Wajo (LawuPost) Salah satu konsen program USAID PRIORITAS adalah menjadikan siswa aktif menggunakan nalar berpikirnya dalam pembelajaran, sehingga mereka menjadi kritis dan kreatif. Mereka tidak hanya mengkonsumsi pengetahuan, namun mampu menelaah, mengeksplorasi, mengasosiasikan pengetahuan dengan lingkungannya dan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri. Mereka didorong untuk kreatif menggunakan potensi-potensi akalnya.
Fasilitator USAID PRIORITAS daerah Wajo, Karim, S.Pd, mengatakan bahwa pembelajaran selama ini terlalu terjebak pada buku paket. Siswa pergi ke sekolah hanya untuk mendengarkan penjelasan guru tentang isi dan mengerjakan soal buku paket. “Banyak guru yang saya amati tidak keluar dan tidak memiliki metode mengelaborasi buku paket serta tidak mencoba menghubungkannya dengan konteks lingkungannya sendiri. Saat ulangan, para siswa disodori pertanyaan–pertanyaan yang jawabannya berdasarkan hafalan dari buku-buku paket itu dan nilainya juga ditentukan oleh tingkat hafalannya. Hafalan mudah hilang, mudah terlupakan,” ujarnya disela-sela pelatihan pembelajaran USAID PRIORITAS yang dihadiri 106 pendidik baru-baru ini di Wajo.
Selama ini, menurutnya, proses mencapai tujuan pembelajaran masih berada pada level rendah yakni hanya untuk mengetahui, memahami, dan menggunakan, tetapi belum sampai menumbuhkan kebiasaan berpikir kreatif. “Padahal hal tersebut adalah yang paling esensial dalam dimensi pembelajaran,” ujarnya.
Menurut ibu Damaris, S.Pd guru SDN 261 Tempe, setelah mengikuti beberapa sesi pelatihan, salah satu cara untuk membuat anak berpikir kreatif adalah dengan menggunakan pertanyaan tingkat tinggi. Dia mempraktikkannya pengetahuan barunya tersebut di kelas dua sekolah dasar dengan tema lingkungan dengan pokok pembahasan tumbuhan.
Selama praktik mengajar, Ibu Damaris menggunakan pertanyaan tingkat tinggi pada siswa kelas dua tersebut, yaitu apakah benar tumbuhan sama-sama memiliki akar, batang, bunga, biji, daun dan buah. “Pertanyaan seperti ini memerlukan pembuktian dengan pengamatan langsung,” ujarnya.
Untuk membuktikannya, anak-anak dia ajak melakukan kegiatan pengamatan diluar kelas dan memilih tanaman yang akan diamati. Setelah itu, anak-anak diberi kesempatan mempresentasikan hasil temuannya di depan rekan-rekannya. Selain semua tumbuhan yang diamati benar memiliki akar,batang, daun, ranting, buah, bunga, siswa juga mengungkapkan temuannya bahwa bentuk dan ukuran bagian tanaman berbeda-beda misalnya ranting beda bentuk dan panjangnya, daun dan bunga juga bentuk dan ukurannya berbeda. “Jawaban elaboratif dari siswa kelas dua SD ini membuat saya sangat terkesan, karena mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan baru tanpa harus lewat buku paket,” ungkap ibu Damaris.
