruangan, sehingga siswa kerasan belajar,” ujar Ali, anggota komite SMP II Mapakasunggu Takalar, yang ikut dalam rombongan.
Selain itu, di setiap kelas juga terdapat perpustakaan mini yang bentuknya beragam, ada yang karpet tempat duduknya digelar di belakang, ada di sudut ruangan, ada lemari-lemari buku yang dihias dan sebagainya. “Ini karena setiap kelas memiliki paguyuban kelas tersendiri dan dengan lomba perpustakaan kelas, mencoba mengkreasi sendiri bentuk perpustakaan mininya,” ujar pak Junaidi, mantan kepala sekolah SMPN 3 Panarukan.
Demikian pula di SDN 3 Besuki, peran masyarakat untuk ikut mengembangkan sekolah juga amat menonjol. Orang tua siswa memahami kebutuhan pembelajaran di kelas, sehingga mereka rela dengan dana dan daya mereka ikut memenuhi kebutuhan sekolah tersebut, seperti pembelian alat tulis menulis, media dan sebagainya. “Hal ini perlu ditiru oleh sekolah-sekolah di Tana Toraja,” kata Bahar Makutana, Koordinator USAID PRIORITAS Tana Toraja.
Setelah melakukan study visit, mereka melakukan refleksi bersama melihat apa yang bisa diterapkan dari sekolah setelah kunjungan tersebut.(red)
Posting Komentar