Sebelumnya, selama pelatihan berlangsung, Ibu Damaris dan peserta pelatihan lainnya diajak untuk mengeksplorasi berbagai model pertanyaan yang bisa memancing siswa berpikir kreatif. Pertama, pertanyaan produktif atau pertanyaan yang jawabannya memerlukan pengamatan dan percobaan. Kedua, pertanyaan terbuka, atau pertanyaan yang jawaban benarnya bisa lebih dari satu dan ketiga, pertanyaan imajinatif yang akan mendorong siswa untuk berimajinasi dan berkreasi. “Pertanyaan tingkat tinggi bisa mendorong dan melatih siswa terbiasa berfikir kreatif dan produktif,” ujar Andi Irmahaerani, Koordinator USAID PRIORITAS Wajo. (Reportase Andi Irmahaerani, DC Wajo )
Fasilitator USAID PRIORITAS daerah Wajo, Karim, S.Pd, mengatakan bahwa pembelajaran selama ini terlalu terjebak pada buku paket. Siswa pergi ke sekolah hanya untuk mendengarkan penjelasan guru tentang isi dan mengerjakan soal buku paket. “Banyak guru yang saya amati tidak keluar dan tidak memiliki metode mengelaborasi buku paket serta tidak mencoba menghubungkannya dengan konteks lingkungannya sendiri. Saat ulangan, para siswa disodori pertanyaan–pertanyaan yang jawabannya berdasarkan hafalan dari buku-buku paket itu dan nilainya juga ditentukan oleh tingkat hafalannya. Hafalan mudah hilang, mudah terlupakan,” ujarnya disela-sela pelatihan pembelajaran USAID PRIORITAS yang dihadiri 106 pendidik baru-baru ini di Wajo.
Selama ini, menurutnya, proses mencapai tujuan pembelajaran masih berada pada level rendah yakni hanya untuk mengetahui, memahami, dan menggunakan, tetapi belum sampai menumbuhkan kebiasaan berpikir kreatif. “Padahal hal tersebut adalah yang paling esensial dalam dimensi pembelajaran,” ujarnya.
Menurut ibu Damaris, S.Pd guru SDN 261 Tempe, setelah mengikuti beberapa sesi pelatihan, salah satu cara untuk membuat anak berpikir kreatif adalah dengan menggunakan pertanyaan tingkat tinggi. Dia mempraktikkannya pengetahuan barunya tersebut di kelas dua sekolah dasar dengan tema lingkungan dengan pokok pembahasan tumbuhan.
Selama praktik mengajar, Ibu Damaris menggunakan pertanyaan tingkat tinggi pada siswa kelas dua tersebut, yaitu apakah benar tumbuhan sama-sama memiliki akar, batang, bunga, biji, daun dan buah. “Pertanyaan seperti ini memerlukan pembuktian dengan pengamatan langsung,” ujarnya.
Untuk membuktikannya, anak-anak dia ajak melakukan kegiatan pengamatan diluar kelas dan memilih tanaman yang akan diamati. Setelah itu, anak-anak diberi kesempatan mempresentasikan hasil temuannya di depan rekan-rekannya. Selain semua tumbuhan yang diamati benar memiliki akar,batang, daun, ranting, buah, bunga, siswa juga mengungkapkan temuannya bahwa bentuk dan ukuran bagian tanaman berbeda-beda misalnya ranting beda bentuk dan panjangnya, daun dan bunga juga bentuk dan ukurannya berbeda. “Jawaban elaboratif dari siswa kelas dua SD ini membuat saya sangat terkesan, karena mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan baru tanpa harus lewat buku paket,” ungkap ibu Damaris.
Sebelumnya, selama pelatihan berlangsung, Ibu Damaris dan peserta pelatihan lainnya diajak untuk mengeksplorasi berbagai model pertanyaan yang bisa memancing siswa berpikir kreatif. Pertama, pertanyaan produktif atau pertanyaan yang jawabannya memerlukan pengamatan dan percobaan. Kedua, pertanyaan terbuka, atau pertanyaan yang jawaban benarnya bisa lebih dari satu dan ketiga, pertanyaan imajinatif yang akan mendorong siswa untuk berimajinasi dan berkreasi. “Pertanyaan tingkat tinggi bisa mendorong dan melatih siswa terbiasa berfikir kreatif dan produktif,” ujar Andi Irmahaerani, Koordinator USAID PRIORITAS Wajo. (Reportase Andi Irmahaerani, DC Wajo )